Rahmah Aisyah sosok perempuan manja,keras kepala,dan apa pun keinginannya harus di ikuti,terbiasa hidup dengan kemewahan sedari kecil menjadikan Rahmah menjadi sosok yang amat sangat angkuh,di saat usianya menginjak remaja berita buruk pun menimpa keluarganya,perusahaan ayahnya Adi Rusdi mengalami kebangkrutan karna di tipu rekan kerjanya,keluarganya hancur dan orang tuanya pun bercerai,bu Ajeng yang menggugat pak Adi Rusdi karna tak bisa menahan diri hidup serba kekurangan.
Suatu hari bu Ajeng bertemu dengan pak Hasan,dari pertemuan itu berlanjut ke pertemuan berikutnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah,bu Ajeng hanya menginginkan harta yang di miliki pak Hasan dan hidup dengan kemewahan.
Bu Ajeng dan Rahmah pun di giring pak Hasan untuk tinggal bersama dengannya dan dengan kedua anaknya di rumahnya,
Sejak hari di mana bu Ajeng memutuskan untuk menikah dengan pak Hasan,sejak itu pun kehidupan Rahmah yang dulu kembali lagi,hidup dengan kemewahan yang di berikan oleh pak Hasan,awalnya Rahmah tak menyetujui pernikahan ibunya dengan pak Hasan tetapi setelah ibunya menjelaskan apa tujuan ibunya menikah lagi baruah Rahmah menyetujuinya,semua demi harta yang di miliki pak Hasan,agar hidupnya tidak berkekurangan lagi.
Rahmah bersekolah di sekolah yang sama dengan Annisa,berbeda 1 tahun saat Rahmah di pindahkan ke sekolah itu,Annisa kelas 1 dan Rahmah kelas 2,di sekolah tidak ada yang mengetahui mereka berdua saudara tiri.
Di Sekolahnya yang baru itu Rahmah bertemu dengan Angga,dari awal bertemu Rahmah sudah menyukai Angga tapi Angga sudah berpacaran dengan Annisa pada saat itu.
flashback on..
Laki-laki itu Angga Arjuna.kakak kelasku,awal aku mengenalnya ketika dia sedang bermain basket dengan teman-temannya,aku yang murid pindahan belum mempunyai teman jadi memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah,saat sedang asik melihat keadaan sekolah tak sengaja bola basket yang sedang di mainkan Angga dan teman-temannya itu menimpa kepalaku,aku yang kaget dan terjatuh,Angga dan temannya menghampiriku dan membantuku untuk bangun,laki-laki itu membawaku ke UKS dan membantu mengobatiku,dari situlah perasaan ini muncul,kagum akan sosoknya,aku menyukainya dan mencintainya sejak pandangan pertama ini.
Sejak saat itu aku memcoba mencari informasi siapakah Angga Arjuna ini,sosok lelaki most wantednya sekolah,bukan hanya parasnya saja yang tampan tetapi sifat dan sikapnya pun sangat mengagumkan,anak dari seorang juragan kaya raya yang membuatku semakin menyukainya,aku tak munafik mungkin jika aku bisa menjadi kekasihnya bahkan bisa menjadi istrinya hidupku akan terjamin nantinya,tak perlu lagi memaksakan hidup bersama keluarga ayah tiriku yang kutahu anak-anaknya tidak pernah menyukai ku.
Setelah mencari tahu informasi tentang Angga dan fakta yang mengatakan seorang Angga Arjuna adalah kekasih dari Annisa saudari tiriku itu sejenak ada rasa tidak suka dan benci,kenapa nasib Annisa itu selalu baik,bahkan usahaku tuk mencoba mengambil alih perhatian pak Hasan ayah tiriku itu pun tak cukup untuk membuat hidup Annisa hancur,"Perhatin pak Hasan saja bisa ku ambil dari Annisa berarti aku harus bisa mengambil perhatia dari Angga bahkan hatinya harus ku ambil juga." Batinku berucap.
