Dia tidak terlalu ganteng, tapi kaya dan dermawan. Seorang wanita blasteran Inggris jatuh hati padanya. Sebabnya sangat heroik, karena pria ini menyelamatkan nyawanya. Namun ada sesuatu yang disembunyikan lelaki ini pada wanita blasteran itu. Yakni, bahwa dia seorang lelaki impoten. Suatu waktu, sang lelaki mengakui bahwa dirinya seorang lelaki impoten. Tapi, wanita blasteran tak percaya pada pengakuan lelaki itu, malah minta pembuktian.
view moreBang! Aku bilang ya, hamil itu bukan karena ada suami, tapi karena hubungan badan yang berhasil. Ngerti! Kalaupun ada suami, melakukan hubungan sepuluh kali sehari, tapi salah satunya mandul, juga tidak bakal hamil, Bang!”
“Ohw.. lalu siapa yang menghamilimu?”“Itu yang aku tak tahu. Kalau tahu pasti aku cari dia. Dia dapat enaknya, aku dapat sengsaranya!”“Loh, kok bisa adek ngga tahu?“Waduh, Abang tak usah nyinyir lah Bang. Sekarang kalau Abang ingin bantu, bantu aku”“Maksudnya?” Sahut lelaki ituLalu wanita hamil tua menoleh pada lelaki itu dan memandang bola matanya dalam-dalam. Mereka beradu tatap. Inilah momen pertama mereka saling mengetahui wajah lawan bicara.“Abang serius mau bantu!” Tanya wanita itu“Sekiranya aku sanggup, aku bersedia”“Benar?”“Ya, Benar”“Tolong bantu aku nyariin orang yang bisa membeli anak ini. Sebenarnya nih, anak ini sudah mau lahir nih dari kemarin. Karena belum ada yang membeli dia undur keluar”“ Jadi, anak dalam perut ini, mau adek jual”“Iya, buat apa pelihara anak yang tak tahu bapaknya ini”Lelaki itu terngaga, kaget.“Ayo, jangan diam. Kalau abang serius, bantu aku!” wanita ini menantang.Dari tampilan fisik, lelaki itu yakin beberapa hari lagi wanita ini mungkin akan melahirkan. Tanpa pikir panjang, dia menerima tantangan untuk menyelamatkan bayi dalam perut wanita itu.“Oke. Aku bantu. Tunggu sebentar” Lelaki itu berjalan menuju hotel. Tak lama, dia kembali dengan membawa sebuah tas ransel dan berjaket hitam dengan topi melekat di kepala.“Ayo” Lelaki ini mengajak wanita itu pergi“Kemana? Apakah Abang sudah dapat orang yang mau beli anak ini”“Sudah, tenang aja”“Benar nih? Secepat itu?”“Benar” tegas sang lelaki.“Ah, yang serius lah Bang. Masa secepat itu?“Iya,kalau aku bilang sudah, adek yakin sajalah”Setelah beberapa langka, Wanita ini kembali berhenti“Bang, yang serius Bang, Abang benar sudah punya orang yang mau beli anak ini!?”“Dek, sekali lagi ya. Kalau aku bilang sudah, ya sudah. Ngga usah banyak tanya”Wanita itu menyerah, saat lelaki ini membimbingnya naik taksi. Tapi ekspresi di raut wanita hamil berat ini sangat keliru. Ada bahagia, juga dicampuri ekspresi cemas. Berkali-kali dia curi pandang memerhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Lelaki, tetap tersenyum tanpa menoleh.“Rumah Bersalin Kasih Ibu”Taksi berhenti pas di depan gedung berwarna putih yang di puncaknya bertuliskan rumah bersalin itu. Setelah membayar taksi, sang lelaki membimbing wanita ini dengan sangat hati-hati masuk pintu rumah bersalin. Persis seorang suami yang sedang mengantar istri yang hendak melahirkan.Sang lelaki langsung menuju meja pendaftaran dan si wanita hamil duduk di kursi panjang.“Selamat siang, Pak. Ada yang bisa kami bantu”“Iya, ingin mengontrol kandungan istri, Bu”“Boleh. Nama istrinya siapa, Pak?Sang lelaki langsung batuk-batuk mendengar pertanyaan petugas pendaftaran.