Share

Bab 10. SEPENGGAL KISAH TENTANG ALFA DAN AMALIA

     Amalia menatap langit-langit kamar yang di tempatinya. Kamar itu kini sudah kembali rapi karena Alfa sudah menyuruh orang untuk merapikannya. Pikirannya menerawang ke masa beberapa tahun yang lalu. Masa di mana dia bahagia dengan Alfa. Sebelum semuanya hancur karena bujuk rayu seseorang yang kini sangat di bencinya. Seseorang yang telah tega menghancurkan hidupnya. Setelah puas menikmati tubuhnya, dia tega menjualnya ke tempat hiburan malam di luar negeri. Bahkan saat ini dia tengah mengandung entah janin laki-laki yang mana. Beruntung dia memiliki sahabat yang bersedia membantunya melarikan diri. Dan di sinilah dia sekarang.

     Tak beda jauh dengan Amalia, Alfa pun mengalamai hal yang sama. Pria itu menghentikan laju mobilnya. Dia merasakan jantungnya seperti diremas saat pikirannya melayang pada masa. Masa di mana dia merasakan sakit karena penghianatan Amalia.

     BEBERAPA TAHUN YANG LALU

     Alfa tersenyum melihat gadis pujaannya yang melenggang keluar dari kampus. Dia merentangkan kedua tangannya menyambut gadis itu. Gadis itu pun segera berlari melesak dalam dekapan pria terkasihnya. Alfa mengecup puncak kepala gadis itu dengan penuh cinta.

     “Sayang, laper,” rengek gadis itu.

     “Kita makan. Yuk!” Alfa membukakan pintu untuk gadisnya. Gadis itu pun segera masuk. Setelah memasangkan sabuk pengaman, pemuda itu berjalan memutari mobil.

     “Mau makan apa?” tanya Alfa sambil merapikan surai rambut gadis itu.

     “Apa aja asal sama kamu, aku pasti suka,” jawab gadis itu. Alfa tersenyum lembut pada gadis itu. Pemuda itu melajukan mobilnya tidak terlalu cepat. Kemudian dia membelokkan mobilnya ke restoran steak yang cukup mewah.

     “Ayo turun,” ucap pemuda itu setelah membukakan pintu dan sabuk pengaman gadis itu. Gadis itu pun segera turus dan bergelayut di lengan Alfa.

     “Lia, berjanjilah untuk selalu di sisiku,” ujar Alfa.

     “Aku janji, Alfa. Aku sangat mencintaimu dan aku tak ingin kehilanganmu,” sahut gadis itu sambil tersenyum sangat manis. Membuat jantung Alfa berdetak semakin kencang.

     “Kau mau membuatku terkena diabetes?” tanya Alfa yang membuat gadis itu kebingungan.

     “Maksud kamu apa, Al?” tanya gadis itu.

     “Senyummu sangat manis. Jadi, jangan terlalu sering tersenyum agar aku tak terkena diabetes,” rayu Alfa. Sementara Lia, wajahnya tak merona karene mendengar rayuan dari kekasihnya.

     Alfa memiliki sahabat dekat yang bernama Randy. Alfa paham benar seperti apa karakter sahabatnya itu yang sangat suka mempermainkan gadis-gadis. Oleh sebab itu, Alfa tak pernah membiarkan Amalia dekat dengan Randy. Namun, tanpa sepengetahuan Alfa, Randy sering mencoba merayu Amalia dan bertekad ingin merebut Amalia dari Alfa.

     Sepertinya, dewi fortuna berpihak pada Randy. Hingga tanpa sepengetahuan Alfa, mereka berdua sering bertemu. Bahkan hubungan mereka sudah sangat jauh. Apa yang tidak pernah Amalia lakukan bersama Alfa ternyata sering dia lakukan bersama Randy.

     Alfa, yang terkadang sibuk dengan urusan perusahaan tak terlalu memperhatikan perubahan yang terjadi pada Amalia. Hingga pada suatu ketika dia yang baru pulang dari Singapura bermaksud memberikan kejutan pada kekasihnya itu. Namun sayang, hal yang terjadi adalah yang sebaliknya.

     Sengaja dari bandara Alfa langsung menuju Bungalow Sakura miliknya. Bungalow yang ingin dia tempati bersama keluarga kecilnya kelak. Dengan senyum semringah pemuda itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. ‘Aku akan menghubungi Amalia setelah sampai di bungalow’ gumam Alfa sambil mengulas senyum. Dia membayangkan ekspresi terkejut dari kekasihnya.

     Sedangkan untuk Amalia dan Randy, ternyata keberuntungan tak selalu menyertai mereka. Dan sepertinya saat itu adalah takdir buruk bagi mereka. Mereka berpikir jika saat itu Alfa masih sibuk dengan urusannya di Singapura. Dengan pikiran seperti itu mereka memutuskan untuk bermesraan di bungalow milik Alfa.

