Regan duduk di samping tempat tidur Citra, ia dengan setia menunggu Citra yang masih belum sadarkan diri.
"Regan, Mba titip Citra bisa?" tanya Regina.
"Iya, Mba. Kalian balik lagi aja Citra biar saya yang jaga." jawabnya dengan terus memandangi gadis itu.
Regan dan David saling berpandangan, mereka mempunyai pertanyaan yang sama. Sepertinya Regan mencintai Citra, ini bisa terlihat dari sorot matanya yang begitu mengkhawatirkan keadaan Citra.
"Ya udah, titip Citra ya nanti kita balik lagi ke sini." ucap David kemudian keluar bersama dengan Regina.
Regan terus memandangi gadis itu, walau kata Dokter Citra baik-baik saja tapi ia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Citra.
Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka, membuat Regan sedikit lega.
"A-aku di mana?"
"Citra? Lo udah sadar!"
Citra menatap ke arah Regan, pria itu tersenyum ke arahnya.
"Apa yang sakit? Lo masih sakit? Lo gak apa-apa kan?"
"Gue gak apa-apa kok Re, maaf ya gue ngerepotin lo lagi."
"Jangan bilang gitu, gue gak merasa di repotkan sekarang lo istirahat dulu aja ya."
"Tapi kerjaan gue belum selesai."
"Jangan pikirin kerjaan, pikirin kesehatan lo dulu. Gue udah bilang kok sama mba Regina."
"Sekarang lo istirahat dulu."
Regan mengelus puncak kepala Citra dengan lembut, Citra belum pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya. Ia begitu merasa nyaman, ia begitu merasa beruntung bertemu dengan Regan pria itu begitu perduli dengannya."Makasih ya Re."
"Sama-sama."
***
Jam kerja pun telah usai sejak 10 menit yang lalu Citra telah menghubungi Danu untuk menjemputnya, keadaannya pun kini sudah jauh lebih baik lagi ia sudah tak merasakan pusing sejak meminum obatnya itu.
"Mba Regina, Citra pulang dulu ya."
"Eh iya kamu pulang sama siapa? Jangan pulang sendiri, mba antar ya?"
"Gak usah mba, Citra udah minta jemput sama ayah Citra bentar lagi dia datang kok."
"Oh ya syukur deh kalau begitu, kalau kamu masih merasa sakit besok jangan masuk ya?"
"Iya mba, maaf Citra sudah merepotkan Mba dan yang lainnya."
"Nggak kok, kamu hati-hati ya."
Citra pun hanya tersenyum, gadis itu segera berjalan menuju lift. Setelah lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol angka 1 agar bisa sampai ke lantai dasar.
Tak butuh waktu yang lama kini Citra sudah berada di Lobby, ia pun berdiri di depan kantor untuk menunggu Danu.
Dari belakang Regan memanggilnya, pria itu berniat kan mengantarkan Citra pulang.
"Citra!"
Regan berjalan menghampiri Citra, gadis itu tersenyum ketika melihat kedatangan Regan."Hai Re, kamu belum pulang ternyata?" tanya Citra.
"Belum, lo mau pulang kan? Ayo gue antar kebetulan hari ini gue bawa mobil jadi lo gak kepanasan."
"Makasih ya Re kamu udah baik banget selama ini sama aku, tapi maaf bukannya aku nolak tapi aku udah terlanjut hubungi ayah aku buat jemput." kata Citra dengan sorot mata yang sepertinya merasa tak enak hati.
"Oh gitu, gak apa-apa kalau udah minta di jemput gue pikir lo pulang sendiri."
"Nggak kok Re."
"Gue temenin boleh?" tanya Regan.
"Hem.. boleh kok." jawab Citra sambil tersenyum.
Tak lama mobil Honda Jazz berwarna merah maroon itu pun datang, mobil itu berhenti tepat di depan Citra.
