Share

3. Rasa Yang Aneh.

Pagi yang cerah, seperti biasa kesibukan terlihat di kediaman Cia. Sinta bunya yang berjualan kue di kios yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya, kini sudah disibukkan berbagai bahan kue yang siap untuk di olah.

"Ibu, apakah ada pesanan hari ini? Kenapa ibu sibuk sepagi ini?" tanya Cia yang tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Iya, sayang. Kau tau ibu Rosa memesan banyak kue hari ini, katanya nanti malam ada acara arisan,"

Cia menganggukkan kepalanya, kue buatan ibunya memang terkenal enak, itu sebabnya banyak orang yang memesan kue padanya.

"Biar Cia bantu Bu," ucap Cia.

"Tidak perlu sayang, bukankah kau harus sekolah? Ingat jangan kesiangan seperti kemarin, Ibu tidak ingin kau pergi tanpa sarapan di rumah," kata Sinta mengingatkan putrinya agar tidak terjadi seperti kemarin, dengan lembut membelai rambut putrinya.

"Baik Bu,"

Cia meninggalkan ibunya yang tengah menyiapkan bahan kue yang akan di buatnya. Di kamar, setelah membersihkan tubuhnya dan memakai seragam sekolahnya. Cia kembali turun, dalam hati ia berdoa berharap tidak ada masalah lagi di sekolah.

"Sayang, apa yang kau pikirkan?" Sinta yang melihat Cia melamun, membuatnya mengerutkan keningnya, putrinya tidak akan melamun jika dia tidak memikirkan sesuatu.

"Tidak ada Bu!" Jawab Cia cepat.

"Kau yakin?" Tanya Sinta.

"Sangat yakin! Apa ibu sudah percaya?"

Sinta tersenyum menatap putrinya. Cia mengambil nasi goreng yang telah di siapkan ibunya, dan menyantapnya dengan lahap hingga nasi goreng yang berada di piring tanpa sisa. Usai berpamitan Cia berangkat kesekolah dan membawa satu kotak berisi kue yang di antar ke salah satu tetangga yang memesannya.

"Akhirnya, pintu gerbang masih terbuka.' Ucapnya dalam hati. Langkah semakin cepat saat melihat dua sahabatnya yang tengah berjalan di parkiran menuju kelas.

"Cika, Anna." Mereka menoleh kearah belakang dimana Cia tengah berlari kearahnya, namun tiba-tiba sebuah motor sport berhenti tepat di depannya.

"Apa yang kau Lakukan di depanku?" tanya Aaron.

"Hah! Tidak ada kak?" jawab Cia yang merasa aneh Aaron menghentikan motornya tepat di depannya.

"Tunggu disini!"

Aaron memarkirkan motornya dan mendekati Cia.

"Bawa tasku kedalam kelas!"

Setelah mengatakan Aaron melempar tasnya pada Cia. Dengan langkah lebar Cia mengikuti langkah Aaron yang didepannya, hingga tepat berhenti didepan kelas dua.

"Letakan disana!" ucap Aaron pada Cia.

Melihat Aaron bersama dengan Cia. Jessika mendekati Aaron dan bergelajut manja di lengannya.

"Aaron, apa yang anak ini lakukan disini?" tanya Jessika, dengan raut wajah di buat sendu. Aaron tidak menjawab pertanyaan Jessika namun sorot matanya tajam menatap Cia yang berdiri di hadapannya.

"Pergilah," Mendengar kata-kata Aaron Cia berlari keluar dari kelas dua, menuju kelasnya. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti ketika rombongan senior melewatinya. Tradisi di sekolahnya jika senior berpapasan dengan junior maka junior yang menghentikan langkahnya dan membiarkan senior lebih dulu melewatinya.

"Cia!"

Teriakan Anna membuatnya memalingkan wajahnya kearah depan terlihat dua sahabatnya memandang dengan pandangan cemas.

"Kalian! Sedang apa disini?" tanya Cia mengerutkan keningnya.

"Menunggu mu! Perasaan ku tidak tenang melihatmu berjalan kearah kelas dua. Kamu tahu bagaimana sikap Jessika jika pacarnya di dekati anak baru," ucap Anna panjang lebar.

"Maksudmu, Jessika akan cemburu padaku begitu?" Tanya Cia tidak percaya. Seorang Jessika yang terkenal wanita yang paling cantik dan kekasih Aaron akan cemburu padanya yang hanya si itik buruk rupa.

"Berhati-hatilah Cia. Aku takut Jessika melakukan sesuatu padamu," Anna yang merasa jika Jessika tidak akan tinggal diam melihat Cia yang dekat dengan Aaron apapun alasannya.

"Ayo! Kita masuk kelas, hari ini hari pertama kita belajar bukan." Kata Cia dan mereka bertiga kini berada di dalam kelas mengikuti pelajaran pertama.

Di kelas dua. Jessika merasa kesal karena Aaron mengabaikannya. Ia yakin jika Aaron mulai tergoda dengan junior itu, ia akui jika Cia sangat cantik memiliki postur tubuh yang membuat mata pria akan terpesona meski ia memakai baju yang longgar.

"Lihat saja, aku akan membuat perhitungan padanya. Aku tidak ingin gadis itu mendekati Aaron putra tunggal dari pemilik sekolah. Aku pastikan dia akan di tendang dari sekolah ini." Ucapnya dalam hati.

Pelajaran pertama telah usai. Jessika yang tidak fokus dengan pelajaran pertama, dengan cepat meninggalkan ruang kelasnya dan pergi ke kelas satu. Dan pada saat bersamaan anak-anak kelas satu keluar.

"Berhenti kau gadis jalang!" Teriak Jessika dengan suara lantang. Mereka saling pandang mencari siapa yang di maksud dengan jalang. Jessika mendekati Cia lalu memberikan sesuatu yang membuat seisi sekolah menatapnya tidak percaya.

PLAKKK!!!

Suara tamparan membuat siswa yang berada di luar menatapnya. Cia yang tidak mengerti apapun hanya meringis kesakitan.

"Ini baru peringatan! Lain kali kau akan mendapatkan lebih dari ini."

Setelah mengatakan Jessika meninggalkan Cia yang memegang pipinya yang terlihat jelas tanda lima jari milik Jessika.

"Cia, kau tidak apa-apa?" tanya Anna dan Cika bersamaan, mereka mengkhawatirkan kondisi Cia yang telah di tampar oleh Jessika.

"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Cia, mendengar para siswa disekolah membuat Cia sedih. ia sendiri tidak tahu kenapa Jessika mengatakan dia jalang.

"Cia, ayo kita ke kantin. Sudahlah jangan kau pikirkan, mulai hari ini menjauhlah dari Aaron usahakan menjauh darinya jika bertemu. Aku yakin Jessika akan melakukan lebih dari ini, jika melihatmu menyapa Aaron," ujar Anna, yang di angguki Cika dan Cia.

Di kantin yang rampai melihat Cia datang mulai berbisik-bisik. Bahkan sebagian dari mereka menatapnya dengan jijik.

"Dasar jalang. Baru dua hari sekolah sudah pandai merayu, apa lagi putra pemilik sekolah ini, hebatnya!"

Sindir siswa yang berada di kantin. Suara bisikan terhenti ketika tiga pria memasuki kantin, Cia yang melihat Aaron dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Aku, pergi dulu. Kalian lanjutkan makannya," kata Cia dan bergegas meninggalkan kantin. Tepat pada saat dirinya melangkah, Aaron berdiri membuat tubuh mereka bertabrakan. Dengan sigap Aaron menangkap pinggang Cia, wajah mereka yang saling berdekatan membuat jantung Cia semakin berdetak tidak karuan.

Aaron menatap wajah Cia yang cantik alami. Namun tatapan matanya mengarah pada sudut bibir Cia yang berdarah dan pipinya yang tercetak telapak tangan terlihat jelas, kulit Cia yang putih membuat warna merah di pipinya terlihat kontras.

"Jangan bertemu denganku lagi jika tidak," ucapan Aaron terhenti ketika suara cia terdengar.

"Jika tidak aku akan mendapatkan masalah." Ucapnya membuat Aaron menatapnya tajam, Cia mendorong dada Aaron dan meninggalkan kantin.

Aaron menatap punggung Cia yang menjauh, entah kenapa hatinya terasa sakit melihat gadis kecil yang menjadi objek permainannya terluka.

"Ada apa dengan perasaan ku? Kenapa aku merasakan sakit melihatnya terluka, bukankah dia sama dengan yang lain, hanya permainan sesaatku," ucap Aaron dalam hati.

Cia melangkahkan kakinya ke dalam kelas namun lagi-lagi dirinya harus mendapatkan bully dari satu kelasnya. Membuat air matanya mengalir tanpa seizinnya.

"Pantas, bisa masuk kesekolah ternama ternyata dia seorang jalang." Ucapan teman sekolahnya mampu membuat hati Cia terluka, berusaha menghalau rasa sakit hatinya Cia memejamkan matanya, ia berusaha sekuat hatinya untuk tidak terpancing dengan perkataan teman satu kelasnya. Suara bel berbunyi, tanda pelajaran kedua di mulai. Cika yang duduk tepat di belakangnya, memberikan roti yang dia beli saat di kantin. Namun Cia menolak pemberian temannya karena hatinya yang tidak tenang.

Jam pelajaran berakhir, para siswa berhamburan keluar kelas. Cia bersama dua sahabatnya melangkah kearah pintu gerbang. Tetapi suara di belakangnya membuatnya menghentikan langkahnya.

"Kau ikutlah denganku!" Kata Aaron tanpa bantahan.

"Maaf kak, aku tidak bisa." Tolak Cia lirih.

"Tidak ada bantahan!"

Setelah mengatakan Aaron melangkah di ikuti oleh Cia di belakangnya. Mereka menuju atap kelas, di sana sudah ada berapa siswa dan juga Jessika, melihat Aaron bersama dengan Cia membuat Jessika menatap sinis padanya dan amarahnya tidak terbendung lagi.

"Kau! Siapkan makanan yang berada di dalam tas berwarna merah itu disini," kata Aaron pada Cia. Setelah menyiapkan semuanya Cia kembali melangkah kearah belakang menjauh dari mereka yang tengah berpesta.

Jessika yang melihat kesempatan untuk membuat Cia, menjadi bahan tertawaan akhirnya memiliki ide.

"Kau, kemari! Ambilkan tas yang berada di atas atap itu dan bawa kemari," Tubuh Cia bergetar saat melihat betapa tingginya atap yang harus ia naiki.

"Cepat! Kenapa hanya bengong disitu?" lanjutnya pada Cia. Tidak berapa lama Cia akhirnya menaiki atap sekolah yang tinggi dengan tubuh bergetar. Keringat dingin membasahi tubuhnya rasa takut membuat tubuhnya semakin bergetar. Saat Cia kehilangan keseimbangan, dia pasrah jika harus terjatuh. Tiba-tiba tangan besar menahan pinggangnya hingga Cia tidak mendarat di bawah yang sudah di pastikan tulang tubuhnya akan hancur.

"Jika takut ketinggian, kenapa tidak menolak perintahnya?" kata Aaron tepat di depan wajahnya.

"Pergilah," lanjutnya, entah kenapa perasaan tidak tega ingin melanjutkan aksi bully pada gadis yang berada dalam pelukannya. Tanpa menjawab perkataan Aaron, Cia berlari dari hadapannya dan menuruni tangga.

Dari jauh Aaron menatap kepergian Cia dengan pandangan rumit. Niatnya ingin mempermainkan gadis kecil itu, kini harus gagal karena hatinya menolak untuk melakukannya.

"Aaron, kenapa kau membiarkan gadis itu pergi?" tanya Jessika dengan wajah yang mulai memerah menahan kemarahan saat melihat Aaron berlari untuk menyelamatkan Cia.

"Lupakan yang tadi, kembalilah kesana aku ada urusan." Aaron meninggalkan teman-temannya dan berlalu menaiki motor sport. Membelah jalanan, entah kemana motor kesayangan membawanya hingga sampai di depan ruko kue. Dan tatapan tanpa sengaja melihat Cia memasuki ruko dan mencium tangan wanita paruh baya.

"Ada apa denganku? Kenapa perasaan aneh ini kembali lagi, bukankan aku telah membuangnya, kenapa sekarang hadir lagi. Ada apa dengan gadis itu, kenapa perasaan aneh ini hadir." Ucapnya dalam hati. Pandangan tidak berpaling pada gadis yang kini telah Menganti bajunya dengan setelan celana jeans berwarna hitam dan kaos berwarna putih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status