Share

4. Kecumburuan Jessika

Hari berlalu dengan cepatnya. Dua bulan sudah Cia sekolah di Maria School, selama itu juga tiada hari tanpa bully yang di terimanya. Walau lelah dan rasa sakit yang di rasakan. Namun tidak membuatnya untuk menyerah.  

Tepat hari ini dimana para siswa melakukan kegiatan di luar sekolah. Semua siswa baik itu laki-laki ataupun perempuan berdiri di tengah-tengah lapangan. 

"Pengumuman!"

Suara Rion membuat para siswa berdiri tegak dan memusatkan pandangan dan telinga mereka. 

"Hari ini, bertepatan dengan hari jadi Maria School, maka dari pihak sekolah mengadakan kegiatan belajar di luar ruangan," ucapan Rion terhenti ketika teriakan siswa yang memenuhi lapangan. 

"Horeee!!"

Teriak semua siswa, namun tidak dengan tiga gadis yang berada paling belakang. 

"Cia, apakah kau akan mengikuti acara belajar di luar ruangan ini?" tanya Anna, namun di jawab dengan gelengan kepala oleh Cia bersama Cika bersamaan. 

"Diam semua!"

Suara teriakan Rion kembali terdengar kali ini lebih tegas dan seketika suara gaduhan terdiam.  

"Untuk semua siswa, wajib mengikuti acara ini. Karena dari pihak sekolah telah menyiapkan acara pesta, dan satu permainan yang membuat kalian akan menyukainya dan yang berhasil kalian akan mendapatkan hadiah dan kencan dengan putra tunggal pemilik sekolah ini."

Suara teriakan kembali terdengar kali ini lebih ramai dan histeris mendengar kata kencan dengan putra tunggal pemilik sekolah. 

"Cia, bagaimana ini! Kita wajib mengikuti acara yang di selenggarakan oleh sekolah."

Cia berfikir apakah dirinya akan ikut atau tidak nantinya. Mengingat dirinya hanyalah seorang beasiswa. jika ia tidak ikut sudah di pastikan akan berpengaruh dengan nilainya. 

"Dengarkan pengumuman terakhir! Acara akan di laksanakan besok malam, dan itu artinya kalian tidak perlu untuk kembali kerumah setelah jam pelajaran. Melainkan kalian akan pergi ke hutan yang berada di belakang sekolah ini. Usahkan kalian meminta izin pada orang tuan kalian. Dan jangan lupa bawa perlengkapan yang kalian butuhkan."

Usai mengatakan Rion melangkah ke belakang, tepat berada di samping James. 

Aaron memandangi siswa yang berada di depannya. Entah apa yang membuatnya mencari gadis yang telah membuatnya gelisah. Pandangan matanya terhenti ketika seorang gadis tengah tersenyum pada dua sahabatnya. Senyum yang membuat bibir Aaron yang tertarik ke atas, suara bisikan membuatnya kembali pada sikapnya yang dingin. 

"Aaron, kita akhiri sekarang atau kau ingin mengatakan sesuatu?"

Aaron melihat sekilas kearah samping dimana Rion tengah berdiri menunggu jawaban darinya. 

"Tidak!" Ucap Aaron, lalu meninggalkan lapangan. 

"Aaron, kau mau kemana? Aku ingin ikut denganmu?" Jessika mengejar Aaron dan bergelayut manja di lengannya. 

"Bisakah, kau tinggalkan aku sendiri?" tanya Aaron pada Jessika. Pertanyaan Aaron membuat wajah Jessika berubah seketika, sikap Aaron yang kini berubah tidak seperti biasanya.

"Aaron, ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kamu menghindariku?" tanya Jessika. 

"Pergilah, aku tidak ingin di ganggu!" Ucap Aaron, namun mendapatkan gelengan dari Jessika. 

"Kenapa kamu berubah Aaron?" Lagi-lagi Jessika bertanya dengan wajah yang sendu. 

"Apa maksud dari pertanyaan mu?"

Tanpa menjawab pertanyaan Jessika, Aaron kembali bertanya pada Jessika. 