"Maaf ayah terlambat ya?" ucap Danu seraya membuka kaca mobilnya itu, ia pun tersenyum ke arah Regan.
"Nggak kok ayah."
"Nak, siapa namamu?" tanya Danu bertanya kepada Regan.
"Saya Regan om, temannya Citra."
"Oh Regan, terima kasih sudah menjaga anak Om ya."
"Sama-sama om."
"Re, makasih ya untuk hari ini maaf ngerepotin terus gue pulang dulu ya."
"Sama-sama Cit, santai aja lo hati-hati jangan lupa istirahat."
"Siap bos!"
Citra pun langsung masuk ke dalam mobilnya, Regan hanya tersenyum sambil memandangi mobil itu berlalu menjauh dari pandangannya."Kayaknya gue mulai jatuh cinta sama lo Cit." Gumam Regan, ia pun berjalan menuju parkiran kantor dan bergegas masuk ke dalam mobilnya.
30 menit kemudian Citra sudah sampai di rumahnya, saat ia sedang berada di kamarnya.
"Aneh banget sih kenapa akhir-akhir ini gue sering pusing ya? Belum lagi kadang kaki sama tangan suka memar gini."
"Tadi kata Regan gue pingsan, atau karna pingsan tadi ya jadi memar gini." ucap Citra bermonolog gadis itu membuka jendela kamarnya, semilir angin pun mulai menerpa kulitnya.
Pemandangan langit begitu indah dengan senja yang cantik, dan sayang jika dilewatkan.Beberapa saat Citra menikmati senja itu, hingga Sekar datang menemuinya untuk mengajaknya makan malam.
"Citra! Kamu kok belum ganti baju? Jendelanya ditutup dong nanti kamu masuk angin sayang." ucap Sekar menghampiri anak gadisnya itu.
"Iya bu, Citra lagi lihat pemandangan dulu senja nya bagus deh bu."
"Wah, iya benar bagus. Tapi sekarang makan dulu yuk Ayah sudah nunggu kamu."
"He'em iya bu, Citra ganti baju dulu ibu duluan aja yah nanti Citra kebawah."
"Oke deh Ibu tunggu ya cantik."
Setelah Sekar pergi dari kamarnya Citra pun segera mengganti pakaiannya, setelah itu ia pun buru-buru turun ke bawah menuju ruang makan.
Citra berjalan menuju meja makan, gadis itu telah mengganti pakaiannya dengan baju tidur.
"Ibu masak apa?" tanya Citra yang sudah duduk di samping ayahnya itu.
"Ibu masak Rendang daging kesukaan kamu nih."
"Wah.. Asyiik nih."
Citra segera mengambil nasi dan mengisi piringnya dengan beberapa lauk yang tersaji.
"Oh ya Bibi kemana bu?" tanya Citra yang sedari tadi memang tak melihat asisten rumah tangganya itu.
"Bibi tadi di jemput anaknya, ada urusan sedikit lusa dia baru pulang."
"Oh gitu."
"Udah ayo makan dulu, ceritanya nanti saja kalau ayah sudah kenyang."
"Hahahaha.."
Keluarga ini memang selalu terlihat harmonis, mereka mengerti kelebihan dan kekurangan satu sama lain.
Ditempat lain Regan sedang termenung, ia terus memikirkan kondisi Citra.
Wajar saja jika Regan cemas dengannya karna saat ini hatinya berkata bahwa Regan sudah mulai mencintai Citra.
"Gue berharap lo baik-baik aja ya Cit, jujur gue mulai sayang sama lo dan semoga suatu saat lo juga punya rasa yang sama terhadap gue."
Regan menidurkan tubuhnya, ia mengambil ponselnya dan membuka ruang obrolannya.
Regan mengetikkan sebuah pesan singkat kepada Citra.
📱: "Citra, lo lg apa?" Udh enkn blm?"
📱: "Kok gk dibls?"