Sejak saat itu kuputuskan untuk mencoba mengambil perhatian dari Angga sedikit demi sedikit walaupun dengan sikap cueknya itu,diam-diam aku selalu mengikutinya,memperhatikannya,bahkan mencoba mengakrabkan diri ketika Annga bertamu ke rumah untuk bertemu atau sekedar menjemput Annisa,aku berpura-pura menjadi wanita anggun untuk menarik perhatiaannya.
Dan selama 1 tahun ini kegitan itu terus ku lakukan walaupun tak menghasilkan perubahan apa pun dari sikap Angga,cintanya kepada Annisa tak bisa tergantikan oleh orang lain.
Setelah lulus sekolah Annga memutuskan untuk kuliah di luar kota,aku sempat putus asa saat mendengarnya itu,tetapi saat mengetahui Angga akan berkuliah di kota mana hati dan diri ini tak kuasa menahan kebahagiaan ini,Angga akan berkuliah di kota ayah kandungku tinggal berarti di kota kelahiranku juga.
Semenjak Angga berkuliah di kota kelahiranku itu aku sering berpura-pura mengunjungi ayah kandungku dengan alasan rindu,"ya rindu dengan Angga." kikiku dalam hati.
Sudah ku putuskan setelah lulus sekolah nanti aku akan memilih tinggal dengan ayah kandungku agar bisa lebih dekat lagi dengan Angga nanti,aku sudah mengetahui Angga berkuliah di universitas mana dan alamat tempat Angga kos pun aku sudah mengetahuinya.
Satu tahun kemudian..
Dengan susah payah aku memohon dan meminta kepada ibuku tuk mengijinkan ku tinggal bersama dengan ayah setelah lulus sekolah,ibu yang dengan berat hati akhirnya mengijinkan ku tuk tinggal bersama dengan ayah.
Awalnya aku memutuskan tuk berkuliah di tempat yang sama dengan Angga walaupun berbeda jurusan,tetapi baru memasuki semester kedua otak ini rasanya sudah tak sanggup lagi untuk melanjutkannya,aku memutuskan tuk berhenti saja,ibu yang tahu diriku berhenti kuliah memarahiku,ayah ku jangan di tanya hidupnya sudah tak mempedulikan ku lagi,hari-harinya di sibukkan dengan uang dan uang saja,semenjak di gugat cerai oleh ibu hidup ayah hanya berfokus dengan uang,kecintaannya terhadap ibuku membutakan matanya sampa melupakan apa pun yang terpenting dia bisa mendapatkan uang dan membawa ibu kembali di kehidupannya.
Aku memutuskan tuk bekerja saja,dan keberuntungan sedang berpihak kepadaku ada lowongan pekerjaan di sebuah minimarket dekat dengan kosan Angga,kebetulan sekali diriku bisa sekalian terus memantau Angga kan.
Dan benar saja malam itu kebetulan aku sedang kebagian masuk shif malam,saat sedang melayani pembeli mata ini tak sengaja melihat Angga memasuki minimarket tempat ku bekerja ini,ah rasanya diri ini ingin melompat kegirangan tapi ku tahu diri,yang kulakukan hanya tersenyum selebar mungkin karna menahan kebahagiaan yang memuncak ini.
Ku perhatikan terus kemana langkah kaki Angga,setelah keranjang belanjaan yang di bawanya sudah terisi beberapa barang Angga mulai melangkahkan kakinya,Angga yang mengenaliku terkejut saat melihatku sedang bekerja di sini,aku pun berpura-pura ikut terkejut juga seolah-olah tidak mengetahui keberadaannya.
"Eh Rahmah kan ini,ko bisa bekerja di sini sih?" tanya Angga dengan muka kaget.
"Iya kak-mas eh Angga,duh manggil apa yah." jawab ku kaku dan bingun untuk memanggilnya apa,karna usianya yang memang di atas usianku.
"Panggil Angga saja." Pintanya.
