Share

Bab 5. Tidak Peduli

Aвтор: RedVelved
last update Последнее обновление: 2021-07-08 16:37:43

Becca mengalihkan pandangannya dari Andre yang menatapnya dengan tajam. Pikirannya berputar mencari alasan agar tidak menceritakan semuanya pada Andre. Ia belum siap.

"Bec, kenapa? Ada apa? Aku tahu pasti kamu ada masalah. Ayolah ceritakan," desak Andre menatap mata Becca.

"Ehm ... enggak kok, Kak. Enggak ada, beneran. Suer deh," ucap Becca berusaha meyakinkan Andre.

Andre masih menatap mata Becca, menelisik kebenaran akan ucapan Becca.

"Benarkah?"

"Iya, Kak. Sudah ah, yuk pulang. Aku agak lelah seharian ini banyak pekerjaan," kata Becca mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, tapi ingat ya. Kalau kamu ada masalah apapun, jangan ragu untuk menceritakan padaku. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama. Oke?!" Andre masih tidak percaya akan pernyataan Becca, namun ia juga tidak bisa memaksa jika Becca belum ingin berterus terang padanya.

Andre dan Becca keluar dari rumah makan, lalu masuk ke dalam mobil. Andre pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kos Becca.

***

Sementara itu di ruangan kantor Tuan Arga, Yandi menemani Tuan Arga yang sedang menyantap makan malamnya. Malam ini Tuan Arga enggan pergi ke resto, jadi hanya pesan antar saja.

Selesai makan malam, Tuan Arga dan Yandi masih bekerja memeriksa laporan keuangan bulanan. Tuan Arga orang yang sangat teliti sehingga tidak heran, semua pegawainya pun dituntut untuk teliti dan bekerja sebaik-baiknya sesuai tuntutan perusahaan.

"Yandi, ini yang laporan keuangan dari divisi produksi fast food, tolong periksa lagi. Sepertinya ada pemborosan bahan baku," kata Tuan Arga yang memang sangat menguasai seluk beluk perusahaannya. Padahal perusahaanya sangat banyak, namun ia sebisa mungkin memeriksa semuanya agar perusahaannya semakin maju.

"Baik, Tuan. Saya akan menanyakannya pada Direkturnya." Yandi sudah sangat mengerti apa keinginan Tuan Arga.

Tok tok tok ....

Suara ketukan pintu mengalihkan sementara diskusi Tuan Arga dan Yandi. Segera Yandi berjalan dan membuka pintu.

Dahi Yandi agak mengernyit saat tahu siapa yang datang malam begini ke kantor Tuan Arga.

"Silahkan masuk, Nona Sarah," ucap Yandi sopan.

Sarah berjalan dengan angkuh menuju meja Tuan Arga yang masih asyik memeriksa laporan bulanan.

"Arga, kamu tidak menyambutku?" tanya Sarah dengan manja mendekati tempat duduk Arga.

Tuan Arga mendongak, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan karena pekerjaannya terganggu.

"Sarah, ada apa kamu ke sini?" tanya Arga malas.

"Arga, masa' semalam ini kamu masih kerja? Untuk apa punya banyak pegawai jika kamu masih bekerja keras?" tanya Sarah tanpa menghiraukan pertanyaan Arga.

Arga agak malas meladeni Sarah, tunangan yang tak diinginkannya. Tunangan kehendak orang tuanya. Arga sudah menolak berkali-kali, tapi ia bisa apa jika papanya selalu mengancam dengan penyakit jantungnya yang akan kambuh jika Arga menolak keinginan papa mamanya.

"Sarah, ada apa kamu ke sini?" ulang Arga dengan lebih tegas.

"Sebenarnya aku ingin makan malam sama kamu, sayang. Tapi udah larut begini." Sarah berkata dengan memanyunkan bibirnya agar Arga berbelas kasihan padanya.

"Aku sudah makan baru saja dan ini sudah mau pulang," ucap Arga yang tidak memperdulikan Sarah.

Arga menyuruh Yandi untuk membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. Arga pun berdiri dan bersiap hendak keluar dari kantornya.

"Arga, kamu kok sepertinya tidak suka aku datang?!" Sarah mulai merajuk.

"Pulanglah, Sarah. Aku lelah dan tidak punya banyak waktu untukmu," ucap Arga tegas.

"Kamu ini sama sekali tidak romantis," kata Sarah cemberut lalu mengikuti Arga yang berjalan di depannya.

Sementara Yandi yang telah selesai memasukkan berkas-berkas penting ke lemari arsip, lalu keluar dari ruangan kantor dan menguncinya.