Regan memilih untuk menelfon Citra beberapa pesan yang ia kirimkan tak ada yang dibalas atau pun di baca oleh gadis itu.
Regan hanya takut terjadi sesuatu hal pada wanita yang ia cintai itu.
"Telfon juga gak diangkat lagi, lo kemana sih Citra."
Regan menaruh kembali ponselnya, semoga secepatnya Citra membalas pesan yang dikirimkan olehnya.
Regan memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah berpagar putih.Tak lama seorang gadis dengan rambut panjang terurai pun muncul, ia berjalan ke arah mobil dan membuka pintu mobil."Udah lama ya Re?" tanya gadis itu yang tak lain ialah Nara.Regan pun menggelengkan kepalanya dan menyuruh Nara untuk segera masuk ke dalam mobil."Enggak kok Na, ayo masuk kita jalan sekarang!"Gadis itu pun mengangguk sambil tersenyum kemudian ia duduk di kursi yang berada di samping Regan.Pria itu pun segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang."Kita mau kemana sih Re?""Jalan-jalan.""Iya tapi jalan-jalan kemana?""Ada deh nanti juga tau." balas Regan membuat Nara semakin penasaran di buatnya."Kan lo mah gitu selalu deh rahasia-rahasiaan.""Udah tenang aja, gue gak akan bawa lo ketempat yang macem-macem. Intinya nanti lo pasti akan suka."Regan tersenyum sambil menatap ke arah Nara, gadis itu bisa melihat Regan yang sekarang sudah jauh berbeda saat pertama kali ia bertemu dengannya."Hemm.
Jam makan siang telah usai setengah jam yang lalu.Hari ini Kevin pun tidak memiliki jam praktek sampai sore seperti biasanya, maka dari itu Kevin pun segera membereskan meja kerja nya dan berniat pulang."Ajak jalan-jalan Citra dulu kali ya? Selagi saya mempunyai waktu untuknya. Siapa tau dia senang."ucap Kevin kemudian mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Citra.["Citra.. setengah jam lagi saya sampai di rumah, kamu siap-siap. Saya mau ajak kamu keluar."]Send!Pesan pun terkirim. Kevin melepaskan jas putihnya dan menyimpannya di balik pintu. Ia mengambil tasnya dan kemudian bergegas pergi dari ruangannya itu.Sementara di satu sisi kini Citra sedang berada di kamar tidurnya, ia baru saja membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Kevin."Haduh pake baju apa ya? Kevin kalau ajak keluar selalu aja mendadak, bikin orang gak ada persiapan aja."Citra terus berdiri di depan lemari bajunya, ia terus memandangi baju-bajunya itu. Namun ia bingung harus memakai baju apa.Hin
Hari ini Citra bangun dengan perasaan yang bahagia.Hal ini pun menjadi tanda tanya Sekar dan juga Danu, ia bisa melihat raut wajah Citra yang tak seperti biasanya."Selamat pagi ayah, ibu!""Pagi sayang!""Anak ayah ceria banget kayaknya?" tanya Danu namun Citra hanya tersenyum sambil duduk di kursi. Ia lantas menyantap roti bakar yang sudah di sediakan Sekar untuknya."Kamu kenapa Nak?" tanya Sekar penasaran. Tak biasanya Citra terlihat begitu bahagia."Gak kenapa-kenapa kok bu.""Oh ibu tau kamu udah jadian kan sama Kevin?""Bener kamu pacaran sama Kevin nak? Kok ayah gak tau?"Dengan malu-malu Citra pun bercerita bahwa ia memang telah berpacaran dengan Kevin. Dan Kevin telah berjanji akan menerima apapun keadaannya itu."Emm.. iya yah, bu. Citra sama Kevin udah pacaran. Tapi baru kok.""Apapun pilihan kamu ayah cuma bisa doakan yang terbaik.""Ibu sama ayah hanya pesan jaga diri kamu dimana pun kamu berada.""Siap yah, bu. Citra pasti akan dengarin semua nasehat ayah dan ibu."kat