"Eh jangan engga sopan itu,aku panggil mas aja ya kaya Nisa manggil mas juga." pintaku.
"Ya sudah terserah Ra." katanya pasrah menyetujui panggilan itu,sepertinya dia sedang lelah,mungkin cape setelah pulang kuliah.
"Ko jauh banget Ra kerja di sini sih." Tanyanya lagi,eh ada apa nih seorang Angga yang cuek mau berbasa-basi,Wah Angin segar.
"Iya mas,kebetulan keterima di sini,rezekinya di sini." Jawab ku sambil terus menghitung belanjaannya,sedikit jaim boleh kan.
"Oh iya ya rezeki ga ada yang tau kapan dan di mana datang." katanya lagi.
Aku hanya menjawabnya dengan senyuman,memang sengaja ku lakukan ini sedikit jaim,mungkin dia bisa jadi penasaran nantinya.
Apa yang ku harapkan akhirnya bisa sedikit lebih dekat lagi dengan Angga.
Beberapa minggu kemudian nasib baik menghampiriku,tak sengaja aku bertemu dengannya di cafe tempatku berkumpul bersama teman-temanku,saat sedang asik mengobrol tak sengaja aku melihat Angga yang sedang fokus dengan laptop di depannya,sepertinya dia sedang sibuk,niatnya mau menghampiri tapi ku urungkan,"Jaim dulu Ra,pura-pura engga lihat aja." Batinku berkata.
Teman-teman ku yang menyadari ku sedang fokus melihat ke arah meja lainpun ikut melihat apa yang ku lihat
"Lihat apa sih lu,fokus banget." Tegur Fina teman ku.
"Tau nih dari tadi di ajak ngobrolnya liat ke sana terus." timpal agis temanku juga
"Lu kenal sama cowok yang di meja itu Ra?" Tanya silfi temanku juga,kami duduk berempat,semuanya sma-sama melihat ke arah meja yang ada di pojok cafe itu.
"hhmm,eh apa tadi." jawabku kaget yang sudah menyadari ke tiga temanku yang juga ikut melihat ke arah meja di mana Angga berada.
"Lu dari tadi liatin ke arah meja itu terus sampe ga nyadar kita ajak ngobrol,Lu kenal sama tuh cowok Ra?" tanya Fina lagi.
"Eh iya kenal dia temannya Annisa adik tiri gue." jawab ku cengengesan karna malu kepergok teman-teman ku.
"Ganteng juga Ra." kata Silfi sambil melihat ke arah meja Angga.
"Iya ganteng Ra,lumayan tuh bisa di gebet," Agis ikut menimpali kata dari Silfi.
"Apa sih,mana mau dia sama gue yang cuma pegawai mini market doang." jawab ku.
"Udah ah jangan di liatin terus tar orangnya nyadar lagi kalo dia di liatin kita terus dari sini,malu woy." kata ku lagi sambil menyeruput minuman ku.
"Emang kenapa sama pegawai minimarket ada masalah gitu?" tanaya Fina.
"Iya aneh,kan sama-sama makan nasi." kata Agis.
"Dia itu mahasiswa anak dari juraga teh di daerah tempat tinggal nyokap gue sekarang,dia juga kekasih dari adik tiri gue." Jawab ku.
"Memang kenapa kalau dia mahasiswa,terus ga boleh gitu lu yang karyawan minimarket mau deketin dia,semua manusia itu sama Ra di mata tuhan." kata Fina.
"Iya Ra biasa aja sih,ga usah insinyur gitu ah." ledek Agis.
"kalau gue liat nih ya dari cara lu natap tuh cowok kayanya lu ada rasa kan sama tuh cowok,hayo ngaku loh sama kita." tegur Fina yang menyadari tatapan mata ku seperti orang yang lagi jatuh cinta.
"Apaan sih jangan yang aneh-aneh deh." jawab ku kikut,ternyata Fina menyadari apa yang sedang ku rasakan.
