Angga arjuna anak dari Danu Arjuna pemilik beberapa perkebunan teh dan pabrik tekstil terkenal di daerahnya,Angga dan Annisa sudah berpacaran dari 7 tahun lalu ketika mereka masih bersekolah SMA,Angga mengenal Annisa di saat masa perkenalan siswa baru yaitu MOS,sedangkan Angga yang menjabat sebagai ketua osis saat itu. Di awal pertemuan mereka Angga memang sudah jatuh hati kepada sosok Nisa,Nisa yang cantik,Nisa dengan kesederhanaannya itu,jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Angga begitu amat sangat mencintai dan menyayangi Nisa,dia selalu menjaga dan melindungi Nisa,selama 1 tahun kebersamaannya di sekolah hubungan mereka cukup baik,sampai akhirnya Angga lulus dari sekolah SMA dan memutuskan kuliah di luar kota atas permintaan orang tuanya. Hubungan mereka berjalan baik walaupun harus berjauhan tetapi mereka saling mendukung,angga berencana akan melamar Nisa setelah lulus kuliah nanti. Akan tetapi rencana itu harus di urungkannya kendati atas permintaan pak Danu papanya,Angga di minta membantu mengurus perkebunan dan pabrik milik keluarganya setelah lulus kuliah,Angga menahan keinginannya itu,sambil menunggu Annisa juga menyelesaikan kuliahnya setelah lulus dari SMA. Mereka menjalani hubungan seperti layaknya pasangan kekasih lainnya,menyempatkan waktu untuk bertemu di sela-sela kesibukannya masing-masing,seperti mengantarkan dan menjemput Nisa kuliah,di lanjut pergi makan siang,di weekend mereka meluangkan waktu untuk pergi bersama berdua. Petaka datang untuk hubungan mereka ketika memasuki di tahun ke 6,hati Angga mulai goyah,hubungan mereka di ambang kehancuran. flashback on... 3 tahun lalu... Di saat masih berkuliah di luar kota tanpa sengaja aku bertemu dengan Rahmah saudari tirinya Nisa,Diriku yang memang sudah mengenal Rahmah menyapanya,saat itu,Rahmah sedang bekerja di sebuah minimarket tak jauh dari tempat kosan ku. Malam itu kebetulan sekali Rahmah masuk kerja shif siang sampai malam,Angga sedang dalam perjalanan menuju kosan setelah selesai kuliah. Seperti biasa sebelum pulang aku menyempatkan pergi ke mini market terdekat untuk memebeli keperluan sehari-hari ku. Setelah mencari kebutuhan ku dan di rasa cukup,aku membawa belanjaan ku ke kasir,tiba di kasih aku dan Rahmah pun sama-sama terkejut karna tidak menyangka akan bertemu di sini,ku kira Rahmah melanjutkan kuliah seperti Nisa,yang ku dengar Rahmah memutuskan untuk tinggal dengan ayahnya di luar kota,dan tidak menyangka akan bertemu di sini,hubungan Nisa dengan Rahmah memang kurang begitu dekat. "Eh Rahmah kan ini,ko bisa bekerja di sini sih?" tanya ku dengan muka kaget. "Iya kak-mas eh Angga,duh manggil apa yah." jawab Rahmah kaku dan bingun untuk memanggil ku apa,karna usia ku yang memang di atas usianya. "Panggil Angga saja." Pinta ku. "Eh jangan engga sopan itu,aku panggil mas aja ya kaya Nisa manggil mas juga." pinta Rahmah. "Ya sudah terserah Ra." kata ku pasrah menyetujui panggilan itu. "Ko jauh banget Ra kerja di sini sih." Tanya ku lagi untuk mencairkan ketegangan ini. "Iya mas,kebetulan keterima di sini,rezekinya di sini." Jawab Rahmah sambil terus menghitung belanjaan ku. "Oh iya ya rezeki ga ada yang tau kapan dan di mana datang." katat ku lagi. Rahmah hanya menjawab ku dengan senyuman karna mungkin masih ada antrian di belakang ku jadi Rahmah tidak berniat membalas lagi pertanyaan ku. setelah selesai dengan belanjaan ku,aku melanjutkan lagi perjalanan untuk pulang ke kosan karna merasa badan ku amat sangat