Setelah mendengar pernyataanku tadi teman-temanku menatapku meminta penjelasan lebih lagi,dengan terpaksa aku menjelaskan semuanya dan inilah alasanku memutuskan tuk pindah lagi ke kota kelahiranku ini.
"Gue udah lama banget suka sama dia,awalnya gue pendem sendiri tapi lama-lama perasaan ini ga bisa gue pendem lagi,akhirnya setelah tau dia bakalan kuliah di sini gue jadinya mutusin buat pindah lagi ke sini." jelasku kepada teman-temanku.
"Jadi ini sebenernya alasan lu balik ke sini lagi?" tanya Fani.
"Hhmm ini alasan terkuat gue balik lagi,selain menghindar dari bapak tiri gue yang maksa banget nyuruh gue kuliah,kalian kan tau otak gue gimana." Jawabku,otakku memang tak sepintar Annisa,sudah bisa lulus sekolah menengah atas pun sudah luar biasa untukku.
"Jangan bilang lu mau cape-cape kerja cuma buat cari perhatian tuh cowo aja?" Tebak Agis sambil memicingkan matanya.
"Yupss,betul banget." Jawabku mengerlingkan mata dan tersenyum simpul.
Aku memang mencari informasi di mana Angga kuliah dan di mana tempat tinggal Angga,setelah mengetahuinya ku buat rencana yang awalnya akan memaksakan masuk kuliah di universitas yang sama dengan Angga tapi rencana itu tak terlaksana,seakan semesta merestuiku ketika sedang membeli minuman di minimarket dekat dengan tempat tinggal Angga,aku membaca ada lowongan pekerjaan di minimarket itu,segera ku temui kepala minimarket itu untuk menanyakan lebih jelas lagi,ke esokan harinya aku sudah siap untuk melamar di sana,dan lamaranku pun di terima.
"Terus rencana lu apa buat deketin tuh laki-laki?" Tanya silfi membuyarkan lamunanku.
"Rencananya gue mau deketin dia pelan-pelan aja,ga mau terburu-buru banget,gue mau bikin dia terkesan dulu sama gue." Jawabku mantap.
"Yakin bisa,bukannya tadi lu bilang dia cinta mati banget sama adik tiri lu itu." tanya Fani.
"Belum di coba kan,gue mau berusaha dulu,apa lagi mereka kan LDR-an lebih gampang tuh buat gue deketin dia." Jawabku lagi lebih mantap.
"Kita sih cuma ingetin lu jangan sampai nekad,kalau kalian jodoh pasti ada caranya buat deketin kalian." Fani mengingatkan dan menasehatiku.
Saat sedang asik mengobrol tiba-tiba Angga melambaikan tangan ke arahku,Angga menyadari keberadaanku di cafe ini,ku coba untuk mengacuhkannya,membuatnya menjadi penasaran.
"Eh,liat tuh laki ngedadahin ke sini Ra." Heboh Silfi.
"Diem pura-pura ga liat,gue mau sok pura-pura jual mahal dulu biar dia penasaran." Jawabku berbisik.
Kita melanjutkan lagi mengobrol tanapa melihat ke arah Angga.ku lihat dari ekor mataku Angga merapihkan buku-buku dan laptopnya berniat untuk pergi dari cafe ini,menghabiskan sisa minumannya,lalu berjalan menuju meja kasir dan melewati mejaku dan teman-temanku.
Hal yang tak terduga Angga menyapaku "Hai Ra,lagi di sini juga,tadi aku panggil kamu ga liat." Sapanya sambil melirik teman-temanku,dan tersenyum sebagai tanda sapaan untuk mereka.
"Eh mas,iya nih lagi ngumpul aja sama temen-temen,maaf tadi aku pikir mas nyapa siapa,aku takut salah." Jawabku kikuk.
"Duduk mas." Aku bergeser dari tempat dudukku menawarinya duduk.
"Ga usah Ra mas ga lama harus balik ke kampus,kamu juga udah mau pulang kayanya nih." tolaknya.
"Iya nih mas." Aku menjawab dan tersenyum sedikit.
Angga sedikit mengobrol dan berbasa-basi dengan teman-temanku,setelahnya dia pamit untuk kembali lagi ke kampusnya.
Setelah kepergian Angga ke tiga temanku menjadi aneh,ada yang senyum-senyum sambil menatapku,ada yang menggodaku mencolek-colek dagu ku,ada yang bersiul dengan gaya norak.
Jantungku jangan di tanyakan lagi bagaimana rasanya,sudah pasti deg-deg ser seperti menaiki rollercoaster,seorang Angga yang dingin dengan perempuan mau menyapaku tadi.
