Share

Kejadian yang tak pernah disangka

   "Ma ... ini mah rumahnya si Yardan," gerutu Kai saat mobil yang ia dan keluarganya memasuki halaman rumah Yardan.

   "Udah sih, berisik kamu itu!"

   Kai mengetuk-ngetuk kaca jendela dangan sendi jari-jarinya sedangakan Brian yang mengemudi sedang mencari posisi parkir dan Sofia terus menatap Kai yang seperti orang ogah-ogahan itu dari kaca depan mobil.

"Senyum dong ganteng!" seru Sofia sambil menatap kaca dan fokus melihat objek didalamnya. Kai sebagai objek yang dituju itu hanya menatap malas Sofia dan senyum yang dipaksakan.

   Kini kaki ketiganya telah sampai di depan pintu dan sudah disambut oleh Yanti dan Bagas yang telah menunggu di depan pintu sejak mobil mereka memasuki halaman rumah. Mereka pun saling menyambut dengan salam dan tak lupa berpelukan untuk Yanti dan Sofia, salaman anak gaul untuk Brian dan Bagas sedangakn yang dilakukan Kai salaman horman kepada yang lebih tua.

   "Mana Yardan, Om?" tanya Kai penasaran.

   "Ada kok di dalam, lagi sama adeknya nyiapain makanan," jelas Bagas.

   'Adek?' tanya dalam benak Kai, sebab sepanjang lima tahun mengenal Yardan tidak pernah pria itu menceritakan adik atau apapun itu kepada Kai. Berteman ya berteman, main ya main, cerita ya cerita, hal-hal yang memang sering Kai lihat saja. Tapi Kai juga tipe pria yang tidak terlalu mau tahu atau ikut campur urusan orang lain, apalagi jika orang yang bersangkutan tidak cerita berarti ia tidak berhak tahu hal tersebut, simpel.

   "Ayuk, masuk yuk!" ajak Yanti seraya mengiring untuk masuk ke dalam ruangan yang telah terdapat santapan malam. Kai melihat sosok yang tidak asing untuknya itu tengah duduk dengan gadget di genggamannya seperti seorang yang tengah main game.

   "Woy, bro!" sapa khas Kai kepada Yardan.

   "Weyy, gimana kabar?" keduanya bersalaman seperti orang yang tengah melipat-lipat telapak tangan, entah berapa kali mereka lakukan itu sampai akhirnya meninju kedua tangannya.

     "Baik gue, Bro!"

   "Om ... tan, gimana kabarnya?" sapa Yardan sambil bersalaman dengan Brian dan Sofia dan dijawab baik oleh Sofia dan Brian.

   "Mana adek, Bang?" tanya Bagas yang dari tadi sibuk mencari keberadaan Youmna.

   "Lagi masak makanan kesukaannya, bentar lagi selesai," jawab Yardan.

   Yang jadi pusat pembicaraan tidak lama memunculkan dirinya dari dapur, dengan membawa semangkuk masakan kesukaannya dengan senyum yang berbinar ia berjalan dengan mangkuknya dan meletakkannya pada meja makan. Orang-orang masih menetap Youmna. Youmna dengan sadar memberikan salam kepada Sofia dan Brian dengan mencium kedua tangan mereka dan memberikan senyum termanisnya.

   "Namanya siapa?" tanya Sofia yang pura-pura tidak tahu namanya dan menyentuh dengan halus pipi Youmna yang lembut.

   "Youmna, tante!"

   "Ini anak tante, namanya Kai," Sofia memegang bahu Kai yang memang ada di sampingnya.

   Youmna yang dari tadi tidak fokus kepada pria yang berdiri di sampingnya pun, mulai melirik seseorang itu. Betapa terkejutnya Youmna mengetahui bahwa pria itu adalah Kai yang Ia kenal. Pria itu tertunduk ketika bola mata Youmna tepat menemukan kedua bola matanya hingga bertemu tatapan sekilas.

   "Kamu kok malu gitu sih?" bisik Sofia ditelinga Kai namun, Youmna dapat mendengarnya dan melemparkan senyuman yang manis kepada Sofia.

   "Aku juga pemalu kok, Tan," cengir Youmna kepada Sofia.