“Maaf, ambil masker dulu, Bu” Kata lelaki ini sambil berjalan menuju wanita hamil.Kemudian berpura-pura membuka resleting tas untuk mengambil masker. Setengah berbisik, sang lelaki bertanya:“Dek, namamu siapa?”“Oh, iya kita belum kenalan. Namaku Prasti, Bang”Sang lelaki membalikkan badan untuk kembali ke meja pendaftaran.“Maaf bu, sedikit batuk. Soalnya semalam kerja lembur” Sang lelaki minta maaf sambil menutup mulut dengan masker yang belum terpasang“Ya, tak apa-apa. Siapa nama istrinya, Pak?“Prasti, Bu”“Oke, umur, alamat dan anak ke berapa?Kali ini sang lelaki pura-pura bersin mendengar pertanyaan petugas.“Waduh, maaf Bu” sambil berbalik arah kembali menuju wanita hamil. Masih seperti yang tadi, sang lelaki kembali membuka resleting tas dan kembali pula bertanya setengah berbisik.“Prasti, umurmu berapa, alamatmu di mana dan ini anak ke berapa?”“Ohw, 23 Bang, alamat Tanjung Priuk, anak pertama”Sang lelaki itu kembali ke meja pendaftaran“Maaf bu, maaf”“Tak apa-apa, Pak”“Umur istri saya, 23 tahun, kami tinggal di Tanjung Priuk”“Oke, ini anak ke berapa?”“Oh, iya, anak pertama, Bu”“Nama suaminya?”“Oh, Reynal, Reynal Bu. Rey-nya pakai Y bukan I”“Baik, Pak Reynal. Silahkan tunggu, sebentar lagi akan kami panggil istri bapak untuk masuk ruang pemeriksaanLelaki yang mengaku bernama Reynal berbalik dengan santai dan duduk di samping Prasti melepaskan nafas yang tertahan.“Bang, nama Abang siapa sih”“Panggil saja Reynal”Beberapa saat kemudian“Bang, sepertinya mau lahir nih!”“Memangnya ada apa?” Tanya Reynal“ ini......“Ibu Prasti...”Tiba-tiba petugas rumah bersalin memanggil nama wanita hamil itu.“Ya Bu” Prasti dan Reynal bersamaan menyahut.“Silahkan bawa istrinya, Pak” petugas datang menghampiri dan ikut membimbing Prasti menuju ruang pemeriksaan. Prasti terlihat meringis menahan sesuatu.“Tolong bantu angkat, Pak” petugas minta Reynal membantu Prasti naik tempat pemeriksaan. Tak lama berselang, dokter kandungan dengan senyum datang untuk memeriksa dan petugas membuka celana dalam Prasti agar dokter mudah bekerja.“Dok, sepertinya mau melahirkan Dok”petugas berkata pada dokter setelah melihat cairan yang menempel di celana dalam Prasti.“Oh. Iya” Dokter tersenyum pada Reynal calon bapak jadi-jadian.“Pak, peralatan bayi sudah disiapkan? Petugas bertanya pada Reynal.“Iya, bu, ya”“Kalau belum, beli saja di depan, itu ada toko peralatan bayi”“Oke Bu”Reynal berjalan menuju toko, tapi tiba-tiba Prasti memanggilnya sambil meringis kesakitan.“Bang, sini dulu”Reynal tergesa menuju Prasti“Ada apa Pras?”Prasti menarik bahu Reynal dan berbisik“Orang yang mau beli anak ini, mana?”“Ah, tenang aja, sebentar lagi saya minta ke sini” Reynal sambil bergegas menuju toko peralatan bayi.Tak lama, Reynal sang bapak bohongan telah kembali dari toko dan membawa lengkap peralatan penyambutan bayi. Petugas dengan kursi roda membawa Prasti ke ruang persalinan dan Reynal mengiringi.“Pak, selama proses persalinan nanti, bapak kami harapkan mendampingi istri ya?!”“Iya bu”Prasti tak lagi banyak bicara, justru lebih banyak merintih menahan sakit. Sepertinya kelahiran bayi sudah dekat.“Pak, tolong pegang ini, jaga paha istrinya untuk tetap terbuka”Waduh, Reynal canggung, gugup luar biasa. Ia harus menjaga dan berdiri di hadapan seorang wanita bukan istri dalam keadaan terkanggang. Ah, tangan Reynal kemudian perlahan memegang kedua lutut Prasti agar pahanya tetap terbuka.Reynal masih menjaga adab. Kepalanya tidak mengarah pada selangkangan Prasti, tapi menengadah ke langit-langit ruangan serupa seorang suami bermunajat pada penguasa langit untuk berdoa.“Pak, jangan canggung gitu sama istri, yang serius megangnya” Petugas menegur Reynal.Proses kelahiran dimulai.Apakah bayi ini lahir selamat. Bila selamat, siapakah orang yang telah bersedia membeli bayi ini? Apakah Prasti benar-benar tidak punya suami? Dan, apakah Reynal masih perjaka? Ahh..Sanca memang lahir sebagai anak bandel. Mentalnya yang sempat kendor oleh gertakan kelompok penangkap semalam kini mulai membaik dan bertekad untuk bisa lepas dari sanderaan. Sedikit demi sedikit dia berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya ke tonggak gubuk itu.Sanca memiliki pengalaman sukses berkali-kali dalam melepaskan diri dari ikatan tali. Sebab saat kecil dulu dia berkali-kali diikat bapaknya di batang Jambu depan rumahnya karena Sanca sering membuat onar di sekolah. Setiap guru mengadukan peristiwa itu pada orangtuanya, bapak Sanca selalu mengikat Sanca di pohon jambu itu. Tapi Sanca selalu berhasil melepaskan diri.Tapi kali ini kondisinya jauh lebih berat. Tali yang mengikat dirinya jauh pula lebih kuat dan besar. Tapi perjuangan itu tidak sia-sia sebab Sanca lelaki yang berpantang untuk menyerah pada keadaan. Perlahan, dengan teknik yang ada, Sanca berhasil melepaskan tali di tangannya. Kini sedang berusaha melepaskan ikatan di lehernya.Kemungkinan beberapa saat ke depan ik
Episode 40Pagi ini Naldi bangun dan mengajar Krishna salat. Maklum, Krishna belum mengenal tata cara salat. Krishna seperti yang sudah-sudah, akan mengikuti saja apa yang diperintahkan. Begitu juga pagi ini, dia begitu patuh dan terlihat santun ketika Naldi mengajarkannya bacaan dan gerakan salatKrishna ternyata anak yang cerdas, daya tangkapnya kuat dan sangat cepat memahami apa yang dikatakan Naldi tentang salat. Dua kali saja Naldi menerangkan, Krishna langsung paham. Walau belum semua bacaan salat dia ketahui, tapi bacaan Alfatihah sudah hafal.Naldi mengajak Krishna sarapan yang selalu diantar asisten rumah setiap pagi. Setelah sarapan, Naldi bersantai di kamarnya mengingat-ingat pertemuan semalam dengan Mayang.Bagi Naldi, mayang sudah dalam perangkap. Nomor kontak sudah di dapat, rumah sudah diketahui dan Mayang terlihat sangat berminat untuk bekerja di kantornya.Mayang juga telah memberikan informasi penting tentang dirinya, Krishna dan Brully. Walau Mayang merahasiakan lel
Pratiwi mulai pucat memikirkan keadaan. Kalau hanya diceraikan Brully sebab ketahuan berselingkuh nantinya adalah angerah tak ternilai. Sebab akan memuluskan jalan menuju ranjang resmi bersama Sanca. Dengan demikian, mimpinya untuk bisa satu atap dengan lelaki yang dia cintai dan yang mencitai dia setulus hati itu akan jadi kenyataan.Namun bila Brully melakukan kekerasan sebagai bentuk pembalasan pada istri yang berselinggkuh yang berujung hilangnya nyawa, maka tamat seluruh kisah indah dan kusam Pratiwi dan Sanca di hamparan bumi ini. Selamat bertemu kembali dalam kepedihan di neraka kelak.“Bang, kalau abang-abang memang berniat menyelamatkanku, tolong antarkan aku pada seseorang” permohonan Pratiwi pada lelaki yang menangkapnya.‘Maaf, tugas kamu hanya mengantarkan anda ke sebuah tempat yang sudah ditetapkan, setelah itu tugas kami selesai. Kami tidak punya urusan untuk mengantar anda pada seseorang atau ke tempat lain”Sementara, Sanca di Mahasakti 12, kini mulai menunjukkan men
Sanca tak berkutik. Dia mencoba melawan, tapi apa daya, tak ada kekuatan untuk mengalahkan tiga orang terlatih yang telah menangkapnya“Kalian siapa!!. Bisa-bisanya kalian mengaku ingin menyelamatkan saya. Lepaskan!!” Sanca mencoba melawat dengan kekuatan mulut, sebab tangan dan kakinya tak bisa bergerak.“Kami mengharap kerjasama Anda. Jangan ditanya siapa kami. Yang kami tahu, kami diberi tugas untuk menyelamatkan Anda”‘Siapa orang yang mengancam saya dan siapa orang menyuruh kalian menyelamatkan saya”“Itu bukan urusan kami. Kami sedang menjalankan apa yang sedang ditugaskan”Pratiwi di swalayan telah panjang lehernya menunggu Sanca datang menjemput. Sudah 12 kali berputar-putar dari rak atu ke rak lain dalam swalayan jaya Makmur, namun Sanca tak jua tampak batang hidungnya.Pratiwi berwajah gelisah, tangannya sudah berkeringat sebab terlalu lama menggengam pasta gigi dan dua buah sabun yang sudah dia ambil sebagai modus menunggu kedatangan Sanca.Pratiwi kemudian melangkah ke me
Menurut Naldi, sudah saatnya menemui wanita yang menurut Krishna mirip ibunya itu. Namun, Naldi tak kan menemui langsung saat ini untuk membuktikan kalau dia memang ibu dari Krishna.“Oke Kris, kita pulang dulu. Ibu mirip ibumu itu, nanti kita urus.”Krishna tidak berkomentar apa-apa. Seperti biasa Krishna selalu mengikuti situasi yang berlangsung saja. Krishna kian tampak karakternya sebagai anak yang tidak banyak protes pada keadaan. Namun belum bisa dibaca terlalu jauh apa yang tersimpan dari sikap tak banyak protes dan diamnya itu.Terkadang dalam diam dan penurut, ada satu hal yang harus diwaspadai dari seseorang. Yakni, bahwa dia sedang menilai orang-orang yang ada dalam lingkungan tempat dia berinteraksi.Apalagi Krishna tumbuh sebagai manusia melalui jalanan. Kehidupan yang amat keras yang harus dilalui anak seusianya.Naldi kini berangkat menuju rumahnya bersama Krishna, membiarkan ibu muda itu berlalu dari pandangan mereka. Dua jam perjalanan, mereka sampai dirumah.Setelah
Naldi sudah di bandara Minangkabau. Mobil rental juga telah dikembalikan kepada pemiliknya. Bersama Krishna, kini Naldi menuju gedung bandara.Ruang pikir Naldi kusut masai. Pengakuan Ranggi sebagai lelaki impoten belum jua bercerai dengan otaknya. Naldi kaget, ternyata ponakannya mengalami keluhan fisik yang merongrong batin lelaki pula, sama seperti dirinya.Namun, yang mengejutkan pula, keluhan berat itu ternyata dengan mudah terobati hanya dengan melihat Prasti mengganti pakaian. Terlalu sepele sepertinya. Hanya dengan melihat Prasti berganti pakaian penyakit yang merusak mental secara mendalam itu langsung terobati.Dalam rumitnya tali temali pikir Naldi, Prasti menelponnya.“Waalaikumusalam Fatimah”“Udah mau berangkat, Bang?‘Ini baru sampai di bandara, mau cek tiket”“Ranggi gimana, udah pulang? tanya Prasti“Katanya mau pulang sekarang” jawab Naldi‘Ya udah, abang hati-hati ya”Naldi menutup telepon dan terus berjalan menuju gedung bandara. Naldi heran mengapa Prasti menanyak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments