Share

Rindu

Pov Erlangga

Hampir saja aku melakukan kesalahan. Melihat wajah Delisa yang cantik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah merona. Namun,  aku sadar gadisku masih di bawah umur dan tidak sepantasnya aku melakukannya.

Saat aku mulai mendekat padanya, ia langsung memejamkan mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Saat aku tersadar kalau Delisa berbeda dengan mantan pacarku yang lain. Kuurungkan niat untuk menciumnya.

Terkadang aku bingung, perasaanku padanya berbeda dengan mantan-mantanku yang lain. Apa rasa sayang ini lebih mirip sayang ke adik sendiri?

Waktu aku tahu Delisa berbohong, karena ternyata ia masih anak SMA tidak membuatku marah. Justru aku merasa lucu karena tidak menyadari hal itu.

"Erlan!" Terdengar suara manja itu memanggilku.

"Ada apa?" tanyaku begitu ia sudah berdiri di sampingku.

"Ini buat kamu," jawabnya seraya  menyerahkan sebuah undangan. "Jangan sampai enggak datang, ya," ucapnya lagi.

"Aku usahain," sahutku singkat.

"Aku tunggu, ya, Lan," katanya lagi sambil bergelayut manja pada tanganku.

"Aku usahain," ulangku lagi yang membuat wajahnya merenggut lalu melepaskan tanganku. "Aku duluan, Mit," pamitku meninggalkan Mita menuju parkiran.

"Mas Bro," sapa Budi sambil menepuk pundakku.

"Balik duluan aku, Bro," ucapku sambil memakai jaket.

"Tumben jam segini dah mau balik," sahut Budi. 

"Capek Bro. Pengen istirahat, ngumpulin tenaga buat tanding lusa," kataku lagi.

Budi mengangguk sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong kamu sudah dapat undangan belum?" tanya Budi sambil duduk di atas motornya.

"Sudah," jawabku singkat.

"Kayanya kamu bakalan dikenalin sebagai  pacar ke keluarganya Mita," ujar Budi.

"Lah, emang aku siapanya Mita. Pakai dikenalin segala.

"Kamu 'kan kesayangan dia," goda Budi.

Aku hanya menggeleng merespons ucapan Budi. Kemudian pamit untuk pulang lebih dulu.

***

Kumenatap langit-langit kamar, terbayang wajah Delisa yang menggemaskan. Aku sangat merindukannya setelah satu Minggu tidak pernah bertemu dan bertukar kabar.

Aku mengambil ponsel di nakas kerena terdengar ada notifikasi pesan masuk. Ternyata pesan dari Delisa.

[Lagi di mana Kak?]

[Di kostan.]

[Kok Kakak enggak kasih kabar sama aku?]

Ternyata ia juga sama merindukannya denganku. Tidak kubalas lagi pesannya. Aku langsung mengambil kunci motor dan melaju menemuinya.

Aku menunggu dihalte dekat rumahnya. Setelah lima belas menit menunggu terlihat Delisa turun dari bus.

Aku berjalan mendekatinya ketika jarak kami tinggal dua langkah lagi ingin rasanya memeluknya menumpahkan segala kerinduan.

"Katanya di kostan tadi?" tanyanya kemudian.

"Iya, tapi kakak kangen sama kamu, makanya langsung ke sini," jawabku.

"Kok, tumben kamu pulang sendiri. Yang lain ke mana?" tanyaku begitu Delisa sudah duduk di boncengan.

"Mereka pergi ke mall nonton acara jumpa fans artis Korea," jawab Delisa.

"Kamu enggak ikutan sama mereka?"

"Aku enggak suka oppa-oppa Korea," jawabnya. "Aku sukanya oppa Indonesia," ujarnya lagi.

Kena aku digombalin anak ABG. Bisa kulihat dengan jelas dari spion wajah Delisa yang merubah jadi kemerahan.

***

Hari ini aku mengajak Delisa ke kampus untuk menemani aku bertanding.

"Tunggu di sini dulu. Aku ganti baju sebentar," ucapku di depan ruang ganti pakaian.

Ia hanya mengangguk dan duduk di pinggiran taman di depan ruang ganti.

Setelah selesai aku keluar ruang ganti bersama Budi dan Rico. 

"Dee," panggiku. 

Delisa sedang asyik melihat mahasiswa yang sedang bermain basket di lapangan.

Delisa berjalan menghampiriku. "Kenalkan ini Budi sama Rico," ucapku memperkenalkan dua sahabat baikku.

"Delisa," ucap Delisa

"Ohh jadi ini pacar baru Erlangga," ucap Budi sambil melirik ke arahku

"Kenalkan ini Delisa," ucapku pada Budi dan Rico

Budi dan Rico mengulurkan tangan pada Delisa bergantian. 

"Jadi ini banyak cewek barunya Erlan," ujar Budi membuat Delisa tersenyum kaku.

"Kita duluan, Lan," pamit mereka bersamaan.

"Iya, nanti aku nyusul," sahutku.

Budi dan Rico bergabung dengan anggota tim basket kami yang lain. Sementara aku mencarikan Delisa tempat duduk yang pas agar ia nyaman melihatku bertanding.

Ternyata benar kehadiran Delisa dalam pertandingan ini menjadi magnet yang luar biasa untuk semangat bertandingku. Setiap kali melihat ke arahnya ia selalu tersenyum membuatku sangat-sangat bahagia. Terbukti aku beberapa kali melakuka tembakan three point dan tim kami menang dengan sempurna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status