Share

Bab 5. Tidak Peduli

Becca mengalihkan pandangannya dari Andre yang menatapnya dengan tajam. Pikirannya berputar mencari alasan agar tidak menceritakan semuanya pada Andre. Ia belum siap.

"Bec, kenapa? Ada apa? Aku tahu pasti kamu ada masalah. Ayolah ceritakan," desak Andre menatap mata Becca.

"Ehm ... enggak kok, Kak. Enggak ada, beneran. Suer deh," ucap Becca berusaha meyakinkan Andre.

Andre masih menatap mata Becca, menelisik kebenaran akan ucapan Becca.

"Benarkah?"

"Iya, Kak. Sudah ah, yuk pulang. Aku agak lelah seharian ini banyak pekerjaan," kata Becca mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, tapi ingat ya. Kalau kamu ada masalah apapun, jangan ragu untuk menceritakan padaku. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama. Oke?!" Andre masih tidak percaya akan pernyataan Becca, namun ia juga tidak bisa memaksa jika Becca belum ingin berterus terang padanya.

Andre dan Becca keluar dari rumah makan, lalu masuk ke dalam mobil. Andre pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kos Becca.

***

Sementara itu di ruangan kantor Tuan Arga, Yandi menemani Tuan Arga yang sedang menyantap makan malamnya. Malam ini Tuan Arga enggan pergi ke resto, jadi hanya pesan antar saja.

Selesai makan malam, Tuan Arga dan Yandi masih bekerja memeriksa laporan keuangan bulanan. Tuan Arga orang yang sangat teliti sehingga tidak heran, semua pegawainya pun dituntut untuk teliti dan bekerja sebaik-baiknya sesuai tuntutan perusahaan.

"Yandi, ini yang laporan keuangan dari divisi produksi fast food, tolong periksa lagi. Sepertinya ada pemborosan bahan baku," kata Tuan Arga yang memang sangat menguasai seluk beluk perusahaannya. Padahal perusahaanya sangat banyak, namun ia sebisa mungkin memeriksa semuanya agar perusahaannya semakin maju.

"Baik, Tuan. Saya akan menanyakannya pada Direkturnya." Yandi sudah sangat mengerti apa keinginan Tuan Arga.

Tok tok tok ....

Suara ketukan pintu mengalihkan sementara diskusi Tuan Arga dan Yandi. Segera Yandi berjalan dan membuka pintu.

Dahi Yandi agak mengernyit saat tahu siapa yang datang malam begini ke kantor Tuan Arga.

"Silahkan masuk, Nona Sarah," ucap Yandi sopan.

Sarah berjalan dengan angkuh menuju meja Tuan Arga yang masih asyik memeriksa laporan bulanan.

"Arga, kamu tidak menyambutku?" tanya Sarah dengan manja mendekati tempat duduk Arga.

Tuan Arga mendongak, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan karena pekerjaannya terganggu.

"Sarah, ada apa kamu ke sini?" tanya Arga malas.

"Arga, masa' semalam ini kamu masih kerja? Untuk apa punya banyak pegawai jika kamu masih bekerja keras?" tanya Sarah tanpa menghiraukan pertanyaan Arga.

Arga agak malas meladeni Sarah, tunangan yang tak diinginkannya. Tunangan kehendak orang tuanya. Arga sudah menolak berkali-kali, tapi ia bisa apa jika papanya selalu mengancam dengan penyakit jantungnya yang akan kambuh jika Arga menolak keinginan papa mamanya.

"Sarah, ada apa kamu ke sini?" ulang Arga dengan lebih tegas.

"Sebenarnya aku ingin makan malam sama kamu, sayang. Tapi udah larut begini." Sarah berkata dengan memanyunkan bibirnya agar Arga berbelas kasihan padanya.

"Aku sudah makan baru saja dan ini sudah mau pulang," ucap Arga yang tidak memperdulikan Sarah.

Arga menyuruh Yandi untuk membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. Arga pun berdiri dan bersiap hendak keluar dari kantornya.

"Arga, kamu kok sepertinya tidak suka aku datang?!" Sarah mulai merajuk.

"Pulanglah, Sarah. Aku lelah dan tidak punya banyak waktu untukmu," ucap Arga tegas.