lelah. Beberapa minggu kemudian aku dan Rahmah di pertemukan kembali di sebuah kafe di kota itu,Rahmah yang sedang berkumpul dengan temannya dan aku yang sedang mengerjakan tugas kuliah ku seorang diri. Rahmah yang lebih dulu sudah menyadari Angga ada di cafe itu,sedangkan Angga yang fokus dengan tugas dan laptopnya tidak menyadari ada sepasang mata yang terus menatapnya. Selesai mengerjakan semua tugas dan pekerjaan ku,ku renggangkan otot-otot ku yang kaku ini,mata ku melihat sekeliling cafe yang ternyata sudah ramai pengunjung,karna terlalu fokus aku tak menyadari sekitar ku,mata ku tak sengaja melihat ke arah sebrang mejan ku ada Rahmah dan teman-temannya di sana,ku lambaikan tangan ke arah Rahmah,tapi tak di hiraukannya. Rahmah yang menyadari lambaian tangan Angga tidak menghiraukannya dan berpura-pura tidak melihatnya. "Ah mungkin dia lagi asik ngobrol sama teman-temannya itu." Batin ku. Aku merapihkan buku-buku dan laptop ku berniat untuk kembali lagi ke kampus untuk mengumpulkan tugas ini,menghabiskan sisa minuman yang ku pesan tadi,lalu berjalan menuju meja kasir untuk membayar pesanan minuman ku tadi,melewati meja di mana ada Rahmah dan teman-temannya,aku menyempatkan untuk menyapa Rahmah. "Hai Ra,lagi di sini juga,tadi aku panggil kamu ga liat." Sapa ku sambil melirik teman-temannya,dan tersenyum sebagai tanda sapaan untuk mereka. "Eh mas,iya nih lagi ngumpul aja sama temen-temen,maaf tadi aku pikir mas nyapa siapa,aku takut salah." Jawab Rahmah kikuk. "Duduk mas." Rahmah bergeser dari tempat duduknya. "Ga usah Ra mas ga lama harus balik ke kampus,kamu juga udah mau pulang kayanya nih." tolak ku karna memang harus segera kembali ke kampus lagi. "Iya nih mas." Rahmah menjawab dan tersenyum sedikit. Sedikit mengobrol dengam Rahman dan teman-temannya,aku jadi tau ternyata rahmah tinggal di sini untuk bekerja dan tidak melanjutkan untuk kuliah,kami pun bertukar nomor ponsel,tujuanku hanya ingin berteman saja,bagai manapun rahmah ini masih saudari dari kekasihku. Aku merapihkan buku-buku dan laptop ku berniat untuk kembali lagi ke kampus untuk mengumpulkan tugas ini,menghabiskan sisa minuman yang ku pesan tadi,lalu berjalan menuju meja kasir untuk membayar pesanan minuman ku tadi,melewati meja di mana ada Rahmah dan teman-temannya,aku menyempatkan untuk menyapa Rahmah. "Hai Ra,lagi di sini juga,tadi aku panggil kamu ga liat." Sapa ku sambil melirik teman-temannya,dan tersenyum sebagai tanda sapaan untuk mereka. "Eh mas,iya nih lagi ngumpul aja sama temen-temen,maaf tadi aku pikir mas nyapa siapa,aku takut salah." Jawab Rahmah kikuk. "Duduk mas." Rahmah bergeser dari tempat duduknya. "Ga usah Ra mas ga lama harus balik ke kampus,kamu juga udah mau pulang kayanya nih." tolak ku karna memang harus segera kembali ke kampus lagi. "Iya nih mas." Rahmah menjawab dan tersenyum sedikit. Sedikit mengobrol dengam Rahman dan teman-temannya"Ah ini salah tapi ku tidak bisa untuk menolaknya,tuhan bagaimana ini." Batinku menjerit. "Annisa maafkan mas,mas bingung harus bagaimana." Ucapku di hati. Semenjak kejadian di taman malam itu hubungan ku dan Rahmah semakin intens sekali setiap hari kami menghabiskan waktu bersama sebelum dan sesudah kami menjalani aktifitas masing-masing. Bahkan hubungan ku dengan Nisa pun baik-baik saja,komunikasi kami masih berjalan dengan lancar. Egoisnya diriku mau memiliki keduanya,perasaan macam apa ini,ini salah ini harus segera di akhiri,diriku harus memilih anatara Annisa atau Rahmah.