Ku tinggalkan teman-temanku tadi karna harus pergi bekerja.
Semenjak pertemuan ku dengan Angga di cafe itu,kami berlanjut sering berkomunikasi,menyempatkan untuk bertemu sekedar mengobrol di cafe atau jalan mengenal tempat-tempat baru yang belum pernah dia ketahui di kota ini,aku yang memang lahir dan besar di kota ini cukup banyak membantunya mengenal kota ini.
Hubungan kami semakin dekat,bahkan yang ku tahu hubungannya dengan Annisa sedikit merenggang,itu yang ku mau sejak dulu.
Pertemuanku dengan Angga semakin intens saja,aku tak malu lagi untuk menemuinya di kampus atau menemuinya di kosannya,dan rasa nyaman ketika sedang bersamanya makin tak bisa ku tahan lagi,mungkin karna kebersamaan kita ini,semakin hari rasa nyaman itu semakin besar.
Angga pun sepertinya merasakan hal yang sama dengan ku,ku beranikan diri untuk mengutarakan apa yang ada di hati ini,apa yang ku rasakan kepadanya.
Malam itu selesai makan malam bersama ketika kami duduk di sebuah taman,aku mengutarakan semua isi hatiku.
"Mas,aku mau bicara boleh,tapi mas janji jangan marah ya,jangan jadi membenci ku,aku tau ini salah tapi aku udah ga bisa memendamnya lagi mas." Ucap ku lirih.
"Kenapa Ra,apa yang mau kamu bicarakan,ko tegang banget sih." Jawabnya melihat ke arahku.
"Hhmmm.. Mas kita dekat sudah lumayan lama kan,selama mas di sini aku yang selalu ada untuk mas,ketika mas sakit,ketika mas sibuk dengan kuliah mas,aku yang membantu mas merapikan kosan dan membuatkan makanan untuk mas,jujur mas dari awal aku bertemu mas untuk pertama kalinya saat mas main ke rumah dengan Nisa aku sudah menyukai mas,apa lagi sekarang kita bisa sedekat ini aku udah ga bisa memendam lagi perasaan ini mas,aku tau ini salah karna mas sudah punya Nisa,aku cuma mau mas tau apa yang aku rasakan selama ini." Ucapan ku mantap menatapnya dalam dan cukup membuatnya kaget.
"Mas bingung harus jawab apa Ra,jujur aja mas juga merasa nyaman selama bersama kamu." Jawabnya sambil menghela napasnya.\,dan jawabannya pun mengejutkan ku juga,ternyata Angga merasakan nyaman selama bersama denganku.
"Terima kasih buat kejujuran kamu Ra,terima kasih juga selama mas di sini kamu banyak membantu mas,mas bingung harus menanggapi ini kaya gimana,kamu tau mas masih berhubungan dengan adik mu,walaupun hubungam kami sedikit merenggang akhir-akhir ini." katanya sambil menatap hamparan rumput hijau di depan kami.
"Maaf mas aku bikin mas jadi bingung,tapi aku memang sudah ga bisa memendamnya lagi mas." Ucapku menundukan kepalaku.
Hening beberapa saat,sampaiku memulai pembicaraan lagi.
"Aku siap jadi yang kedua mas,selama kita di sini kita jalanin saja seperti ini mas,aku janji ga akan ada yang mengetahui ini." Ucapanku mantap,entahlah apa yang ada di pikiranku saat ini,yang pasti aku harus mendapatkan hati Angga,jawabanku yang lagi-lagi membuatnya terkejut.
Angga menengokan kepalanya menghadapku,tatapan mata kami terkunci untuk beberapa saat,sampai akhirnya Angga memutuskan tatapan itu ke arah lain.
"Ra,mas ga mau menyakiti Annisa kalau sampai dia tau ini semua,mas juga ga mau menyakitin kamu Ra." katanya kembali setelah hening sesaat.
Kuberanikan untuk menggenggam tangannya,ku tengokan kembali kepalanya untuk menghadap ke arahku,tatapan kami bertemu kembali,ku tatap matanya ku isyaratkan permohonan untuknya menyetujui permintaanku ini,dan entah s***n dari mana dirinya menganggukan kepala untuk mengiyakan permintaan ku ini,Angga membalas genggaman tanganku,Angga menyetujui permintaanku ini,rasanya seperti mimpi,akhirnya aku bisa mendapatkan Angga,sedikit demi sedikit akan ku buat Angga untuk melupakan Annisa dari hidupnya,kebersamaan yang lebih sering kami lalui bisa sedikit membantuku untuk mengambil hatinya sepenuhnya hanya untuk ku.