Citra sudah menjalani pengobatan kurang lebih selama 2 tahun lamanya.Dan selama itu pula Kevin selalu menemani Citra. Hubungan mereka pun kini semakin terjalin mesra.Kevin sudah tak canggung lagi jika bersama Citra.Seperti malam ini, sehabis mengantar Citra untuk chek up rutin. Kevin mengajak gadis itu untuk mengisi perutnya di sebuah resto yang tak jauh dari rumah sakit."Citra, apa kamu keberatan kalau saya ajak kamu makan dulu?""Emm.. enggak kok Vin.""Ya udah kita makan dulu ya?"Citra pun mengangguk setuju, Kevin segera mengemudikan mobilnya menuju tempat makan yang ia tuju.Tak butuh waktu lama. Mobil berwarna putih itu pun tiba.Kevin segera memarkirkan mobilnya dan mengajak Citra untuk turun dan masuk ke dalam."Cit. Ayo kita turun, kamu juga pasti udah laper kan?""Iya. Ayo, Vin."Sesampainya di dalam Kevin dan Citra segera memesan, setelah memesan sambil menunggu mereka pun mengobrol beberapa hal yang terjadi hari ini."Vin..""Kenapa?""Gak nyangka aku masih hidup sampe
Seharian ini Regan dan Nara menghabiskan waktunya untuk berdua.Kali ini mereka sedang menikmati secangkir kopi hangat di bawah gemerlapnya bintang dan sinar rembulan."Re?""Apa Na?"Regan menoleh ke arah samping, Nara sedang tersenyum ke arahnya. Gadis itu begitu cantik, wajar saja jika akhirnya Regan menyukainya."Makasih ya buat hari ini, harusnya waktu libur lo itu di pake untuk istirahat. Tapi malah ngajak gue buat jalan-jalan.""Ah santai aja Na, lagi pula gue yang mau kan? Dan gue juga seneng jalan-jalan apalagi kalau ada yang temenin gini. Jadi seru aja gitu." balas Regan."Kenapa lo baik banget sih Re?""Maksud lo Na?""Perlakuan lo itu bisa bikin lo dimanfaatin.""Hemm.."Regan terdiam, Nara kembali melanjutkan ucapannya itu."Lo ngerti kan maksud gue apa Re? Gue harap ketika nanti lo cari pasangan, lo jangan berlebihan. Takutnya lo cuma dimanfaatin dan akhirnya bikin lo sakit hati untuk kesekian kalinya.""Iya-iya gue paham ko Na, makasih udah di ingetin. Lagi pula benar a
Citra meminum habis jus buah strawberry buatan Sekar, udara yang panas membuat tenggorokannya terasa haus.Sudah beberapa bulan ia tak pernah mendapatkan kabar dari Regan, pria itu juga seperti menjauhi dirinya.Ada perasaan sedih yang ia rasakan, pasalnya Regan satu-satunya teman pria yang begitu perhatian terhadap dirinya."Apa kabar ya Regan? Gue jadi kangen deh sama dia, biasanya dia tuh yang paling bawel sama gue selama sakit. Sekarang malah lost contact begini." gumamnya sambil memandang ke arah luar jendela kamarnya.*FlashBack On*Lo ngajak gue ke sini?""Iya, emang kenapa?""Ngapain emangnya kita ke sini?" "Main aja, cuci mata.Pusing tau ketemunya komputer lagi komputer lagi, kalo gak mas Daus lagi mas Daus lagi.""Hahaha.. bisa aja deh lo.""Eh Cit, ada TimeZone ke sana yuk!""Ih kayak anak kecil aja lo.""Udah ayo!""Lo mau main yang mana?" "Main basket dulu kayaknya seru!""Oke, ayo!""Balapan yuk siapa yang paling banyak cetak gol?""Ayo! Siapa takut." "Hebat juga lo.