Rahmah Aisyah sosok perempuan manja,keras kepala,dan apa pun keinginannya harus di ikuti,terbiasa hidup dengan kemewahan sedari kecil menjadikan Rahmah menjadi sosok yang amat sangat angkuh,di saat usianya menginjak remaja berita buruk pun menimpa keluarganya,perusahaan ayahnya Adi Rusdi mengalami kebangkrutan karna di tipu rekan kerjanya,keluarganya hancur dan orang tuanya pun bercerai,bu Ajeng yang menggugat pak Adi Rusdi karna tak bisa menahan diri hidup serba kekurangan. Suatu hari bu Ajeng bertemu dengan pak Hasan,dari pertemuan itu berlanjut ke pertemuan berikutnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah,bu Ajeng hanya menginginkan harta yang di miliki pak Hasan dan hidup dengan kemewahan. Bu Ajeng dan Rahmah pun di giring pak Hasan untuk tinggal bersama dengannya dan dengan kedua anaknya di rumahnya, Sejak hari di mana bu Ajeng memutuskan untuk menikah dengan pak Hasan,sejak itu pun kehidupan Rahmah yang dulu kembali lagi,hidup deng
Setelah mendengar pernyataanku tadi teman-temanku menatapku meminta penjelasan lebih lagi,dengan terpaksa aku menjelaskan semuanya dan inilah alasanku memutuskan tuk pindah lagi ke kota kelahiranku ini."Gue udah lama banget suka sama dia,awalnya gue pendem sendiri tapi lama-lama perasaan ini ga bisa gue pendem lagi,akhirnya setelah tau dia bakalan kuliah di sini gue jadinya mutusin buat pindah lagi ke sini." jelasku kepada teman-temanku."Jadi ini sebenernya alasan lu balik ke sini lagi?" tanya Fani."Hhmm ini alasan terkuat gue balik lagi,selain menghindar dari bapak tiri gue yang maksa banget nyuruh gue kuliah,kalian kan tau otak gue gimana." Jawabku,otakku memang tak sepintar Annisa,sudah bisa lulus sekolah menengah atas pun sudah luar biasa untukku."Jangan bilang lu mau cape-cape kerja cuma buat cari perhatian tuh cowo aja?" Tebak Agis sambil memicingkan matanya."Yupss,betul banget." Jawabku mengerlingkan mata dan tersenyum simpul.Ak
Pagi hari yang cerah,secerah hati ini yang sudah bisa menerima apa yang terjadi kemarin. Seperti biasa kembali ke rutinitasku yang mengajar setiap pagi sampai siang, pulang mengajar ku lanjutkan untuk kuliah,mencari banyak kegiatan untuk membantuku melupakan apa yang membuatku terpuruk kemarin. Setelah sarapan bersama kak Armand dan mba Mita,aku bergegas pergi ke sekolah tempatku mengajar,menggunakan sepeda motor kesayanganku yang ku beli sendiri dari gajiku menjadi pengajar,walaupun hidup berkecukupan itu tidak membuat ku besar kepala,ayah membelikanku mobil,tetapi tak pernah ku pakai,aku lebih nyaman menggunakan motor, lebih praktis waktu apa lagi di jam-jam macet seperti pagi ini. Jam sudah menunjukan pukul 7.15 aku terlambat masuk kelas karna ada sedikit masalah tadi di jalan, setelah memarkirkan motorku di tempat biasa, aku sedikit berlari menyusuri lorong sekolah,wajah bahagia anak-anak muridku berubah jadi aneh,mereka menatapku "mungkin mereka be
Pak Arkan masih terus fokus membacanya..Sampai akhirnya beliau tutup map itu dan mendongkak menatapku lalu berkata "Cukup bagus judul ini bisa kamu pakai." Ucapnya."Alhamdulillah." Ucapku dalm hati."Terima kasih pak." Jawabku."Untuk selanjutnya kamu bisa mulai membuatnya dan diskusikan kepada saya" kata pak Arkan."Baik pak." Jawabku."Kalau sudah saya permisi pak,sekali lagi terima kasih banyak dan mohon bimbingannya pak." Kataku dan berdiri untuk beranjak keluar dari ruangan dosenku ini."Tunggu sebentar."' katanya dan menahanku."Duduk dulu." Pintanya lagi."Apa lagi sih." Gerutuku dalam hati sambil mendudukan bokong ini di kursi."Bagaimana keadaanmu,luka-luka itu sudah di obati kah.?" Tanyanya kepadaku."Sudah pak,tadi di obati di uks tempatku mengajar." Jawabku cepat karna sudah tak mau berlama-lama berada di ruangan ini,sejujurnya hati ini masih kesal."Oh." Jawabnya."Hah,cuma OH."
