Aaron mencari kunci di dalam tas, untuk membuka gembok pintu gudang. Tidak berapa lama akhirnya dia berhasil membukanya. Suasana yang gelap membuat Aaron kesulitan mencari keberadaan Cia. "Sialll!! Kenapa gelap begini. Bukankah masih siang?"ucap Aaron, langkah kakinya semakin jauh kedalam namun ia tidak menemukan keberadaan Cia. Karena kondisi yang gelap membuat Aaron kesulitan untuk bergerak. Kakinya yang melangkah ke balik tumpukan bola basket yang sudah tidak terpakai. Setelah mencari keberadaan Cia di gudang tidak ada, Aaron berniat keluar namun saat kakinya melangkah tiba-tiba tersandung sesuatu di bawahnya. "Apa ini?" Aaron kembali menyalakan lampu ponselnya. Alangkah terkejutnya saat melihat kebawah tubuh Cia tergeletak tidak berdaya. "Cia!" Seru Aaron saat melihat wajah gadis yaang tergeletak tidak sadarkan diri dengan tubuh yang basah. "Cia, bangun!"Aaron memanggil Cia. Hingga berapa kali menepuk pipinya namun tidak ada respon darinya. Entah dari mana ide yang muncul d
Sinta yang memasuki kamar putri tunggalnya. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tentang semalam yang dia di antar oleh seorang lelaki. Saat Sinta melihat Cia yang sudah rapi dengan seragam sekolah, Sinta mendekati."Sayang, ada yang ingin ibu tanyakan padamu?"Cia menoleh pada ibunya yang tengah duduk di pinggir tempat tidur. "Apa ibu akan menanyakan tentang semalam?" Ucap Cia. "Iya sayang, katakan kenapa kamu di antar oleh pria itu?" Cia tersenyum memandang wajah ibunya. "Bu, dia kak Aaron. Ketua osis di sekolah Cia. Dan untuk alasan kenapa Cia pulang terlambat itu karena Cia ada tugas di luar urusan sekolah Bu, maaf tidak bisa memberikan kabar pada ibu,"Pengakuan Cia membuat Sinta mengerutkan keningnya. "Katakan Cia?" Sinta yang penasaran, akhirnya mendesak Cia untuk menceritakannya. "Bu, hari ini sekolah Cia sedang merayakan hari jadi Maria School. Sehingga para siswa akan melakukan pelajaran di luar ruangan, dan untuk acaranya nanti malam,"Cia menyentuh tangan Sinta le
Kembalinya Cia, di samping dua sahabatnya tidak membuatnya melupakan tindakan Jessika padanya. ancaman yang di berikan Jessika bukanlah sekedar ancaman. melainkan sebuah kenyataan yang harus ia ikuti. mengingat usaha ibunya menjadi taruhannya."Cia! apa yang kau pikirkan? apakah dia menganggu mu lagi?" Tanya Anna pada Cia."Tidak! dia tidak mengatakan apapun padaku." Kata Cia. dia tidak ingin dua sahabatnya menjadi korban karena dirinya."Kamu, tidak lagi berbohong kan Cia." Lanjut Anna yang melihat wajah Cia yang jelas terlihat cemas."Aku, tidak akan bisa berbohong dengan kalian bukan!" Kata Cia dengan wajah di buat marah."Aku, percaya denganmu Cia!" Cika memeluk Cia."Aku juga Cia. aku tidak ingin kamu menyembunyikan apapun dari kami. ingat kami adalah temanmu, apapun yang kamu alami kami juga ikut merasakannya Cia." Mereka memeluk tubuh Cia. air matanya tidak lagi bisa tertahan mengingat bagaimana bahagianya memiliki sahabat seperti mer
Cia yang mewakili teamnya berdiri di tengah-tengah lapangan. dengan rasa takut ia memberanikan diri untuk memberikan alasannya.Suara teriakan terdengar, membuat Cia menundukkan kepalanya. Namun sentuhan lembut membuatnya mengalihkan perhatian pada seseorang yang berada di sampingnya."Bicaralah, katakan alasannya. kenapa kamu tidak mengambil apapun dari kami?" Ucap Rio dengan suara lembut."Sebenarnya, tidak ada permainan apapun di sini. kenapa senior mengatakan. ambil apapun yang ada pada senior. pada kenyataannya tidak dibenarkan, ini adalah jebakan. dan itu artinya tidak ada, itu sebabnya kami tidak mengambil apapun dari senior. yang pada akhirnya melukai para senior. dan yang terjadi sebenarnya tidak di benarkan." Ucap Cia dengan menundukkan kepalanya.Semua terdiam mendengarkan penjelasan dari Cia, dan baru mereka menyadari jika yang mereka lakukan adalah kesalahan dan berakibat melukai teman sendiri.Suara tepukkan tangan
