Share

Pituah Dukun

Episode 5

Adu jurus antara Reynal dan Brully sebenarnya telah berlangsung agak lama. Gendrang perang itu telah ditabuh sejak Prasti hamil 2 bulan. Reynal memutuskan turun ke medan laga demi sebuah misi. Niat mulia untuk menyelamatkan anak yang akan dilahirkan Prasti.

Sebab Reynal mendapatkan kabar yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Bahwa Brully, orang yang dia kenal dekat itu, akan membunuh anak dalam perut Prasti. Dengan syarat, apabila yang keluar nantinya berjenis kelamin laki-laki.

Reynal tak mungkin membiarkan perilaku bi4dab ini berlaku pada anak yang tidak berdosa. Di mata Reynal, Brully sejenis generasi penerus Firaun, takut pada anak laki-laki yang kelak mengancam nyawa dan kekuasaannya. Reynal menyatakan siap untuk bertarung adu strategi dalam misi penyelamatan anak manusia ini.

Reynal berada pada posisi yang lebih beruntung, karena dia mengenal Brully, sementara Brully tak kenal siapa lawannya. Meskipun Reynal adalah Naldi teman dekatnya sendiri.

Di mata Reynal, kelakuan Brully juga mirip kelakuan kucing jantan, yang curiga perut kucing betina yang dia hamili akan melahirkan anak kucing jantan berbulu belang tiga. Maka, seluruh pergerakan kucing betina itu akan selalu dia awasi hingga melahirkan. Begitu lahir, langsung dihabisi nyawanya.

Dalam ilmu perkucingan, anak kucing jantan apabila bulunya belang tiga, dan berhasil hidup sampai besar, maka kelak akan menghabisi nyawa bapaknya sendiri.

Begitu pula Brully yang khawatir Prasti melahirkan anak laki-laki itu. Sehingga dia berkewajiban mengawasi pergerakan Prasti hingga melahirkan setiap hari melalui anggotanya.

Beda Brully dengan kucing jantan sedikit saja. Bila kucing jantan tidak memberi belanja pada kucing betina, kalau Brully ada.Tapi Brully selalu memberikannya melalui sandiwara. Anggotanya disuruh menyamar dalam banyak profesi untuk bisa menyalurkan dana pada Prasti.

Ada yang menyamar jadi Pak Haji. yang kemudian sengaja lewat di depan tempat kos Prasti lalu memberi sedekah.

“Waduh adek, sehat selalu ya” Kata Pak haji kawe itu

‘Iya Pak”

“Kebetulan anak saya lulus jadi polisi. Kemarin dia bernazar, bila lulus akan memberi hadiah untuk ibu yang lagi hamil.Kebetulan nih, adek lagi hamil. Ini nazarnya”

“Waduh,makasih Pak”

Prasti menerima uang tiga juta rupiah dari Cimpin sok Flamboyan yang menyamar jadi Pak Haji

Begitulah cara Brully memelihara Prasti. Tapi, walau Prasti tetap dalam pengawasannya, namun Brully tak sekalipun bersedia melihat langsung wajah Prasti yang sedang mengandung anaknya. Sebabnya jelas, bila mata Brully sempat melihatnya, dikhawatirkan Brully tak tega untuk menghabisi anaknya itu nanti ketika lahir.

Anggota Reynal juga melakukan hal yang sama, menjaga keberadaan Prasti dan juga memerhatikan kebutuhan Prasti selaku ibu hamil. Sama pula, beberapa kali anggota Reynal menyamar jadi tukang buah keliling. Dan setiap melewati tempat kos Prasti, selalu berkata:

“Rezeki orang hamil nih, kasih buah dulu, biar dagangan laris”

Begitu selalu bahasa tukang buah abal-abal itu untuk menyerahkan kebutuhan Prasti yang sedang hamil.

Sekali lagi, Reynal dalam posisi lebih beruntung. Dia tahu aktivitas Brully, sementara Brully tak sedikitpun mengendus pergerakkan Reynal.

Enam bulan silam, Reynal melihat tanda-tanda Prasti akan melahirkan. Lalu, merancang jebakan agar anggota Brully kehilangan jejak dimana keberadaan Prasti.Dan itu berhasil.

Sehingga Brully marah besar pada anggotanya,dan memerintahkan anak buahnya itu segera mendatangi banyak tempat. Pasar, perumahan dan rumah sakit.

Mereka juga mendatangi beberapa kantor polisi yang ada di Jakarta, mana tahu ada informasi orang hilang atau ditabrak kendaraan.

Dari sekian kantor polisi yang didatangi, hanya satu kabar yang sedikit berarti. Ketika kantor polisi mengabarkan seorang ibu-ibu digotong beberapa pemuda di tepi rel kereta api.

Si Cimpin sok flamboyan langsung turun ke lokasi, walau yang ditemukan di sana adalah seorang wanita dalam gangguan jiwa yang tak kunjung menghindar ketika kereta api akan lewat. Kemudian, beberapa anak muda yang sedang berapa dekat lokasi menggotong paksa wanita tidak waras itu.

Sementara Joy, lelaki bertato, enam bulan silam itu, mengawasi Prasti di halte dan mengamankan pergerakan Reynal yang membawa Prasti ke rumah bersalin. Reynal kemudian meminta Joy dan temannya berjaga di sekitar lokasi, sebab bisa saja anggota Brully mendatangi rumah bersalin untuk mencari prasti yang hilang.

Dugaan Reynal tepat. Si Cimpin, Lelaki Sok Flamboyan, sebenarnya sudah datang pas di hari kelahiran ke Rumah Bersalin Sayang Ibu itu. Tapi, berkat kelihaian Joy dan temannya, maka Si Cimpin berhasil di kelabui. Joy menyamar menjadi tukang parkir dan satu lagi tukang ojek. Mereka beraksi.