Ku peluk erat tubuhnya menumpahkan kebahagiaan ini,awalnya Angga tak membalas pelukan ini tapi lama ke lamaan dia pun membalasnya.
"Terimakasih mas mau memberiku kesempatan untuk mengisi hari-harimu,aku janji ga akan ada yang tahu hubungan kita ini." Kataku untuk lebih meyakinkannya lagi.
Angga melepas pelukan kami,sedikit kecewa tapi aku harus lebih bersabar lagi,mungkin Angga masih belum terbiasa.
"Semoga keputusan mas tidak menyakitimu dan menykiti Annisa." Jawabnya menunduk.
Kugenggam tangannya,ku berikan kekuatan dan kenyamanan agar Angga tidak merasa bersalah atas keputusannya ini.
Hubungan kami semakin dekat setelah pernyataanku itu,aku yang lebih dominan atas hubungan ini,segala cara ku lakukan untuk lebih menarik hati Angga.
Hubunganku dengan Angga diketahui ibu dan bapak ku,kami memang merencanakan sesuatu,ibu dan bapak yang sebenarnya masih saling mencintai akhirnya merancanakn untuk menguras harta ayah tiriku dan menggunakannya untuk memodali kembali bisnis bapak,setelah bisnis bapak kembali jaya,ibu akan meminta cerai dengan pak Hasan untuk kembali dengan bapak,itu yang ku mau melihat keluargaku utuh kembali.
Aku pun merencanakan akan membut hubungan Angga dan Annisa selesai dan segera menjebak Angga agara secepatnya menikahiku.
Rencana yang ku maksud diketahui oleh kedua orangtuaku mereka pun mendukung dan membantu semua rencanaku ini,mereka ingin hidupku terjamin dengan cara aku yang harus menikah dengan Angga.
Hari berlalu ke minggu,minggu berlalu ke bulan dan bulan berlalu ke tahun,tak terasa hubungan ku dengan Angga terus semakin mendekat,Angga sering menginap di rumahku,dengan alasan yang menemaniku ketika bapak sedang tak pulang ke rumah,padahal ini salah satu rencana yang ku buat dengan bapak.
Aku menjebak Angga dengan sebuah obat yang di berikan oleh bapak yang ku masukan ke dalam minumannya,hingga Angga tak sadar dengan apa yang sedang kami lakukan ini,reaksi obatnya membuat Angga lupa akan semua hal.
Keesokan paginya Annisa pun telah sadar sesuai interupsi dari Dokter. Melihat Annisa mulai sadar pak Arkan lekas menggenggam kembali tangan Annisa dan mengelusnya."Sayang." Panggil pak Arkan,menggenggam tangan Annisa, dan sebelah tangannya mengusap kepala Annisa lembut.Annisa yang mulai sadar saat membuka kedua matanya langsung melihat ke arah pak Arkan dan tampak terkejut lalu menarik tangannya yang di genggam pak Arkan."Mama mana?" Tanya Annisa yang lebih mencari mamanya dari pada suaminya sendiri."Mama pulang dulu,nanti kembali lagi ke sini." Jawab pak Arkan menatap kedua mata Annisa."Panggil suster Nisa mau ke kamar mandi." Annisa berkata sembari mencoba bangun dari tidurnya,tapi gagal karena rasa sakit di perutnya."Aawwwhh." teriaknya tertahan."Saya bantu,kamu belum boleh bangun." Pak Arkan mengangkat badan Annisa dan membawanya ke dalam kamar mandi.Annisa hanya diam saat pak Arkan mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi,mau menolak pun percuma karena kondisi badannya
Pukulan itu akhirnya terhenti ketika pak Arthur melihat sang istri sudah lemas karena ulahnya."Papa kecewa sama kamu Arkan,apa yang kamu perbuatan hingga mencelakai menantu dan calon cucu papa." Ucap papa menghampiri bu Ayunda yang terduduk di kursi."Stop pa." Tangis bu Ayunda di pelukan sang suami."Maafkan papa ma,papa emosi." Sesal pak Arthur. "Kalau sampai terjadi sesuatu,jangan pernah anggap saya ini papa kamu lagi." Ucap pak Arthur."Papa kecewa dengan kebodohan yang kamu lakukan,kalau saja Romi tak papa paksa untuk bercerita mungkin kamu dengan bodohnya mau menikahi perempuan yang jelas-jelas sudah membuat hidup mu hancur hanya demi harta." Sarkas pak Arthur mengeluarkan kekecewaannya."Pak Arthur saya mewakili istri dan keluarganya memohon maaf atas apa yang telah di perbuat, saya pun kecewa atas apa perbuatan mereka, saya akan membawa mereka kembali, sekali lagi saya memohon maaf pak." Ucap Hermawan suami dari Dira."Bawa mereka pergi dari hadapan saya." pak Arthur berkata
Annisa masih berada di dalam ruangan unit gawat darurat,pak Arkan nampak pucat dengan perasaan tak menentu setelah mengetahui kalau Annisa sedang hamil,pak Arkan menyesal dengan apa yang telah dia perbuat terhadap Annisa. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengan Annisa dan calon anaknya itu.Pak Arkan duduk di kursi di depan unit gawat darurat menunggu kabar dari dalam,wajahnya sudah penuh dengan luka memar akibat di pukuli pak Arthur papanya tadi begitu sampai di rumah sakit setelah di hubungi bu Ayunda mamanya pak Arkan.__________Setelah mengatakan Annisa hamil bu Ayunda berlari menghampiri Annisa yang akan di angkat oleh beberapa suster yang akan di bawa menuju ruang unit darurat.Pak Arkan yang terlebih dahulu mengangkat badan Annisa membawanya sedikit berlari menuju ruangan gawat darurat,pikirannya sudah sangat kacau sekali.Di belakangnya, di ikuti mamanya yang tak kalah paniknya dengan pak Arkan, sambil tangannya meng
Aku benar-benar menumpahkan air mata ku di pelukan mama,mama dengan eratnya tak melepaskan pelukannya,dengan sabarnya mama menunggu ku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi denganku dan pak Arkan.Tangisan ku pun berhenti tapi tetap berada di pelukan hangatnya mama, enggan sekali tuk melepaskannya, ini sangat nyaman. Aku tak seberuntung anak-anak di luar sana yang bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu setiap saat,menyesal sangat amat menyesal karena tak memanfaatkan waktu dengan berharga tuk selalu memeluk ibuku dulu.Tapi sekarang aku merasakan amat sangat beruntung bisa mendapatkan dan di pertemukan dengan ibu mertua yang amat sangat baik,pengertian dan selalu ada untuk ku serta kehangatannya yang membuat ku nyaman seperti sekarang ini,beliau dengan sabar menunggu ku untuk bercerita."Sudah tenang sayang?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut dan tersenyum,senyuman mama ini menghangatkan hatiku."Sudah ma." Aku mengangguk."Ceritakan sama mama apa yang terjadi dengan k
Sampai pagi pun Annisa masih belum pulang juga,mama pun menginap semalam karena mengkhawatirkan Annisa.Selesai sarapan aku kembali ke lantai atas untuk mencari info dari orang-orang ku yang ku tugaskan mencari Annisa kemarin,mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Annisa.Terdengar suara mobil Annisa masuk ke halaman rumah,gegas ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah menuju pintu depan ternyata mama sudah berada di sana.Terlihat sekali wajah Annisa yang muram."Nisa sayang,mama khawatir." Ucap mama lalu memeluk Annisa."Nisa baik-baik aja ma." Jawab Annisa lalu membalas pelukan mama.Aku yang berada di belakang mama tak di hiraukan nya."Boleh Nisa ke kamar ma?" Pintanya setelah melepaskan pelukan mereka."Boleh sayang." Jawab mama tersenyum mengelus kedua pipi Annisa.Annisa berjalan dengan menundukkan kepala melewati ku yang berdiri mematung saat Annisa melewati ku begitu saja."Nisa." Aku memanggilnya saat Annisa akan menaiki tangga menuju kamar kami."Iya." Jawabny
Semenjak kejadian hari itu selalu ada saja yang menjadi alasan bu Dina memintaku untuk bertemu dengan Dira,karena hanya dengan diriku ini Dira bisa menjadi tenang.Dira pun tak segan dan tak merasa risih menunjukkan kemanjaannya di hadapanku padahal dia tau aku sudah menikah karena melihat cincin di jari manis ku, dan menanyakan tentang Annisa lewat bu Dina."Mas, akhirnya kamu datang juga, aku nungguin dari tadi." Ucapnya saat melihat ku datang ke apartemen nya atas permintaan bu Dina.Dira menarik ku menuju sofa yang berada di ruang TV apartemennya,mendudukkan ku dan dia pun duduk di samping ku dengan tangannya yang terus menggandeng tanganku tanpa risih sedikit pun,justru aku yang merasa sangat risih sekali,pernah suatu waktu aku menjauh dari tempat duduk nya dan melepas kan rangkulannya tapi ternyata Dira tak Terima dan memasang wajah sedihnya."Mas, lihat ini hasil USG kemarin,kamu sih ga bisa antar aku USG." Ucapnya cemberut dan menunjukkan hasil USG bayinya.Aku hanya me