“Aku mau pulang. Aku nggak mau di sini,” ujar Gladys setelah Alfa berdiri tepat di samping tempat tidurnya.
“Kenapa, Sayang? Kau masih memerlukan perawatan jadi untuk sementara kau di sini dulu ya,” bujuk Alfa.
“Aku nggak mau, Alf. Aku mau pulang. Di sini ... aku merasa tidak nyaman,” rengek Gladys. Alfa menghembuskan napas kasar.
“Baiklah. Kau tunggu di sini. Biar aku temui dokter dulu.” Alfa memilih mengalah karena tak ingin Gladys merasa tertekan. Kemudian pria itu meninggalkan kamar rawat isterinya untuk menemui dokter.
Tiga puluh menit kemudian, Alfa kembali masuk ke kamar dengan mengulas senyuman. Dia mengecup lembut kening Gladys.
“Dokter mengijinkan kamu pulang, Sayang,” bisik Alfa.
“Benarkah?!&rd
Braakk! Terdengar suara pntu yang didobrak dari luar dan tiba-tiba masuklah seorang pria berbadan tegap dan berpakaian serba hitam. Bruukk! Terdengar suara tubuh Randy yang membentur dinding setelah ditarik dengan kasar oleh pria berbadan tegap itu. “Nona, keluarlah dari sini. Di depan ada mobil putih yang sedang menunggu. Anda naiklah ke mobil itu!” ujar pria itu sambil meringkus Randy. Tak menunggu lama Amalia pun berlari keluar menuruti ucapan pria itu. Dia tak perduli meski tak mengenal pria itu. Saat ini dia hanya ingin sembunyi dari Randy. Benar apa yang dikatakan oleh pria itu jika saat ini di halaman bungalow ada sebuah mobil putih yang terparkir. Dia bergegas masuk ke mobil itu. Di sana sudah ada pria lain yang menunggu. Tak lama kemudian, pria yang tadi menolong Amalia terl
Braak!Alfa yang sedang memandangi layar laptopnya terkejut saat mendengar pintu ruang kerjanya dibuka dengan keras.“Hai Sweety! Ada apa ini?” tanya pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu saat melihat kehadiran kekasihnya yang tampak sedang menahan amarah.Alih-alih menjawab pertanyaan Alfa, gadis itu memilih melemparkan amplop coklat yang sejak dia masuk digenggamnya dengan erat ke atas meja kerja pemuda itu. Wajah gadis itu terlihat merah padam dengan rahang mengetat. Ditatapnya tajam wajah pemuda yang adalah kekasihnya.“Apa ini, Sayang?” tanya pemuda itu dengan ekspresi bingung.“Kamu kenapa, Sayang? Kenapa datang-datang emosi begini. Kamu lagi PMS?!” tanya Alfa lagi karena sejak tadi gadis itu hanya diam seribu bahasa membuatnya semakin bingung.“Sayang ...-““ ... Stop memanggilku Sayang! Kalo kamu tak bisa menjaganya!” seru gadis itu. Alfa tersentak mendengar perkataan kekasihnya.“Hai! Gladys, S
Sebelum menjalankan mobilnya dia terlebih dahulu menghubungi seseorang. “Temui aku di tempat biasa!” titahnya dan langsung memutus sambungan telepon tanpa menunggu jawaban orang di seberang telepon. ‘Kalian pikir bisa merusak hubunganku dengan Gladys. Lihat saja apa yang akan aku lakukan!’ gumam Alfa dengan mata berkilat-kilat penuh amarah. Gladys boleh saja marah padanya. Tapi dia tak akan pernah melepaskannya. Untuk itu, dia bertekad akan mencari dulu siapa yang selalu diam-diam mengawasinya. Selama ini dia sudah berusaha untuk bermain cantik di belakang kekasihnya. Alfa melajukan mobil sportnya dengan kecepatan cukup tinggi. Tak lama kemudian dia telah sampai di sebuah Bar langganannya. Dengan langkah tegap dan tanpa melepas kacamatanya, dia memasuki Bar itu. Sesekali dia menebar senyum pada gadis-gadis di sana. Membuat para gadis itu melambung. Begitulah seorang
Begitu memasuki mobil Alfa, Gladys terkejut saat tiba-tiba Alfa menutup matanya dengan kain hitam. Dia semakin terkejut saat merasakan kedua tangannya seperti sedang diikat. “Alf! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku Alf!” teriak Gladys berusaha berontak. Namun apalah dayanya yang hanya seorang gadis jika dibandingkan dengan sosok Alfa yang memiliki tubuh atletis itu. “Tenanglah, Sayang. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin kamu tidak kabur dariku,” bisik Alfa sambil memasangkan sabuk pengaman ke tubuh Gladys. “Alf ... tolong ... jangan begini. Lepaskan aku,” lirih gadis itu. Suaranya terdengar parau dan ketakutan. Alfa menghela napas panjang. ‘Maaf Sayang, mungkin aku memang brengsek. Tapi hanya kamu wanita yang aku cintai di dunia ini dan aku tak ingin kehilanganmu’ batin pemuda itu. 
Gladys merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Pelan-pelan dia beringsut turun dari ranjang. Dengan tertatih dia beranjak menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, dinyalakannya shower dan dibiarkannya air yang mengucur membasahi seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tubuhnya terjajar ke belakang dan perlahan merosot ke bawah hingga jatuh terdudu di lantai. ‘Ya Tuhan, bagaimana harus kuhadapi dunia ini sekarang. Aku sudah hancur, aku juga kotor’ rintih gadis itu. Dia telungkupkan wajahnya dikedua lututnya yang tertekuk. Air mata terus saja membanjiri wajahnya, bercampur dengan guyuran air dari shower. Hatinya benar-benar remuk redam. Dia tak pernah menyangka, pria yang dicintainya begitu tega melakukan hal menyakitkan itu padanya. ‘Aku benci kamu Alfandra Shaquille Bimantara’ geram Gladys dengan suara tertahan. Tok! Tok! Tok!
“Ada apa ini!” bentak Alfa dengan suara menggelegar. Para pelayan segera berbaris rapi saat melihat majikannya sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam dan netra yang berkilat-kilat. Mereka semua hanya menundukkan kepala. Tak terkecuali Gladys yang tak kalah terkejut. Netra Alfa menatap tajam ke arah Gladys yang sedang dipegangi oleh Devan. “Devan!” seru Alfa. Devan segera melepaskan pegangannya pada Gladys. Begitu Devan melepaskannya, Gladys langsung mengambil kesempatan itu untuk kabur. Namun sayang, Alfa dengan sigap menangkap gadis itu dan membawanya ke dalam pelukannya. “Kau mau kemana, Sayang?! Sebentar lagi Tante Sherly datang lho!” ucap Alfa dengan nada dingin. “Alf ... tolong lepasin aku. Aku harus ke rumah sakit,” mohon Gladys dengan suara memelas. “Tidak sekarang, Sayang. Kita harus fitting baju pengantin
Tak seperti sebelum-sebelumnya, hari ini Gladys tampak begitu segar. Dia baru saja selesai mandi. Dia memilih mengenakan gaun dengan warna kesukaan Alfa. Gadis itu telah memutuskan untuk mengikuti nasehat Bi Sani. Dia akan berusaha untuk kembali melunakkan hati kekasihnya. Tentu agar dia bisa bebas dari sangkar emas kekasihnya. Selain itu, dia ingin agar Alfa kembali mengijinkannya untuk mengabdikan ilmunya untuk menolong banyak orang. Sudah dua hari Alfa tidak datang ke mansion. Tepatnya sejak hari dimana dia mencoba untuk kabur. Bi Sani juga tidak berani membiarkannya keluar kamar karena selama dua hari itu dia tidak bisa dihubungi. Gadis itu sedang berada di balkon kamar yang ditempatinya sambil menikmati udara pagi ketika tiba-tiba dia merasakan tangan kekar melingkari pinggang hingga perutnya. “Pagi sayang,” bisik suara yang dikenalnya. Meski sepa
Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Alfa sengaja mendatangkan seorang MUA terkenal untuk merias Gladys. Dan keputusan Alfa memang benar. Gladys saat ini terlihat begitu cantik meski dengan riasan yang natural. Apalagi dengan gaun pengantin pilihannya yang kini sudah melekat di tubuhnya. Alfa merasa takjub saat melihat Gladys yang sedang memasuki ruangan untuk akad nikah dengan dibimbing oleh Bi Sani. Tak hanya Alfa, para tamu yang diundang pun tak kalah takjub. Wanita paruh baya itu mendudukan Gladys di samping Alfa yang sudah lebih dulu duduk di hadapan penghulu. “Cantik,” puji Alfa dengan berbisik ke telinga Gladys. Gladys merasakan tubuhnya meremang mendengar bisikan itu. “Sudah bisa dimulai?” tanya penghulu. “Sudah Pak!” jawab Alfa tegas. Sedangkan Gladys hanya menundukkan kepalanya.