Pagi hari yang cerah,secerah hati ini yang sudah bisa menerima apa yang terjadi kemarin.
Seperti biasa kembali ke rutinitasku yang mengajar setiap pagi sampai siang, pulang mengajar ku lanjutkan untuk kuliah,mencari banyak kegiatan untuk membantuku melupakan apa yang membuatku terpuruk kemarin.Setelah sarapan bersama kak Armand dan mba Mita,aku bergegas pergi ke sekolah tempatku mengajar,menggunakan sepeda motor kesayanganku yang ku beli sendiri dari gajiku menjadi pengajar,walaupun hidup berkecukupan itu tidak membuat ku besar kepala,ayah membelikanku mobil,tetapi tak pernah ku pakai,aku lebih nyaman menggunakan motor, lebih praktis waktu apa lagi di jam-jam macet seperti pagi ini.Jam sudah menunjukan pukul 7.15 aku terlambat masuk kelas karna ada sedikit masalah tadi di jalan, setelah memarkirkan motorku di tempat biasa, aku sedikit berlari menyusuri lorong sekolah,wajah bahagia anak-anak muridku berubah jadi aneh,mereka menatapku "mungkin mereka berfikir tidak seperti biasanya ku terlambat masuk. " Batinku berucap,dan benar saja diriku yang selalu ontime tiba-tiba jadi terlambat.flashback on..
Di lampu merah tadi ada sedikit insiden yang membuatku jadi terlambat ke sekolah..
Setelah lampu berubah menjadi warna hijau ku lajukan motorku berbelok ke arah kanan,saat motorku tepat berada di belokan ada sebuah mobil datang dari arah berlawanan,tak sempat menginjak rem motorku jatuh menabrak tembok jalan,kaki dan sikut tangan ku luka akibat benturan saat motorku jatuh.
Seorang lelaki keluar dari mobil yang menabraku tadi,dia membantuku bangun dan membawaku duduk di pinggir jalan,mebantuku memberikan pertolongan pertama pada lukaku,memberikan ku air mineral yang dia ambil dari dalam mobilnya.
"Saya mohon maaf,sudah menabrakmu,saya tak sengaja,saya di kejar waktu." Ucap laki-laki itu,sambil memberikan air mineral yang di ambil tadi dari dalam mobilnya.
"Saya juga buru-buru mas,tapi saya tetap hati-hati." Jawabku sambil mengambil air mineral yang di sodorkannya.
"Saya antarkan ke rumah sakit untuk mengobati lukamu ini." Tawarnya dengan muka datar.
"Gak usah,saya harus sampai secepatnya,murid-murid saya sudah menunggu." Jawabku ketus,"ada orang yang sudah salah tapi mukanya biasa aja datar banget." Gerutuku dalam hati.
Mencoba berdiri menahan sakit di kaki yang terluka,kulangkahkan kaki menuju motorku yang sedikit mendapatkan goresan akibat jatuh tadi,ku pakai kembali helm yang ku lepas setelah terjatuh tadi,saat ku akan menyalakan motorku laki-laki tadi menghampiriku dan menahan lenganku.
"Tunggu sebentar." Katanya menahan lenganku.
"Saya harus pergi sekarang mas,permisi." Kataku melepas tangannya dari lenganku.
"Tunggu dulu,lukamu harus segera di obati." Katanaya lagi.
"Saya obati ketika sampai di tempat saya mengajar." Jawabku.
"Di mana tempat mu mengajar,biar saya antarkan." Katanya lagi.
"Gak usah ya mas,saya baik-baik saja,saya sudah terlambat ini,saya harus pergi." Jawabku lagi,lalu menyalakan motorku,tempatku kecelakaan ini memang sedikit sepi hanya ada 2-3 orang yang mebantu tadi.
Ku lajukan motorku menuju tempatku mengajar,dan betul saja pintu gerbang sekolah sudah di tertutup rapat.
Fashback off...