"Kamu ini sama sekali tidak romantis," kata Sarah cemberut lalu mengikuti Arga yang berjalan di depannya.

Sementara Yandi yang telah selesai memasukkan berkas-berkas penting ke lemari arsip, lalu keluar dari ruangan kantor dan menguncinya.

Saat sudah tiba di tempat parkir, Yandi membukakan pintu untuk Tuan Arga. Sementara Sarah yang berpura-pura marah, masuk sendiri ke dalam mobilnya dengan membanting pintunya.

Arga sama sekali tidak perduli. Ia berharap dengan ketidakpeduliannya, ia ingin agar Sarah sendiri yang memutuskan pertunangan mereka tanpa Arga harus berkonfrontasi.

Yandi kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang di belakang mobil Sarah. Saat Yandi melirik dari kaca spion, dilihatnya Tuan Arga memejamkan matanya, sepertinya ia lelah.

"Yan, apa kamu sudah mengirim pesan pada gadis yang merusakkan kalung itu?" tanya Arga yang masih memejamkan matanya.

"Sudah, Tuan. Saya bilang jika besok pagi, dia harus datang ke galeri," ucap Yandi.

"Oke. Ehm siapa namanya?" tanya Tuan Arga lagi.

"Becca, Tuan."

"Oh iya, Becca." Tuan Arga mengulang nama itu agar ia mengingatnya.

"Kita langsung pulang, Tuan?" tanya Yandi

"Iyalah, memang mau ke mana lagi?" tanya Tuan Arga.

"Baik, Tuan. Saya kira Tuan akan mengejar Nona Sarah ke apartemennya," ucap Yandi santai.

"Hei ... jangan bercanda kamu ya, Yan! Kamu kan sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Sarah?!"

"Iya, maaf Tuan. Tapi tadi kan Nona Sarah kelihatannya marah," ucap Yandi lagi.

"Biarkan saja. Paling dia cuma pura-pura. Aku memang ingin seperti ini agar dia sendiri yang memutuskan pertunangan," kata Tuan Arga memijit keningnya yang selalu terasa pusing jika mengingat akan Sarah.

Pertunangan Arga dan Sarah terjadi satu bulan yang lalu. Pertunangan yang digelar secara tertutup adalah keinginan Arga sebagai syarat ia mau menerima pertunangan ini. Sebenarnya Sarah ingin acara yang besar-besaran dan disiarkan di stasiun televisi, namun Arga menolaknya dengan tegas.

Arga sudah mencari berbagai alasan untuk menolak pertunangan dengan Sarah. Selain ia tidak mencintainya, Arga juga tahu maksud orang tua Sarah menjodohkan Sarah dengannya.

Kini, Arga harus memutar otak mencari cara agar ia bisa terlepas dari pertunangan ini. Arga hanya memiliki waktu satu tahun sebelum pertunangan berubah menjadi pernikahan.

Mobil sudah memasuki halaman rumah yang seketika membuat Arga tersadar akan lamunannya. Ia pun keluar dari mobil saat Yandi membukakan pintunya.

Arga lalu masuk ke dalam rumah dan Yandi masih mengikutinya.

"Yandi, kamu pulang saja. Sudah tidak ada tugas lagi buat kamu."

"Baik, Tuan Arga."

"Tapi ingat, besok pagi-pagi kita akan berkunjung ke galeri," kata Arga mengingatkan.

"Baik, Tuan. Saya tidak mungkin lupa," ucap Yandi tersenyum simpul.

Yandi tidak habis pikir dengan keinginan Tuan Arga yang ingin main-main dengan Becca, seorang gadis yang bukan apa-apa.

Yandi pun pamit untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun bagi Yandi, ia sudah terbiasa dengan jam kerja yang panjang. Yandi bekerja dengan Tuan Arga bukan hanya semata-mata demi uang, namun ia memiliki alasan tersendiri hingga ia mengabdikan hidupnya sepenuhnya pada Tuan Arga.

Dengan langkah tegap, Yandi pun mengambil mobilnya sendiri yang terparkir di bagian samping rumah Arga lalu ia pun pulang menuju apartemennya.

Sementara Arga, ia membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur. Namun saat terbaring di ranjangnya, tiba-tiba ia teringat akan Becca, seorang gadis yang mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa?

-

-

-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status