Share

Pertemuan pertama

Laki-laki itu bernama Bagas Yudhistira. Yudhis sangat khawatir dengan keadaan Shaina. Sebab beberapa hari belakangan Shaina kerap sukar dihubungi. Yudhis berpikir, andai saja dia ada di dekat Shaina, Yudhis akan dengan senang hati membantu Shaina. Tapi saat itu Yudhis takt ahu harus berbuat apa. Hatinya tetap merasakan keresahan yang luar biasa kuat. Dia coba mengubungi orang-orang yang yang memiliki koneksi dengan Shaina semampunya. Tapi tak satu pun dari teman-teman kuliah Shaina mengetahui kabar Shaina. keadaan sepertinya mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Yudhis. Cuaca hari itu saat dingin dengan angin yang berhembus cepat. Sepertinya malam itu akan turun hujan. Yudhis masih dalam lamunannya memikirkan Shaina. Kring kring kring suara telepon genggamnya berbunyi membangunkan Yudhis dalam pikirannya sendiri. Dengan malas Yudhis mengangkat telepon itu. Rupa-rupanya yang menelepon adalah Anya sahabatnya. “Ada apa Nya?.” Ucap Yudhis. “Dhis, aku ada berita untukmu.”. bilang Anya.

“maaf Nya aku sedang tidak tertarik.”. sergah Yudhis.

“tapi ini mengenai Shaina.”. lanjut Anya. Mata Yudhis langsung memicing, sebab pikirannya sedang fokus terhadap Shaina. “cepat bertahu aku, ada apa?.”. 

“Ada seorang laki-laki yang menghubungiku, laki-laki itu bertanya mengenai Shaina. Katanya selama beberapa hari ini Shaina sulit sekali untuk dihubungi.”. seru Anya. Yudhis mulai bertanya-tanya siapa laki-laki yang sedang mencari Shaina. “yang membuat aku tercengang adalah. Laki-laki itu bilang bahwa dia adalah kekasihnya.”. ucap Anya lagi. Mendengar ucapan itu, membuat hati Yudhis menjadi kesal. Jelas kekesalannya itu karena laki-laki itu berkata bahwa dia adalah kekasih Shaina.

“Jangan main-main Nya. Aku sedang tidak mau bercanda hari ini.”. gertak Yudhis.

“Sumpah, aku tidak berbohong Dhis. Kamu kan tahu aku teman dekat Shaina. Jelas saja aku juga khawatir, sebab Shaina susah sekali di hubungi beberapa waktu belakangan.”. tegas Anya.

“berarti kamu tahu Nya siapa laki-laki itu?”. “aku juga tidak tahu kalau ternyata Shaina punya kekasih lain. Tapi jangan impulsif dulu Dhis. Barang kali dia adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai kekasih Shaina.”. lanjut Anya. “tapi itu sangat tidak lucu Nya.”.

“aku tahu Dhis. Tapi setelah aku bilang kalau aku juga tidak mengetahui keadaan Shaina belakangan ini. Laki-laki itu segera pergi begitu saja sebelum aku tahu siapa Namanya.”. Ucap Anya.

“apa kamu masih ingat seperti apa orangnya Nya?”.

“ya. Aku ingat. Laki-laki itu memang cukup misterius. Sebab dia mengunakan jaket hingga menutupi Sebagian wajahnya. Namun laki-laki itu sepertinya bukan orang yang cukup baik. Sebab aku melihat dari cara dia menatapku dan berbicara denganku. Matanya itu seperti orang yang ingin menerkamku bulat-bulat Dhis. Lanjut Anya. Setelah mengetahui ada seseorang yang mencari Shaina, apalagi mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. Membuat Yudhis menjadi tidak tenang. “Sial apa yang harus ku perbuat.”. kata Yudhis dalam hati. Tak terasa udara malam itu semankin dingin hingga menusuk-nusuk tulang. Sambil menyesap kopi yang sudah dingin, Yudhis membakar rokoknya. Pikirannya mulai bergerak ke berbagai arah. “Siapa dia?”. “Dari mana dia?”. “Kenapa dia mengaku sebagai kekasih Shaina?”. “apa dia yang menyebabkan Shaina pindah keluar kota?”. Beribu-ribu pertanyaan lalu-lalang di pikiran Yudhis. Tanpa sadar delapan batang rokok sudah yang Yudhis hisap. Sama seperti jumlah presiden yang sudah memimpin negeri ini. Malam sudah terlalu malam. Tapi Yudhis masih saja tak bisa diam memikirkan Shaina. Yudhis mengingat-ingat Kembali bagaimana awal mula Yudhis bertemu dengan Shaina. Barang kali ada yang luput dari Yudhis kala itu. “apa Shaina berselingkuh?”. Buru-buru Yudhis menyangkal pikiran yang tiba-tiba muncul itu. 