"Cia, jawalah. perasaan ku ini?" Kata Aaron dengan suara pelan.Cia menatap wajah Aaron yang terlihat lebih dewasa dari biasanya. sentuhan lembut di tangannya membuat perhatian Cia teralihkan. Setelah memikirkan semuanya. akhirnya Cia menjawab pertanyaan Aaron."Ya, aku. bersedia menjadi kekasih mu kak. tapi ada syaratnya?" Cia mengajukan syarat yang membuatnya maresa lega dan binggung bersamaan."Ya! katakan. apa syaratnya?" Tanya Mario antuasias. ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendekati Cia."Aku, bersedia. menjadi kekasih kak Aaron tapi menjadi kekasih satu malam kak Aaron." Cia menghela nafasnya dalam-dalam. akhirnya apa yang ada dalam pikirannya kini bisa ia sampaikan."Terserah, denganmu Cia." Aaron menangkup wajah Cia yang terlihat semakin cantik saat sinar rembulan bersinar mengenai wajahnya.Kini Mereka berada di tengah taman bunga, berapa pelayan menyiapkan hidangan spesial untuk Cia. wanita yang mampu melunturkan keras
"Sudah, kak lupakan. aku sudah memaafkan kak Aaron." Cia tersenyum indah pada Aaron."Terima kasih, Cia." Aaron yang melihat Cia yang kedinginan memberikan selimut tebal untuk menutupi tubuh Cia."Kak, selimut darimana?" Cia yang merasa heran kenapa tiba-tiba ada selimut disana. seingatnya dari tadi tidak ada selimut disekitar mereka."Pelaoyang memberikannya." Aaron menutup tubuhnya dan tubuh Cia, kini mereka saling berpelukan. Aaron menarik lembut kepala Cia dan menyandarkan di dadanya yang bidang.Cia yang tidak ingin terlalu bahagia, karran perlakuan Aaron padanya. ia tidak ingin usaha ibunya hancur karena keegoisannya. Cia tidak ingin kebahagiaan yang ia rasakan akan menghancurkan usaha orang tuany yang telah di buat sudah payah."Cia," Suara lembut Aaron terdengar indah di telinga Cia."Ya kak." Cia yang merasakan kenyamanan saat berada dalam dekapan Aaron. berlahan mengangkat wajahnya dan menatap wajah Aaron."Apa kamu bahagia?
Jessika tidak percaya begitu saja denagn ucapan Cia, tanpa berfikir lagi kakinya menendang dada Cia membuat tubuhnya terhuyung kebelakang. melihat sahabatnya di perlakukan kasar oleh Jessika, Anna mendekat pada Jessika memberi pelajaran padanya.PLAK !!!Satu tamparan keras mengenai pipi Jessika membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah."Kau!?" Jessika yang akan membalas tamparan yang dia terima berubah menjadi senyum sinis saat melihat siapa yang berani menampar pipinya."Kenapa diam?" Anna yang dibuat kesal karena ulah Jessika, tanpa memandang siapa Jessika ia berani menantangnya."Aku pastikan akan membuatmu menderita dan bisnis orang tuamu akan hancur!" Ucap Jessika dalam satu tarikan nafas."Kau pikir aku akan takut dan tunduk di kakimu. tidak Jessika. kau salah mengusik temanku!" Anna dengan berani menantang ancaman Jessika, walau berakibat fatal nantinya. namun saat melihat sahabatnya di perlakukan kasar oleh Jessika, Anna tidak teri
Sinta melepas pelukannya dan menatap wajah cantik putrinya. dan kembali bertanya dengan suara lembut."Sayang, katakan siapa pria itu?" Sinta melihat pria tampan yang berada di belakangnya. "Bu, perkenalkan dia kak Aaron ketua OSIS di sekolah Cia." Sinta yang sebenarnya mengenal pria itu, namun ia ingin mendengar langsung dari putrinya."Duduklah, ibu akan buatkan teh hangat untuk kalian." Sinta pergi ke dapur untuk membuat teh untuk teman putrinya dengan hati yang bahagia namun berselimut duka."Minumlah selagi hangat." Sinta kini duduk di samping Cia ysng hanya menundukkan wajahnya. "Bu, Cia kekamar dulu ya. kak Aaron. aku tinggak dulu." Cia melangkahkan kakinya kekamar. dengan susah payah ia menahan sakit yang luar biasa pada tubuhnya. ia tidak ingin melihat ibunya bersedih, ia tidak ingin menjadi lemah.Tubuhnya terhuyung kebelakang rasa sesak kian menyeruak di dadanya. setelah puas menangis Cia tertatih kekamar mandi. Di ruang tam