"Ngaku loh,kita kenal udah lama ya dari jaman masih bocah jadi gue tau gimana temen gue kalo lagi jatuh cinta." Ledek Silfi.
"Jujur aja sih Ra sama kita." timpal Agis.
"Ngomong-ngomong namanya siapa Ra?" tanay Fina.
"Namanya Angga." Jawab ku cuek.
"Dia tinggal di kota ini,kata lu dia anak juragan teh di kota tempat tinggal nyokap lu?" tanya Agis.
"Yang gue tau dia lagi kuliah di sini." jawab ku.
"Deketin gih,dia kan di sini lagi sendiri tuh," kata Silfi.
"Udah ah jangan ngaco deh,gue emang ada rasa sama dia tapi gue ga yakin,dia cinta mati banget sama adik tiri gue." jawabku jujur.
"Hah,serus lu?" Jawab ketiga temanku hampir bersamaan.
Keesokan paginya Annisa pun telah sadar sesuai interupsi dari Dokter. Melihat Annisa mulai sadar pak Arkan lekas menggenggam kembali tangan Annisa dan mengelusnya."Sayang." Panggil pak Arkan,menggenggam tangan Annisa, dan sebelah tangannya mengusap kepala Annisa lembut.Annisa yang mulai sadar saat membuka kedua matanya langsung melihat ke arah pak Arkan dan tampak terkejut lalu menarik tangannya yang di genggam pak Arkan."Mama mana?" Tanya Annisa yang lebih mencari mamanya dari pada suaminya sendiri."Mama pulang dulu,nanti kembali lagi ke sini." Jawab pak Arkan menatap kedua mata Annisa."Panggil suster Nisa mau ke kamar mandi." Annisa berkata sembari mencoba bangun dari tidurnya,tapi gagal karena rasa sakit di perutnya."Aawwwhh." teriaknya tertahan."Saya bantu,kamu belum boleh bangun." Pak Arkan mengangkat badan Annisa dan membawanya ke dalam kamar mandi.Annisa hanya diam saat pak Arkan mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi,mau menolak pun percuma karena kondisi badannya
Pukulan itu akhirnya terhenti ketika pak Arthur melihat sang istri sudah lemas karena ulahnya."Papa kecewa sama kamu Arkan,apa yang kamu perbuatan hingga mencelakai menantu dan calon cucu papa." Ucap papa menghampiri bu Ayunda yang terduduk di kursi."Stop pa." Tangis bu Ayunda di pelukan sang suami."Maafkan papa ma,papa emosi." Sesal pak Arthur. "Kalau sampai terjadi sesuatu,jangan pernah anggap saya ini papa kamu lagi." Ucap pak Arthur."Papa kecewa dengan kebodohan yang kamu lakukan,kalau saja Romi tak papa paksa untuk bercerita mungkin kamu dengan bodohnya mau menikahi perempuan yang jelas-jelas sudah membuat hidup mu hancur hanya demi harta." Sarkas pak Arthur mengeluarkan kekecewaannya."Pak Arthur saya mewakili istri dan keluarganya memohon maaf atas apa yang telah di perbuat, saya pun kecewa atas apa perbuatan mereka, saya akan membawa mereka kembali, sekali lagi saya memohon maaf pak." Ucap Hermawan suami dari Dira."Bawa mereka pergi dari hadapan saya." pak Arthur berkata
Annisa masih berada di dalam ruangan unit gawat darurat,pak Arkan nampak pucat dengan perasaan tak menentu setelah mengetahui kalau Annisa sedang hamil,pak Arkan menyesal dengan apa yang telah dia perbuat terhadap Annisa. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengan Annisa dan calon anaknya itu.Pak Arkan duduk di kursi di depan unit gawat darurat menunggu kabar dari dalam,wajahnya sudah penuh dengan luka memar akibat di pukuli pak Arthur papanya tadi begitu sampai di rumah sakit setelah di hubungi bu Ayunda mamanya pak Arkan.__________Setelah mengatakan Annisa hamil bu Ayunda berlari menghampiri Annisa yang akan di angkat oleh beberapa suster yang akan di bawa menuju ruang unit darurat.Pak Arkan yang terlebih dahulu mengangkat badan Annisa membawanya sedikit berlari menuju ruangan gawat darurat,pikirannya sudah sangat kacau sekali.Di belakangnya, di ikuti mamanya yang tak kalah paniknya dengan pak Arkan, sambil tangannya meng
Aku benar-benar menumpahkan air mata ku di pelukan mama,mama dengan eratnya tak melepaskan pelukannya,dengan sabarnya mama menunggu ku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi denganku dan pak Arkan.Tangisan ku pun berhenti tapi tetap berada di pelukan hangatnya mama, enggan sekali tuk melepaskannya, ini sangat nyaman. Aku tak seberuntung anak-anak di luar sana yang bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu setiap saat,menyesal sangat amat menyesal karena tak memanfaatkan waktu dengan berharga tuk selalu memeluk ibuku dulu.Tapi sekarang aku merasakan amat sangat beruntung bisa mendapatkan dan di pertemukan dengan ibu mertua yang amat sangat baik,pengertian dan selalu ada untuk ku serta kehangatannya yang membuat ku nyaman seperti sekarang ini,beliau dengan sabar menunggu ku untuk bercerita."Sudah tenang sayang?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut dan tersenyum,senyuman mama ini menghangatkan hatiku."Sudah ma." Aku mengangguk."Ceritakan sama mama apa yang terjadi dengan k
Sampai pagi pun Annisa masih belum pulang juga,mama pun menginap semalam karena mengkhawatirkan Annisa.Selesai sarapan aku kembali ke lantai atas untuk mencari info dari orang-orang ku yang ku tugaskan mencari Annisa kemarin,mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Annisa.Terdengar suara mobil Annisa masuk ke halaman rumah,gegas ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah menuju pintu depan ternyata mama sudah berada di sana.Terlihat sekali wajah Annisa yang muram."Nisa sayang,mama khawatir." Ucap mama lalu memeluk Annisa."Nisa baik-baik aja ma." Jawab Annisa lalu membalas pelukan mama.Aku yang berada di belakang mama tak di hiraukan nya."Boleh Nisa ke kamar ma?" Pintanya setelah melepaskan pelukan mereka."Boleh sayang." Jawab mama tersenyum mengelus kedua pipi Annisa.Annisa berjalan dengan menundukkan kepala melewati ku yang berdiri mematung saat Annisa melewati ku begitu saja."Nisa." Aku memanggilnya saat Annisa akan menaiki tangga menuju kamar kami."Iya." Jawabny
Semenjak kejadian hari itu selalu ada saja yang menjadi alasan bu Dina memintaku untuk bertemu dengan Dira,karena hanya dengan diriku ini Dira bisa menjadi tenang.Dira pun tak segan dan tak merasa risih menunjukkan kemanjaannya di hadapanku padahal dia tau aku sudah menikah karena melihat cincin di jari manis ku, dan menanyakan tentang Annisa lewat bu Dina."Mas, akhirnya kamu datang juga, aku nungguin dari tadi." Ucapnya saat melihat ku datang ke apartemen nya atas permintaan bu Dina.Dira menarik ku menuju sofa yang berada di ruang TV apartemennya,mendudukkan ku dan dia pun duduk di samping ku dengan tangannya yang terus menggandeng tanganku tanpa risih sedikit pun,justru aku yang merasa sangat risih sekali,pernah suatu waktu aku menjauh dari tempat duduk nya dan melepas kan rangkulannya tapi ternyata Dira tak Terima dan memasang wajah sedihnya."Mas, lihat ini hasil USG kemarin,kamu sih ga bisa antar aku USG." Ucapnya cemberut dan menunjukkan hasil USG bayinya.Aku hanya me