     Randy dan Amalia yang sedang terhanyut dalam renjana mereka tak menyadari jika Alfa telah memarkirkan mobilnya di halaman bungalow. Alfa sangat heran saat melihat mobil yang asing terparkir di depan bungalow miliknya. Ya, kebetulan hari itu Randy membawa mobilnya yang baru sehingga Alfa tak mengenalinya.

     ‘Mobil siapa itu? Kenapa ada di sini’ batin Alfa. Sejurus kemudian pria itu terlihat menepuk dahinya. ‘Tentu saja itu mobil mama kan. Kemarin waktu aku di Singapura, mama sempat cerita kalo dia beli mobil baru. Ah, jadi mama sedang di sini. Baiklah ... aku beri kejutan saja sekalian’ monolog pemuda itu sambil terkekeh.

     Namun kekehan pemuda itu terhenti seketika saat dia memasuki bungalow, sayup-sayup dia mendengar sesuatu yang aneh dari dalam kamar yang biasa dia tempati. Pemuda itu semakin menajamkan pendengarannya. Jantungnya berdetak semakin cepat dan tanpa sadar dia mengepalkan kedua tangannya saat suara itu semakin jelas di telinganya. Dia sangat mengenali siapa pemilik suara itu. ‘Lia ... Randy, apa yang sedang kalian lakukan di kamarku’ gumam Alfa.

     Braaak!

     Alfa membuka pintu kamar yang ternyata tak tekunci itu dengan keras. Netranya membulat melihat pemandangan di hadapannya. Tak hanya Alfa namun Amalia dan Randy juga terkejut saat melihat kehadiran Alfa.

     “Apa yang kalian lakukan?!” teriak Alfa penuh emosi.

     “Lia! Jadi ini yang kau lakukan di belakangku?!” bentak Alfa dengan tatapan jijik.

     “Randy! Kau menginginkan dia bukan. Ambillah dia untukmu ... karena aku melepaskannya. Termasuk juga ... bungalow ini!” seru Alfa sambil menatap sengit ke arah Randy.

     “Silahkan lanjutkan kesenangan kalian! Maaf jika aku mengganggu!” setelah mengatakan itu Alfa langsung berlalu dari sana. Namun, baru saja dia akan melangkah, dia memutar tubuhnya lagi.

     “Ah iya, Lia ... kekasihku tersayang ... mulai detik ini, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi!” kali ini Alfa benar-benar pergi dari bungalow itu. Dia bahkan mengabaikan tangisan Amalia yang memohon maaf padanya.

     ‘Alfa ... tolong maafkan aku’ raung Amalia di kamar itu. Hatinya dipenuhi rasa bersalah saat mengingat hal itu. Sekarang, harapannya hanya satu Alfa mau menikahinya. Dia bahkan menjadi isteri kedua Alfa. Baginya saat ini, calon anaknya memiliki seorang ayah dan hidupnya terjamin.

     Di tempat lain, Alfa sedang memukul kemudinya dengan keras. Rahangnya tampak mengetat penuh dengan emosi saat dia mengingat penghianatan Amalia.

     Drrrt! Drrrt! Drrrt!

     Alfa meraih ponselnya yang bergetar. Dia tersentak saat melihat itu adalah nomor Bi Sani.

     “Iya Bi, sebentar lagi aku sampai,” ujarnya begitu menerima panggilan itu dan segera mengakhirinya. Alfa segera melajukan mobilnya kembali. Kini, dia berusaha untuk memfokuskan pikirannya hanya pada Gladys istrinya, masa depannya.

     Tak berapa lama kemudian, Alfa telah membelokkan mobilnya ke halamam mansion miliknya. Dia menyerahkan kunci mobilnya pada salah satu pegawalnya agar memarkirkan mobilnya dengan benar. Dengan setengah berlari Alfa menaiki tangga menuju kamarnya.

     Bi Sani segera memberikan segelas air untuk majikannya. Alfa merasa lega karena saat sampai di kamar, Gladys sedang diperiksa oleh dokter keluarganya.

     “Bagaimana kondisinya, dok?” tanya Alfa cemas. Alfa dan Bi Sani juga Gladys terheran saat dokter itu justeru mengulas senyum.

     “Dok, bagaimana kondisi isteri saya? Dia sakit apa?” cecar Alfa.

     “Tuan Muda, tenang dulu. Nyonya ... tidak sakit. Tapi dia ... “ lagi-lagi dokter itu berteka-teki. Kali ini dia sengaja menggantung kalimatnya. Membuat Alfa semakin penasaran.

    

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status