Saat sudah tiba di tempat parkir, Yandi membukakan pintu untuk Tuan Arga. Sementara Sarah yang berpura-pura marah, masuk sendiri ke dalam mobilnya dengan membanting pintunya.

Arga sama sekali tidak perduli. Ia berharap dengan ketidakpeduliannya, ia ingin agar Sarah sendiri yang memutuskan pertunangan mereka tanpa Arga harus berkonfrontasi.

Yandi kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang di belakang mobil Sarah. Saat Yandi melirik dari kaca spion, dilihatnya Tuan Arga memejamkan matanya, sepertinya ia lelah.

"Yan, apa kamu sudah mengirim pesan pada gadis yang merusakkan kalung itu?" tanya Arga yang masih memejamkan matanya.

"Sudah, Tuan. Saya bilang jika besok pagi, dia harus datang ke galeri," ucap Yandi.

"Oke. Ehm siapa namanya?" tanya Tuan Arga lagi.

"Becca, Tuan."

"Oh iya, Becca." Tuan Arga mengulang nama itu agar ia mengingatnya.

"Kita langsung pulang, Tuan?" tanya Yandi

"Iyalah, memang mau ke mana lagi?" tanya Tuan Arga.

"Baik, Tuan. Saya kira Tuan akan mengejar Nona Sarah ke apartemennya," ucap Yandi santai.

"Hei ... jangan bercanda kamu ya, Yan! Kamu kan sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Sarah?!"

"Iya, maaf Tuan. Tapi tadi kan Nona Sarah kelihatannya marah," ucap Yandi lagi.

"Biarkan saja. Paling dia cuma pura-pura. Aku memang ingin seperti ini agar dia sendiri yang memutuskan pertunangan," kata Tuan Arga memijit keningnya yang selalu terasa pusing jika mengingat akan Sarah.

Pertunangan Arga dan Sarah terjadi satu bulan yang lalu. Pertunangan yang digelar secara tertutup adalah keinginan Arga sebagai syarat ia mau menerima pertunangan ini. Sebenarnya Sarah ingin acara yang besar-besaran dan disiarkan di stasiun televisi, namun Arga menolaknya dengan tegas.

Arga sudah mencari berbagai alasan untuk menolak pertunangan dengan Sarah. Selain ia tidak mencintainya, Arga juga tahu maksud orang tua Sarah menjodohkan Sarah dengannya.

Kini, Arga harus memutar otak mencari cara agar ia bisa terlepas dari pertunangan ini. Arga hanya memiliki waktu satu tahun sebelum pertunangan berubah menjadi pernikahan.

Mobil sudah memasuki halaman rumah yang seketika membuat Arga tersadar akan lamunannya. Ia pun keluar dari mobil saat Yandi membukakan pintunya.

Arga lalu masuk ke dalam rumah dan Yandi masih mengikutinya.

"Yandi, kamu pulang saja. Sudah tidak ada tugas lagi buat kamu."

"Baik, Tuan Arga."

"Tapi ingat, besok pagi-pagi kita akan berkunjung ke galeri," kata Arga mengingatkan.

"Baik, Tuan. Saya tidak mungkin lupa," ucap Yandi tersenyum simpul.

Yandi tidak habis pikir dengan keinginan Tuan Arga yang ingin main-main dengan Becca, seorang gadis yang bukan apa-apa.

Yandi pun pamit untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun bagi Yandi, ia sudah terbiasa dengan jam kerja yang panjang. Yandi bekerja dengan Tuan Arga bukan hanya semata-mata demi uang, namun ia memiliki alasan tersendiri hingga ia mengabdikan hidupnya sepenuhnya pada Tuan Arga.

Dengan langkah tegap, Yandi pun mengambil mobilnya sendiri yang terparkir di bagian samping rumah Arga lalu ia pun pulang menuju apartemennya.

Sementara Arga, ia membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur. Namun saat terbaring di ranjangnya, tiba-tiba ia teringat akan Becca, seorang gadis yang mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa?

-

-

-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Simpanan   Bab 50. Menangis Bersama

    Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a

  • Kekasih Simpanan   Bab 49. Disekap

    Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka

  • Kekasih Simpanan   Bab 48. Masih Hidup?

    Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi

  • Kekasih Simpanan   Bab 47. Pemilik Hati

    Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan

  • Kekasih Simpanan   Bab 46. Fobia

    "Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.

  • Kekasih Simpanan   Bab 45. Nikahkan saja

    Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status