Selesai mengajar kulangkahkan kaki ku menuju UKS untuk mengobati luka di tangan dan di kakiku,memang ku tahan sedari tadi,karna sudah terlambat masuk kelas jadi ku abaikan luka-luka ini,setelah selesai mengajar barulah ku obati lukanya.
Jam sudah menunjukan pukul 2 siang saat ku tiba di kampus,seperti biasa jadwalku setelah mengajar pergi kekampus,hari ini jadwalku bertemu dosen pembimbing skripsiku,karna sudah membuat janji untuk bertemu dengannya hari ini.
Kuketuk pintu ruangan yang ada di depanku,ruangan pak dosen pembimbing skripsiku yang ku tahu bernama Arkana Sadewa,dosen baru yang masuk sebulan lalu saat di mana ku terpuruk akan penghianatan Angga dan Rahmah,selama sebulan itu hidupku benar-benar tak terarah,sampai engga untuk keluar dari kamar,kak Armand yang membantuku izin ke pihak kampus beralasan sakit yang mengharuskan istirahat total,ya memang aku sedang sakit lebih tepatnya sakit di hati ini.
tok.. tok.. tok..
"Masuk." Terdengar suara dari dalam.
Kubuka pintu yang ku ketuk tadi,sesaat pandangan kami bertemu,betapa terkejutnya aku ternya dia yang menabraku tadi,laki-laki itu Arkana Sadewa dosen pembimbingku.
Ragu-ragu kulangkahkan kaki menghampiri mejanya.
"Maaf pak saya Annisa Lestari mahasiswi yang akan di bimbing skripsi oleh bapak." Kataku kikuk.
Diah berdehem lalu mempersilahkan ku untuk duduk.
Setelah duduk ku berikan sebuah map yang ku pegang tadi yang isinya judul skripsi yang akan ku buat,dan mendiskusikannya.
Pak Arkan mengabil map yang ku berikan tadi dan membacanya,di lihat dari ekspresinya saat membaca semoga sesuai dengan apa yang ku harapkan.
Aku harus segera lulus dan meraih semua cita-citaku,menunjukan kepada para penghianat itu kalau aku bisa bangkit dari rasa sakit hati ini.
Pak Arkan masih terus fokus membacanya..Sampai akhirnya beliau tutup map itu dan mendongkak menatapku lalu berkata "Cukup bagus judul ini bisa kamu pakai." Ucapnya."Alhamdulillah." Ucapku dalm hati."Terima kasih pak." Jawabku."Untuk selanjutnya kamu bisa mulai membuatnya dan diskusikan kepada saya" kata pak Arkan."Baik pak." Jawabku."Kalau sudah saya permisi pak,sekali lagi terima kasih banyak dan mohon bimbingannya pak." Kataku dan berdiri untuk beranjak keluar dari ruangan dosenku ini."Tunggu sebentar."' katanya dan menahanku."Duduk dulu." Pintanya lagi."Apa lagi sih." Gerutuku dalam hati sambil mendudukan bokong ini di kursi."Bagaimana keadaanmu,luka-luka itu sudah di obati kah.?" Tanyanya kepadaku."Sudah pak,tadi di obati di uks tempatku mengajar." Jawabku cepat karna sudah tak mau berlama-lama berada di ruangan ini,sejujurnya hati ini masih kesal."Oh." Jawabnya."Hah,cuma OH."