Santi,Tia,Dinda dan pak Arkan masih menunggu di depan ruang UGD setelah tadi mereka membawa Annisa ke rumah sakit,sudah 30 menit dokter maupun suster belum ada yang keluar dari dalam,mereka menunggu dengan cemas."Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya pak Arkan.Mereka bertiga kompak menggelengkan kepala,terlalu panik sampai lupa untuk mengabari keluarga dari Annisa,Tia yang lebih dulu mengeluarkan Handphonenya untuk menelpon kak Armand,mereka bertiga sudah mengetahui kalau sekarang Annisa sudah tidak tinggal lagi dengan sang ayah,melainkan sudah tinggal bersama kak Armand.tut...tut..tut...Setelah dering ke tiga barulah panggilan terhubung."Hallo." terdengar suara kak Armand."Hallo kak,ini Tia kak." Kata Tia."Iya Tia ada apa." Jawab kakArmand."Emm..ini kak,Annisa masuk rumah sakit,sekarang lagi di UGD." Ucap Tia mencoba tenang."HAH APA,ANNISA MASUK RUMAH SAKIT." Kata kak Armand dengan suara
Arkana Sadewa seorang laki-laki berusia 33 tahun yang masih betah menjomblo di usianya yang tak lagi muda ini,seorang pemimpin perusahaan sebuah perusahaan import terbesar di indonesia,seorang laki-laki yang terus di paksa untuk menikah oleh ibunya.Dulu Arkan pernah hampir menikah namun terpaksa harus batal karna sang kekasih lebih memilih menikah dengan laki-laki lain yang katanya lebih kaya dari Arkan,dari sejak batalnya pernikahan itu Arkan berubah jadi manusia paling cuek dan dingin,menghabiskan hidupnya dengan terus bekerja.Menghindari sang ibu yang terus memaksanya untuk menikah,beberapa kali di jodohkan dengan anak-anak rekananannya tapi tak satu pun ada yang di pilihnya,bagi Arkan semua wanita-wanita itu sama dengan sang mantan kekasihnya dulu.Hari ini Arkan sedang libur dan sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di halaman belakang rumahnya,Arkan memang memilih tinggal di rumahnya sendiri dari pada tinggal di rumah orangtuanya karna menghindar
Di kantor selesai meeting pikiran Arkan terus tertuju pada seorang gadis yang tadi pagi dia tabrak,merasa bersalah karna tak membawanya ke rumah sakit tuk mengobati luka-lukanya itu,"Gadis keras kepala" Gumamnya,tersenyum kecil.Melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk tanpa di sadari jam sudah menunjukan jam makan siang,selesai dengan pekerjaannya Arkan membereskan mejanya dan keluar dari ruangannya untuk menemui sekertarisnya,karna hari ini dia ada jadwal untuk mengajar di kampus yang didirikan Ayahnya itu,memutuskan menjadi dosen hanya untuk menyibukan dirinya untuk lupa akan masa lalunya itu."Rud,saya harus ke kampus ada jadwal mengajarkan hari ini?" Tanyanya ke pada sekertarisnya ini,Rudi buka hanya sekertaris tetapi asistennya juga sekaligus sahabatnya dari zaman mereka masih sekolah,Arkan memang sengaja memilih sekertaris laki-laki lebih leluasa saja dalam berdiskusi menurutnya."Iya bos hari ini ada jadwal mengajar." Jawab Rudi,walaupun mereka bersa
Setelah menunggu hampir 1 jam,akhirnya dokter pun keluar,perasaan tak menentu sedari tadi yang ku rasakan ini,menghampiri dokter dan tiba-tiba ada seorang lelaki datang menghampiri kami bersamaan,laki-laki yang ku perkirakan tak jauh usianya dari usia ku,dan ternyata laki-laki ini kakaknya Annisa yang tadi di telepon temannya Annisa. Dokter pun menjelaskan kondisi Annisa,ada rasa ingin melihatnya langsung tapi ku tahan,kakaknya Annisa yang lebih berhak untuk menemuinya lebih dulu,diriku bisa menemuinya nanti mungkin. Menunggu tak berapa lama kakaknya Annisa keluar dari ruangan itu,dan menemui ku yang masih betah berdiri di depan pintu bersama dengan teman-temannya Annisa. Kakaknya Annisa meminta penjelasan apa yang terjadi dengan adiknya,di ceritakan dan di jelaskan semua oleh teman-temannya Annisa yang memang lebih tau kondisinya saat kejadian tabrakan itu,apa yang membuat Annisa berlari tanpa arah tadi,dan berakhir tertabrak mobil,diriku hanya diam menyimak karna memang tidak meng