***

Siang itu di kampus mereka tercinta. Kampus yang menjadi saksi bisu bagaiman pertama kalinya Yudhis bertemu dengan Shaina. Sebulan yang lalu. Di sudut kantin. Saat jam istirahat, Yudhis dan teman-temannya sedang duduk-duduk di sana. Yudhis melihat seorang perempuan cantik yang sedang duduk sendiri di bangku Panjang dekat dengan penjual batagor. Perempuan cantik itu sedang menunggu teman-temannya yang sedang memesan makan siang. Yudhis terpana melihat sungging dari bibir Shaina yang sangat manis. Melihat itu membuat hati Yudhis merasa deg-degan. Yudhis seperti melihat Sang Hyang samara ratih. Seorang dewi yang sangat ayu. “siapa dia?”. Ucap Yudhis dalam hati. Yudhis benar-benar terpana melihat perempuan yang duduk di dekat penjual batagor itu. “ heh, liatin siapa Dhis?”. Ucap Mario sambil terkekeh.

“Oh, tidak. Aku Cuma sedang melamun.”. ujar yudhis. Tapi tanpa sepengetahuannya, Adit memanggil Anya, teman yang baru saja Adit kenal seminggu belakangan ini. Anya dan teman-temannya pun menghampiri Adit, Yudhis, juga Mario yang duduk di salah satu sudut di kantin itu tak terkecuali Shaina. “kenalkan ini teman-temanku, dari jurusan Ekonomi.”. ucap Anya. Setelah mereka semua saling berkenalan. Yudhis akhirnya mengetahui siapa nama perempuan cantik itu. Mereka pun ngobrol dengan riangnya. Tak terasa waktu menunjukan pukul 15.00. Shaina dan teman-teman Anya yang lain segera bergegas masuk Kembali, karena ada kelas yang harus mereka hadiri. Namun sebelum itu, mereka semua saling bertukar no. telepon.

Tiga hari berselang, Adit, Mario, dan Ghai mendapat infomasi dari Anya, kalau Yudhis dan Shaina sedang dekat. Grup watsap mereka pun ramai membicarakan tentang kedekatan Yudhis dan Shaina. Di tempat lain, Yudhis sedang berada di sebuah museum bersama Shaina di bilangan pusat kota. Yudhis dan Shaina sedang asyik melihat-lihat koleksi yang dimiliki oleh museum tersebut. Yudhis menceritakan sedikit info yang dia tahu mengenai lukisan-lukisan yang ada di museum itu. Sebagai orang yang cukup pintar, dan juga memiliki minat terhadap seni Lukis. Jelas Yudhis memiliki cukup pengetahuan mengenai berbagai lukisan yang ada di sana. Mata Shaina berbinar mendengar penjelasan yang sangat detail dari yudhis. Shaina mengira bahwa laki-laki yang ada di sebelahnya ini benar-benar menarik. Terbersit jelas dipikiran Shaina untuk menjadikan Yudhis kekasih hatinya. Maju tiga hari kemudian, Yudhis dan Shaina pun sepakat untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Namun saat keduanya sedang asyik menikmati makanan di meja mereka. Telepon genggam milik Shaina berdering. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, Nampak wajahnya menjadi kecut. “angkat saja beb, memang siapa yang menelepon?”. Ujar Yudhis dengan halus. Dengan sedikit tergagap-gagap Shaina mengatakan kalau yang menelepon adalah saudaranya yang tinggal di luar kota. Mendengar itu tidak ada sedikitpun curiga di pikiran Yudhis. Selesai menjawab telepon itu, Shaina tiba-tiba mengajak Yudhis pulang. Sebab Shaina merasa tiba-tiba tidak enak badan. Memang Yudhis adalah seorang laki-lai yang cukup terkenal di kampus karena perangainya yang cuek, suka meledak-ledak, dan juga pintar. Tapi dalam urusan menjalin hubungan, jelas itu bukan bidang yang Yudhis kuasai. Mendengar ucapan dari kekasihnya itu, segera mereka bergegas untuk pulang. Sepanjang perjalanan Shaina diam saja. Pikirannya seperti sedang berada di tempat lain.  Sesampainya di rumah. Shaina segera turun, dan segera masuk ke dalam rumah. Terlihat jelas dari wajahnya Shaina sedang mengalami suatu masalah, tapi Shaina tidak memberitahukannya kepada Yudhis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status