"Bukankah, kita pacaran dan," ucapan Jessika terhenti saat melihat sorot mata Aaron yang berubah dingin padanya. 

"Jangan berfikir jika kau bisa bergelayut di lenganku. Lalu kau berfikir kita pacaran!"

Jessika menatap nanar laki-laki yang berada di hadapannya. Ia berfikir jika Aaron selama ini menyukainya, setiap dirinya bergelayut manja padanya dia tidak pernah melarang ataupun menolak. Jessika menatap punggung laki-laki yang sejak lama ia cintai telah menjauh darinya dan hal itu sejak kedatangan Cia.

"Jessika, apa yang kau lakukan di sini?" tanya dua sahabatnya yang tidak lain adalah Siska dan Luna. 

"Kalian, ada apa?" tanya Jessika pada dua sahabatnya. Lebih tepatnya mereka di jadikan pelayan oleh Jessika. 

"Lihat kesana,''

Luna menunjuk dimana Aaron tengah duduk bersama temannya namun pandangan matanya menatap ke arah Cia yang tengah duduk di tengah-tengah lapangan bersama dua temannya. 

"Lihat, saja besok kita singkirkan dia dari sini." Ucap Jessika dan di angguki dua sahabatnya. 

Jessika meninggalkan lapangan setelah melihat Aaron menatap Cia dengan pandangan lembut. Bahkan terlihat Aaron tersenyum, saat Cia bercanda dengan dua sahabatnya, rasa cemburu dan kebenciannya semakin mendalam pada Cia. 

"Cia, kau di panggil pak guru."

Seorang gadis mendekati Cia. 

"Pak guru?" tanya Cia dengan wajah yang binggung, selama ini tidak ada guru yang memanggilnya. 

"Cepatlah kesana. Kau di tunggu di depan gudang, pak Andy ingin melihat bola basket yang kau kemarin bawa saat ketua OSIS berlatih." Ucap Luna pada Cia.  

"Baiklah, aku kesana. Kalian pergilah dulu nanti aku akan menyusul kalian ke kelas." Ucap Cia dan berlalu dari hadapan dua sahabatnya. 

Sesampainya di depan gudang yang sepi, karena posisi gudang berada di ujung lorong sekolah yang jarang di lewati siswa. Dengan hati yang ragu Cia masuk kedalam gudang yang terlihat gelap. Namun seseorang tengah menunggunya di dalam dengan raut wajah yang sinis. 

"Haiii jalang. Susah aku katakan padamu jangan dekati Aaron. Tapi kamu tidak pernah mendengarkan peringatan ku!" Ucap Jessika.

"Apa maksudmu? Aku tidak mendekati Aaron? Bahkan aku tidak tahu siapa Aaron. Tujuanku disini hanya untuk sekolah tidak lebih." Ucap Cia jujur, tujuan hidupnya adalah meraih kesuksesan dan membahagiakan ibunya. Setelah itu dia baru berfikir untuk mencari kekasih. 

"Bohong! Kau gadis jalang." Ucap Jessika tepat di depan wajah Cia. 

"Apa yang aku katakan adalah kebenaran Jessika. Aku tidak berfikir untuk mendekati siapapun, aku hanya ingin sekolah itu tujuan utamaku." Ucap Cia, namun Jessika tidak percaya. Dari belakang temannya mendorong Cia hingga terjungkal ke samping. 

"Siram jalang ini dengan air es yang aku siapkan!" Ucap Jessika dan di angguki dua sahabatnya. Tanpa menunggu lagi satu ember besar berisi air es kini membasahi tubuh Cia.

"Apa yang kalian lakukan padaku!" Teriak Cia. 

"Haha! Kau berani berteriak di depanku jalang. Itulah akibat dari gadis yang menggoda pacar orang!" seru  Jessika. 

"Berapa kali aku katakan, jka aku tidak mengoda pacarmu ataupun mengenali siapa pacarmu."

Suara cia semakin bergetar tubuhnya yang semakin menggigil. 

"Aaron, ketua OSIS sekaligus putra tunggal sekolah ini adalah kekasihku."

