Gadis mana yang tak akan bahagia jika memiliki seorang pacar atau kekasih yang tampan, kaya dan mapan. Seorang kekasih yang akan memberikan apapun yang kita mau dan kita inginkan. Tak hanya barang-barang branded dan limited edition tapi juga bisa mengabulkan keinginan kita saat ingin berlibur kemana saja. Jangankan hanya mengelilingi dalam negeri, mengelilingi dunia pun bisa. Tentunya banyak gadis yang akan merasa senang dan bahagia jika bisa memiliki pacar yang nyaris sempurna seperti itu. Nyatanya, semua itu tak berlaku bagi Gladys Nathania Mahestri, seorang mahasiswi kedokteran tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Gladys justeru sering merasa merana dan makan hati karena kekasihnya. Bukan karena kekasihnya tidak tampan dan kaya atau mapan. Bukan karena itu. Sungguh, Gladys bukannya tidak mau bersyukur memiliki kekasih seperti Alfandra Shaquille Bimantara yang kadar ketampanan dan kekayaannya di atas rata-rata. Lalu, apakah yang menyebabkan Gladys sering merana dan makan hati karena sang kekasih? Berhasilkah apa yang diharapkan oleh Gladys dari sang kekasih? Ikuti kisah perjalanan cinta Gladys yang penuh liku hanya di Goodnovel.
Lihat lebih banyakBraak!
Alfa yang sedang memandangi layar laptopnya terkejut saat mendengar pintu ruang kerjanya dibuka dengan keras. โHai Sweety! Ada apa ini?โ tanya pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu saat melihat kehadiran kekasihnya yang tampak sedang menahan amarah. Alih-alih menjawab pertanyaan Alfa, gadis itu memilih melemparkan amplop coklat yang sejak dia masuk digenggamnya dengan erat ke atas meja kerja pemuda itu. Wajah gadis itu terlihat merah padam dengan rahang mengetat. Ditatapnya tajam wajah pemuda yang adalah kekasihnya. โApa ini, Sayang?โ tanya pemuda itu dengan ekspresi bingung. โKamu kenapa, Sayang? Kenapa datang-datang emosi begini. Kamu lagi PMS?!โ tanya Alfa lagi karena sejak tadi gadis itu hanya diam seribu bahasa membuatnya semakin bingung. โSayang ...-โ โ ... Stop memanggilku Sayang! Kalo kamu tak bisa menjaganya!โ seru gadis itu. Alfa tersentak mendengar perkataan kekasihnya. โHai! Gladys, Sayangku, ada apa ini sebenarnya?โ Alfa masih menatap wajah kekasihnya yang diliputi amarah. Dia merasa tak melakukan apapun yang membuat kekasihnya itu marah. โKalo kamu mau tahu apa yang membuatku marah, bukalah amplop itu!โ kembali gadis itu membentak Alfa. โOke! Oke! Aku akan membukanya. Tapi kamu duduk dulu ya, biar aku ambilkan minum agar kamu lebih tenang,โ ucap Alfa sambil membimbing gadis itu untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Kemudian CEO muda itupun mengambil dua kkaleng minuman ringan dan memberikan salah satunya kepada Gladys. Tentu setelah dia membukanya. Gladys menerima kaleng minuman itu namun dia tak meminumnya. Alfa menghembuskan napas kasar. Kemudian dia membuka amplop yang tadi dilemparkan kekasihnya itu. Pelan-pelan dikeluarkannya isi dari amplop itu. Matanya membulat begitu melihat isi dari amplop itu. โI-ini ... darimana kamu dapat foto-foto ini, Sayang?!โ tanya Alfa sedikit gugup. Dia tak menyangka akan kecolongan lagi. โSiapa yang melakukan ini. Pasti ulah paparazi ituโ geram Alfa sambil mengusap belakang kepalanya. โTerkejut?! Bukankah itu acara meeting kamu hari sabtu lalu?!โ sarkas Gladys. โSa-sayang ... aku bisa jelasin ini!โ seru Alfa. โMau jelasin apalagi?! Apa kamu ingat hari itu hari apa?!