Walau sudah berada di lokasi, si Cimpin gagal masuk rumah bersalin.Sebab Joy dan temannya hafal wajah si Cimpin, begitu batang hidung Cimpin terlihat, Joy yang pakai rompi parkir langsung menghampirinya.

“Lagi, nyari ibu hamil yang hilang itu ya, Bang”

“Iya, ya”

“Kok tahu”

“Kebetulan tadi ada juga yang nyari ke sini. Trus yang hamil itu ketemu di samping pot bunga besar yang itu tu, dia lagi nyandar di situ” Joy menunjuk pot bunga besar di seberang jalan.

“Di mana dia sekarang, Bang?”

“Udah dibawa keluarganya ke Surabaya”

“Surabaya?”

“Aku dengar tadi gitu”

Teman Joy datang untuk menyempurnakan sandiwara

“Nanya siapa orang ini, Bang?

“Itu, yang tadi hamil duduk di pot itu”

“Oo, yang dibawa saudaranya ke Surabaya itu”

“Iya”

Cimpin makin percaya setelah teman Joy datang menguatkan. Cara itu tentu sama persis dengan aksi terbarunya di pelabuhan kemarin.

Joy dan temannya sengaja memilih Surabaya ketika itu. Selain agar mereka pergi jauh, juga agar mereka percaya karena mereka tahu bahwa keluarga Prasti memang berada di Surabaya.

Hasilnya sandiwara begitu dahsyat, Cimpin Flamboyan dan dua anggota lain langsung menuju Surabaya malam itu. Menyiapkan segala strategi penculikan anak Prasti dan langsung menghabisinya seandainya anak yang lahir itu laki-laki.

Sementara, di saat Cimpin Flamboyan baru beberapa menit menuju Surabaya, disaat itulah Prasti melahirkan anak . Dan, ternyata memang laki-laki.

Enam bulan di Surabaya, anak prasti tak kunjung mereka temukan. Sepulang dari Surabaya, ternyata mereka kembali mencari Rumah Bersalin kasih Ibu. Disana mereka memperoleh informasi tentang Prasti dan anaknya. Di sini pula muncul nama Reynal, orang yang hingga kini dia cari dan belum jua kunjung ditemukan.

***

Hari ini, Brully, kembali menemui penasehat spritualnya ke sebuah gubuk di kaki gunung Bromo. Ini kedatangannya yang keempat kali ke tempat yang dianggap keramat itu. Ini sengaja dilakukan sebab pencarian anak yang dilahirkan Prasti dan juga Reynal tak jua kunjung berhasil.

Brully datang sendiri. Penasehat spitual yang ditemui itu adalah seorang dukun. Syarat untuk bisa bertemu dengannya harus membawa tiga helai celana dalam bekas pakai anak perawan.

Sehingga setiap ingin datang ke tempat ini, si Cimpin harus bekerja keras mencuri celana dalam anak perawan dari rumah ke rumah. Brully tak peduli, benda itu harus didapatkan paling lambat satu hari sebelum berangkat ke gunung Bromo.

Kawan

Lihatlah dukun berjanggut pirang yang duduk bersilah didepan Brully itu. Itulah dia dukun yang memberi titah agar Brully segera menghabisi anak luar nikah itu begitu dia lahir, seandainya anak itu laki-laki.

Bahkan titahnya sangat ketat. Anak laki-laki itu harus tak bernyawa lagi setengah jam setelah dia lahir.

“Ini berbahaya bagimu Brully. Dialah yang akan membunuhmu kelak. Kalau saja dia sempat hidup lebih dari setengah jam, maka hidupmu penuh kesialan” Begitu titah dukun kurang ajar ini saat Brully melapor bahwa dia baru saja menghamili Prasti tujuh bulan silam.

Menurut Dukun berjanggut tebal itu, mengapa anak itu harus dibunuh karena didalam janin anak yang dikandung Prasti itu hidup raja jin penguasa laut. Bermaskas di pantai tempat anak itu diproduksi. Dan, Brully sangat percaya itu.

Titah dukun ini bertingkat-tingkat. Dari datang pertama hingga ketiga bunyi titahnya berkelanjutan. Kedatangan keempat ini entah apa pula bunyi titahnya. Ketika datang pertama kali, dukun bertitah, “bila anak yang lahir laki-laki langsung habisi segera”. Datang kedua bertambah menjadi “setelah anak dihabisi berikutnya habisi ibunya.

Lalu, ketika Brully datang setelah Prasti melahirkan dan didampingi seorang lelaki, titahnya bertambah lagi “setelah anak dihabisi, berikutnya habisi lelaki itu dan terakhir habisi ibunya”

Kini,  kedatangan yang keempat, Brully sedang menunggu titah berikutnya.

“Sekarang bagimana Mba. Usianya sudah 6 bulan” tanya Brully penuh kecemasan.

“Tunggu sebentar” jawab dukun dengan suara berat

Sang dukun mengambil potongan sabut kelapa dan membakar kemenyan di atasnya. Dilanjutkan mengikat kepala dengan kain hitam yang sudah terlihat kumal.

Ketika asap telah membubung, mata sang dukun terbelalak-belalak seperti ular hendak beranak. Tak lama, muncul suara serupa orang tercekik ketelan putik durian. Berikutnya muncul suara mirip suara sapi tua yang sedang meregang nyawa. Sungguh asing, menakutkan juga lucu.

“Aaadaaa aapaa, Mbaaahh dipangiiil, Cuuu”

“Ingin minta pertolongan, Mbah”

“Aaaa..paa ituuu”

“Bagaimana cara menemukan anak saya dan orang yang mencurinya.

“Oh gampang” kata dukun itu

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status