Santi,Tia,Dinda dan pak Arkan masih menunggu di depan ruang UGD setelah tadi mereka membawa Annisa ke rumah sakit,sudah 30 menit dokter maupun suster belum ada yang keluar dari dalam,mereka menunggu dengan cemas."Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya pak Arkan.Mereka bertiga kompak menggelengkan kepala,terlalu panik sampai lupa untuk mengabari keluarga dari Annisa,Tia yang lebih dulu mengeluarkan Handphonenya untuk menelpon kak Armand,mereka bertiga sudah mengetahui kalau sekarang Annisa sudah tidak tinggal lagi dengan sang ayah,melainkan sudah tinggal bersama kak Armand.tut...tut..tut...Setelah dering ke tiga barulah panggilan terhubung."Hallo." terdengar suara kak Armand."Hallo kak,ini Tia kak." Kata Tia."Iya Tia ada apa." Jawab kakArmand."Emm..ini kak,Annisa masuk rumah sakit,sekarang lagi di UGD." Ucap Tia mencoba tenang."HAH APA,ANNISA MASUK RUMAH SAKIT." Kata kak Armand dengan suara
Arkana Sadewa seorang laki-laki berusia 33 tahun yang masih betah menjomblo di usianya yang tak lagi muda ini,seorang pemimpin perusahaan sebuah perusahaan import terbesar di indonesia,seorang laki-laki yang terus di paksa untuk menikah oleh ibunya.Dulu Arkan pernah hampir menikah namun terpaksa harus batal karna sang kekasih lebih memilih menikah dengan laki-laki lain yang katanya lebih kaya dari Arkan,dari sejak batalnya pernikahan itu Arkan berubah jadi manusia paling cuek dan dingin,menghabiskan hidupnya dengan terus bekerja.Menghindari sang ibu yang terus memaksanya untuk menikah,beberapa kali di jodohkan dengan anak-anak rekananannya tapi tak satu pun ada yang di pilihnya,bagi Arkan semua wanita-wanita itu sama dengan sang mantan kekasihnya dulu.Hari ini Arkan sedang libur dan sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di halaman belakang rumahnya,Arkan memang memilih tinggal di rumahnya sendiri dari pada tinggal di rumah orangtuanya karna menghindar
Di kantor selesai meeting pikiran Arkan terus tertuju pada seorang gadis yang tadi pagi dia tabrak,merasa bersalah karna tak membawanya ke rumah sakit tuk mengobati luka-lukanya itu,"Gadis keras kepala" Gumamnya,tersenyum kecil.Melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk tanpa di sadari jam sudah menunjukan jam makan siang,selesai dengan pekerjaannya Arkan membereskan mejanya dan keluar dari ruangannya untuk menemui sekertarisnya,karna hari ini dia ada jadwal untuk mengajar di kampus yang didirikan Ayahnya itu,memutuskan menjadi dosen hanya untuk menyibukan dirinya untuk lupa akan masa lalunya itu."Rud,saya harus ke kampus ada jadwal mengajarkan hari ini?" Tanyanya ke pada sekertarisnya ini,Rudi buka hanya sekertaris tetapi asistennya juga sekaligus sahabatnya dari zaman mereka masih sekolah,Arkan memang sengaja memilih sekertaris laki-laki lebih leluasa saja dalam berdiskusi menurutnya."Iya bos hari ini ada jadwal mengajar." Jawab Rudi,walaupun mereka bersa
Setelah menunggu hampir 1 jam,akhirnya dokter pun keluar,perasaan tak menentu sedari tadi yang ku rasakan ini,menghampiri dokter dan tiba-tiba ada seorang lelaki datang menghampiri kami bersamaan,laki-laki yang ku perkirakan tak jauh usianya dari usia ku,dan ternyata laki-laki ini kakaknya Annisa yang tadi di telepon temannya Annisa. Dokter pun menjelaskan kondisi Annisa,ada rasa ingin melihatnya langsung tapi ku tahan,kakaknya Annisa yang lebih berhak untuk menemuinya lebih dulu,diriku bisa menemuinya nanti mungkin. Menunggu tak berapa lama kakaknya Annisa keluar dari ruangan itu,dan menemui ku yang masih betah berdiri di depan pintu bersama dengan teman-temannya Annisa. Kakaknya Annisa meminta penjelasan apa yang terjadi dengan adiknya,di ceritakan dan di jelaskan semua oleh teman-temannya Annisa yang memang lebih tau kondisinya saat kejadian tabrakan itu,apa yang membuat Annisa berlari tanpa arah tadi,dan berakhir tertabrak mobil,diriku hanya diam menyimak karna memang tidak meng
Annisa pun sadar. Perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke kelopak matanya,yang pertama Annisa lihat sang kakak ipar yang sedang duduk sambil membaca buku. "M-mba." Ucap Annisa terbata. "Annisa." Jawab mba Mita yang langsung menghampiri Annisa dan di genggamnya tangan Annisa yang terbebas dari infusan itu. "Apa ada yang sakit." Tanya lagi mba Mita. "Mba panggilin dulu dokter ya." Katanya lagi. Annisa hanya tersenyum menjawabnya. Dokter pun datang dan memeriksa kondisi Annisa,selagi dokter memeriksa Annisa,mba Mita bergegas mengabari suaminya kak Armand,kak Armand terpaksa harus meninggalkan Annisa karna ada urusan yang harus di urus di perusahaan. Dokter selesai memeriksa Annisa dan berkata kondisi Annisa sudah membaik,hanya perlu istirahat beberapa hari saja untuk menstabilkan kesehatannya. "Gimana sudah enakan?" Tanya mba Mita yang kembali menghampiri Annisa dan duduk di samping ranjang Annisa. "Sudah mba." Jawab Annisa tersenyum. "Kakak mana mba?" Tanya
Pandangan ayah tiba-tiba tertuju pada seorang lelaki yang berdiri di samping mba Mita dan lalu melihat ke arahku seakan berkata "Siapa dia?" Kak Armand yang menyadari pandangan ayah langsung memperkenalkan pak Arkan kepada ayah. "Dia calonnya Annisa sekaligus dosennya Nisa." Ucap kak Armand mantap,dan membuat diri ini kaget mendengar ucapan kak Armand,bukan hanya aku yang kaget pak Arkan pun menunjukan raut wajah kaget sepertiku,tatapan mata kami bertemu "Maaf pak." Batinku,semoga pak Arkan bisa mengerti dari tatapan mataku ini. Ayah dan yang lainnya yang berada di kamar ini pun sepertinya merasa kaget mendengar ucapan kak Armand. Ayah membalikkan badan menghadap pak Arkan "Saya Hasan ayahnya Annisa." Ucap ayah menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan pak Arkan. Pak Arkan dengan ragu menerima tangan ayah "Saya Arkana Sadewa." Ucapnya. "Sadewa, seperti tidak asing lagi namanya." kata ayah. "Sadewa nama papa saya Artur Sadewa." Jawab pak Arkan."Artur Sadewa pemilik Sadewa grup
Setelah beberapa hari Annisa di rawat di rumah sakit,kondisinya sudah membaik,Annisa sudah di perbolehkan untuk pulang siang ini.Tiba-tiba kak Armand mendapatkan telpon dari kantor untuk segera datang karena ada hal penting yang harus di selesaikan,bingung kak Armand,siapa yang bisa dia minta tolong untuk mengurus kepulangan sang adik,mba Mita istrinya sudah pulang dari pagi untuk membersihkan rumah dan merapikan kamar Annisa,ayahnya.. ah lupakan dia dari pertama ayahnya datang menjenguk sampai sekarang beliau tidak tampak lagi untuk melihat Annisa.Di saat sedang larut dalam pemikirannya,kak Armand di kejutkan dengan kedatangan seseorang,"Pak Dosen" gumam kak Armand."Selamat siang." Sapa pak Arkan memasuki kamar Annisa yang pintunya terbuka,setelah mengetuk pintu tanpa ada jawaban dari dalam,pak Arkan memutuskan untuk masuk dengan perlahan,rupanya kakaknya Annisa ini sedang melamun,sedangkan Annisa masih tertidur setelah meminum obat."Pak Dosen,maaf tadi saya melamun." Jawab kak A