   Tidak lama dari percakapan singkat ini, Bagas menginstruksikan bahwa 'ayo segera makan' dan duduk di kursi yang telah tersedia dengan deretan meja kotak yang memiliki delapan sisi kursi; kursi tengah diperuntukan kepala keluarga, sebelahnya untuk para istri, lalu anak-anak mereka hanya kursi di sebelah Kai yang kosong atau bisa juga disebelah Bagas.

   Makan malam berjalan dengan sempurna, puji-pujian disematkan untuk yang memasak hidangan ini yaitu Yardan dan Youmna, mereka berdua berkolaborasi dengan mbok yang memasak di dapur untuk menyiapkan menu-menu yang enak dan spesial.

   Yardan dan Youmna memiliki hobi yang sama; memasak. Apalagi Yardan juga adalah seorang bisnis man bidang kuliner, sudah pasti dia adalah seorang yang suka makan dan suka masak. Youmna sebagai adiknya juga menanam saham pada sebagian bisnis Yardan itu. Terlahir dari keluarga pembisnis melahirkan anak yang juga menyukai dunia bisnis, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

   Setelah selesai makan para tamu tidak turut langsung pulang, Bagas dan Brian mengobrol di teras ruang tamu ditemani angin malam yang sejuk, Yanti dan Sofia memilih mengobrol di sofa ruang tamu di temani majalah terbaru, sedangkan Youmna, Yardan dan Kai ketiganya sibuk dengan cucian piring di dapur.

   "Kalo nggak biasa nyuci jangan nyuci!" ketus Youmna kepada Kai yang terlihat kebingungan bagaimana cara menuangkan sabun cuci piring yang ada di dalam botol. Youmna mengambil botol itu tanpa kehendak Kai dan memperlihatkan kepada Kai cara membuka tutup itu hanya dengan menarik kuncupnya itu ke atas.

   "Sini, lu bilas aja!"

   Kai seperti pria yang kini harga dirinya sedang diinjak-injak oleh Youmna dan karena saat ini Youmna adalah tuan rumah Kai hanya bisa menurut, ia bilas setiap benda yang telah Youmna cuci dengan sabun dan Ia letakkan di rak piring minimalis yang ada di samping westafel untuk mengeringkannya terlebih dahulu sebelum diletakkan di rak piring yang seharusnya. Keduanya diam tanpa kata hanya suara air dan terkadang terdengar suara benturan kaca, benda yang sedang Youmna cuci seperti piring, mangkuk dan gelas.

   "Ngobrol geh!" suara Yardan yang memecahkan keheningan, ia kembali setelah mengambil laptop di kamarnya karena ada sesuatu yang harus Kai lihat.

   "Dan, emang harus sekarang ya?"

   "Iya, nggak apa-apa kan? Lagian juga adek gua mah nggak ember!" Mendengar perkataan Yardan yang menyeretnya sontak membuat Youmna sedikit mengerutkan alisnya tanda tak paham ataupun bingung.

  "Apaan sih, Bang!"

   "Yang tadi ituloh, Dek."

   Youmna mengingat kembali dengan apa saja hal Yardan bicarakan terakhir kali padanya, dan ia temukan bahwa terakhir kali yang Yardan bicarakan hanyalah makanan tidak ada hal lain selain itu. Youmna duduk dan menatap layar Laptop Yardan yang telah terpajang sebuah foto makanan dengan olahan ubi ungu.

     "Lezat nggak?" tanya Yardan kepada Kai.

   Kai masih menatap layar dengan tangan kanannya memegang dagu seraya berpikir, "Hemm, menarik sih, tapi ... apa cuma sejenis?" Kini Kai bertanya.

   "Gini Kai, niat gue itu bakalan buat olahan kue dengan ubi tapi kalo rasa bisa kita atur mau rasa apa aja yang terlebih dahulu diproduksi," jelas Yardan.

   "Dan karena lu temen sekaligus rekan bisnis gue. Gue pengen kalo lu ada ide nanti bisa kita atur enaknya kaya gimanakan. Gimana pun juga lu bos gue!" seru Yardan dengan diakhiri canda tawa.

   Kai melemparkan lap ke arah Yardan ketika mendegar kata 'bos' selalu Ia sematkan untuk memanggil Kai yang mana kini ia adalah investor terbesar di bisnis Yardan yang akan segera ia buka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status