Cia menggelengkan kepalanya. namun tanpa ampun mereka mendorong tubuh Cia hingga terjatuh. Tetapi naas kepalanya terbentur lemari di belakangnya mengakibatkan Cia pingsan. 

"Kita tinggalkan dia disini!"

Mereka meninggalkan Cia yang tergeletak tidak berdaya. 

"Gembok pintu ini, jangan ada yang coba-coba membukanya."

Mereka mengikuti yang di katakan Jessika, senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Jessika.

"Ayo, kita rayakan, kalian makanlah sepuas kalian aku yang akan membayarnya."

Mereka meninggalkan gudang dengan seringai di wajah ketiganya.

Di kelas Cika bersama Anna menunggu Cia dengan gelisah, pelajaran kedua akan segera di mulai namun Cia tidak kunjung terlihat. 

"Anna kenapa Cia lama?" tanya Cika. 

"Entahlah, ayo kita cari Cia." Ucap Anna pada Cika, saat mereka akan melangkah seorang ketua kelas mengumumkan jika akan di pulangkan lebih awal. Para guru yang akan mengadakan rapat untuk acara besok. Seketika sorak terdengar di dalam kelas dan membubarkan diri. 

"Anna bagaimana ini?" Cika mulai gelisah dengan keadaan Cia yang tidak kunjung datang.

"Ya, sudah kita bawa tas Cia dan menyusulnya di gudang."

Mereka melangkah menuju gudang sekolah.

"Cika, lihat gudang sudah terkunci. Itu artinya Cia tidak ada di dalam." Kata Anna. 

"Kau benar Anna. Apa yang kita lakukan sekarang?" Anna berfikir untuk melakukan apa. Tidak mungkin mereka meninggalkan Cia ataupun mengantar tas pada ibunya. 

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Mereka tersentak mendengar suara dingin di belakang mereka. 

"K– kak Aaron!" Ucap mereka bersamaan. 

"Aku tanya apa yang kalian lakukan disini?" Aaron kembali bertanya pada dua gadis di depannya. 

"Itu, Cia. Emm kita sedang mencari Cia kak Aaron. Tadi kak Luna memanggilnya," kata Anna terbata-bata. 

"Katakan dengan jelas!" Kata Aaron entah kenapa hatinya gelisah mendengar Cia di panggil oleh teman Jessika. 

"Kak Luna menyuruh Cia ke gudang, katanya pak Andy menunggunya disini." Ucapan Anna membuat hati Aaron gelisah. Seingat dirinya pak Andy hari ini tidak masuk. Aaron melihat kebelakang pintu gudang yang telah terkunci. 

"Kalian pergilah, aku yang akan mencari Cia. kebetulan tadi aku melihatnya sedang membantu pak Andy. Bawa tas Cia pulang dan katakan pada ibunya kalau Cia akan pulang terlambat hari ini." Kata Aaron pada dua sahabat Cia, dia tidak ingin membuat mereka khawatir tentang Cia. 

"Tapi kak Aaron?" Anna ragu untuk melanjutkan. 

"Pulanglah kalian, jika Cia sudah selesai. Aku sendiri yang mengantar kerumahnya." 

"Baik kak, tolong jaga Cia." Kata Anna di angguki Aaron. 

Setelah kepergian dua gadis di depannya. Aaron melangkah mendekati gudang, benar adanya gudang terkunci itu artinya tidak ada orang di dalam. Setelah melihat keseluruh sekolah terlihat sepi, Aaron mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

 

"Periksa cctv sekitar gudang!" Ucap Aaron dia merasa yakin jika Cia berada di sekitar gudang. 

"Baik, tuan muda!" Jawab seseorang yang berada di seberang sambungan. 

Aaron memutari gudang namun ia tidak mendengar pergerakan di dalam. Hingga getar ponsel miliknya terdengar. 

"Bagaimana?" tanya Aaron tanpa basa-basi. 

"Seorang gadis di seret oleh nona Jessika dan dua temannya, hingga kini tidak terlihat keluar lagi dari gudang, tuan mu," Ucapan terputus ketika Aaron memutus sambungan. 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status