โ seru Gladys penuh amarah. โHari sabtu kan?โ Gladys menatap tajam Alfa giginya bergemeletuk. โKamu ... Kamu benar-benar lupa atau pura-pura lupa seperti biasanya, hah!โ bentak Gladys. Alfa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. โKamu ... kalo urusan pekerjaanmu sama perempuan-perempuan itu tidak pernah lupa. Tapi untuk hari istimewa kita, dengan mudahnya kamu melupakannya,โ lirih Gladys. โHari istimewa?โ tampak pemuda itu mencoba mengingat peristiwa penting apa yang dia lupakan hingga kekasihnya begitu meradang. โMasih belum ingat, hah?!โ Gladys menatap sinis Alfa. Pria yang sesungguhnya sangat dia cintai namun tak henti-hentinya membuat hatinya merana karena kelakuannya. โApa sih, Sayang?! Aku beneran lupa deh!โ ujar pemuda itu lembut. Sangat berbeda dengan kesehariannya yang terkesan dingin dengan para karyawannya dan koleganya. Di hadapan kekasihnya, dia tak lebih dari pria romantis yang sangat memuja kekasihnya. โSudahlah aku pulang saja! Dan ya ... sebaiknya kita putus!โ Alfa tersentak mendengar ucapan Gladys kekasihnya. โKok putus?โ lirih Alfa. โBuat apa kita lanjutkan hubungan kita. Toh! Aku nggak pernah ada artinya jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan itu!โ ketus Gladys. Gadis itu kemudian bangun dari duduknya dan menyambar sling bagnya yang tergeletak di meja. Baru saja dia hendak beranjak, Alfa sudah menarik tangannya hingga dia jatuh terduduk di pangkuan Alfa. Pemuda itu mendekap erat tubuh kekasihnya. Gladys merasakan jantungnya berdegup kencang. Namun dia berusaha untuk menyembunyikan agar tak di sadari oleh kekasihnya itu. Ya, meski sedang marah namun perlakuan manis pemuda itu selalu saja membuat hatinya kebat kebit tak karuan. โMaafin aku, Sayang. Aku benar-benar lupa. Tolong kamu bilang apa yang aku lupakan. Kita jangan putus ya?โ bisik pemuda itu, membuat Gladys meremang. โHari jadian kita yang ketiga tahun,โ lirih Gladys. Alfa terkesiap. Dia menepuk dahinya sendiri. โSial ... kenapa bisa lupa sihโ batinnya. โAstaga ... Sayang! Maaf ya aku lupa! Happy Anniversary my sweetheart,โ ucap Alfa penuh penyesalan. Dikecupnya kedua pipi kekasihnya. โKamu mau minta hadiah apa, hem?!โ โBukan hadiah yang aku minta. Aku hanya ingin merayakannya bersamamu tapi ... mana ingat kamu dengan aku jika disekelilingmu ada gadis-gadis itu,โ ujar Gladys dengan suara parau. Tampak sekali gadis itu sedang menahan tangisnya. Hatinya terasa perih. Selalu saja seperti itu, hadiah, barang-barang mewah dan pergi ke luar negeri yang jadi ukuran bagi seorang Alfa Shaquille Bimantara untuk menebus semua kesalahannya. โSudahlah! Lebih baik jika mulai sekarang kita jalan sendiri-sen...hmpf,โ belum sempat Gladys menyelesaikan ucapannya, Alfa telah membungkam bibirnya dengan lumatan kecil. Jika sudah begitu, sekeras apapun Gladys mencoba menolak dia tak akan bisa melakukannya. Tanpa sadar, gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Alfa. Untuk sesaat mereka larut dalam pagutan dan lumatan bibir mereka. Alfa melepaskan pagutannya setelah merasa kehabisan oksigen. Pemuda itu menempelkan keningnya di kening Gladys. โJangan putus, Sayang, aku nggak mau kehilanganmu,โ bisik Alfa. Gladys merasakan netranya memanas. Tak lama kemudian terdengar isak tangisnya. โAku lelah begini terus, Alf. Selama tiga tahun hubungan kita, entah sudah berapa kali kamu membuatku bimbang seperti ini. Aku benci kamu,Alf! Aku benci!โ seru gadis itu sambil memukul-mukul dada Alfa. โKau selalu menghujaniku dengan barang-barang mewah. Kau selalu memanjakanku dengan uang yang kau miliki tapi ... bukan itu semua yang aku mau. Aku mau ... kamu punya sedikit waktu untukku. Hanya sedikit Alf ... hanya sedikit yang aku minta dari seluruh waktumu. Terutama, untuk hari-hari spesial bagi kita,โ tutur Gladys sambil terisak di dada kekasihnya. Alfa termangu mendengar ucapan kekasihnya. Begitu dalamkah luka yang dia torehkan, hingga kekasihnya menginginkan berpisah darinya. Dia kembali mencerna semua ucapan kekasihnya. Dia tersentak saat menyadari sejak menjalin hubungan dengan gadis itu hingga tiga tahun ini, baru dua kali dia benar-benar menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu. Yang pertama diawal mereka menjalin hubungan dan yang kedua saat hari jadi pertama hubungan mereka. Itu artinya dua tahun yang lalu. Selebihnya, seperti yang tadi di bilang Gladys. Dia hanya menghujaninya dengan harta dan kemewahan. Waktunya lebih banyak dia habiskan untuk bersenang-senang dengan para gadis pemandu karaoke dengan alasan meeting dengan klien. Pemuda itu menghembuskan napas kasar. Gladys bangun dari posisi duduknya di pangkuan Alfa. Ditatapnya wajah kekasihnya untuk sesaat. โAku pulang, Alf. Nanti malam aku ada praktek di rumah sakit untuk ujian akhirku. Pikirkanlah lagi tentang hubungan kita. Jujur, aku tak ingin terus berada dalam hubungan toxic seperti ini. Aku ingin hubungan yang normal seperti yang lain,โ tutur Gladys kemudian beranjak meninggalkan ruangan kerja yang cukup mewah itu. Alfa yang baru saja menyadari jika kekasihnya telah pergi setelah mendengar pintu ditutup segera bangkit, menyambar kacamata kesayangannya dan kunci mobilnya. Dia bergegas keluar dari kantornya melalui jalan rahasia yang hanya dirinya yang tahu.Bersambung
Braakk! Terdengar suara pntu yang didobrak dari luar dan tiba-tiba masuklah seorang pria berbadan tegap dan berpakaian serba hitam. Bruukk! Terdengar suara tubuh Randy yang membentur dinding setelah ditarik dengan kasar oleh pria berbadan tegap itu. “Nona, keluarlah dari sini. Di depan ada mobil putih yang sedang menunggu. Anda naiklah ke mobil itu!” ujar pria itu sambil meringkus Randy. Tak menunggu lama Amalia pun berlari keluar menuruti ucapan pria itu. Dia tak perduli meski tak mengenal pria itu. Saat ini dia hanya ingin sembunyi dari Randy. Benar apa yang dikatakan oleh pria itu jika saat ini di halaman bungalow ada sebuah mobil putih yang terparkir. Dia bergegas masuk ke mobil itu. Di sana sudah ada pria lain yang menunggu. Tak lama kemudian, pria yang tadi menolong Amalia terl
“Aku mau pulang. Aku nggak mau di sini,” ujar Gladys setelah Alfa berdiri tepat di samping tempat tidurnya. “Kenapa, Sayang? Kau masih memerlukan perawatan jadi untuk sementara kau di sini dulu ya,” bujuk Alfa. “Aku nggak mau, Alf. Aku mau pulang. Di sini ... aku merasa tidak nyaman,” rengek Gladys. Alfa menghembuskan napas kasar. “Baiklah. Kau tunggu di sini. Biar aku temui dokter dulu.” Alfa memilih mengalah karena tak ingin Gladys merasa tertekan. Kemudian pria itu meninggalkan kamar rawat isterinya untuk menemui dokter. Tiga puluh menit kemudian, Alfa kembali masuk ke kamar dengan mengulas senyuman. Dia mengecup lembut kening Gladys. “Dokter mengijinkan kamu pulang, Sayang,” bisik Alfa. “Benarkah?!&rd
Gladys memilih bungkam dan tidak mengatakan apapun ketika mereka sedang sarapan bersama. Dia tahu semalam suaminya pulang saat malam telah begitu larut. “Sayang ... kenapa kau diam saja? Apa kau marah?” tanya Alfa hati-hati. Gladys menghentikan suapan untuknya dan memilih meletakkan kembali sendok yang dipegangnya ke atas piring. Kemudian menatap ke arah suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Apakah aku punya hak untuk marah?” sarkas wanita itu. Kemudian dia melanjutkan sarapannya. Alfa hanya terdiam, berusaha untuk mencerna ucapan Gladys. “Maaf Nyonya, silakan ini susunya,” ucap Bi Sani yang sudah meletakkan segelas susu hamil di depan Gladys. “Terima kasih, Bi. Oh ya, Bi ... bisa aku minta tolong, ambilkan vitaminku di kamar?” pinta Gladys.&nb
“Sayang, aku ke ruang kerja sebentar. Ada yang harus aku selesaikan,” ujar Alfa lembut sambil mengusap puncak kepala Gladys yang terbaring lemah. Gladys hanya mengangguk lemah karena kepalanya memang terasa pusing. Setelah menerima panggilan dari Amalia, Alfa memutuskan untuk pergi ke bungalownya. Disepanjang perjalanan menuju bungalownya, Alfa terus menggerutu untuk meluapkan rasa kesalnya pada mantan kekasihnya itu. Dia juga kesal karena antara hati dan apa yang terucap dari bibirnya tak pernah bisa sejalan. Dia selalu saja mengatakan jika dia tak ingin lagi berhubungan dengan gadis itu. Namun, hatinya selalu membawanya ke hadapan wanita itu. Bahkan saat di ingatannya hanya ada Gladys isteri sahnya sekalipun. ‘Ada apa sebenarnya denganku’ batin pria itu. “Tuan,” sapa Devan saat melihat tuannya yang baru saja menginjakkan kaki di teras bungalow.
“Nyonya hamil, Tuan,” berita yang di sampaikan oleh dokter itu masih terngiang di telinga Alfa. Senyum bahagia terlukir di bibirnya. SATU JAM YANG LALU “Dokter, apa maksudnya isteri saya tidak sakit? Menurut Bi Sani, isteri saya tadi pingsan. Bagaimana mungkin dia tidak sakit?” cecar Alfa. “Itu hal yang wajar karena saat ini, Nyonya sedang hamil muda,” jawab dokter itu santai. “A-apa dok?! Ha-hamil ... maksud dokter istri saya sekarang sedang hamil?” tanya Alfa tak percaya. “Benar Tuan. Sebaiknya, Tuan segera membawa Nyonya ke dokter kandungan agar lebih jelas lagi,” saran dokter itu lagi. Tak lama kemudian terdengar tawa bahagia dari Alfa. Tak hanya Alfa, Bi Sani pun turut bahagia mendengar kabar baik itu.&nbs
Amalia menatap langit-langit kamar yang di tempatinya. Kamar itu kini sudah kembali rapi karena Alfa sudah menyuruh orang untuk merapikannya. Pikirannya menerawang ke masa beberapa tahun yang lalu. Masa di mana dia bahagia dengan Alfa. Sebelum semuanya hancur karena bujuk rayu seseorang yang kini sangat di bencinya. Seseorang yang telah tega menghancurkan hidupnya. Setelah puas menikmati tubuhnya, dia tega menjualnya ke tempat hiburan malam di luar negeri. Bahkan saat ini dia tengah mengandung entah janin laki-laki yang mana. Beruntung dia memiliki sahabat yang bersedia membantunya melarikan diri. Dan di sinilah dia sekarang. Tak beda jauh dengan Amalia, Alfa pun mengalamai hal yang sama. Pria itu menghentikan laju mobilnya. Dia merasakan jantungnya seperti diremas saat pikirannya melayang pada masa. Masa di mana dia merasakan sakit karena penghianatan Amalia. BEBERAPA TAHUN YANG LALU&nb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen