Home / Rumah Tangga / Kelakuan Gila Kakak Angkatku / 6. Pertemuan Tak Terduga

Share

6. Pertemuan Tak Terduga

Author: See Sha
last update Last Updated: 2024-01-24 11:46:06

"Shan, bukannya itu papamu sama Kak Olive?" tanya Renata sahabat Shanas.

Kedua gadis itu baru keluar dari mobil Renata dan berniat akan makan siang yang terlambat karena Shanas ada jadwal sidang bersama seniornya di pengadilan. Restoran yang dituju kebetulan sama hanya saja Renata terpaksa parkir sedikit jauh karena ini masih jam padat orang makan siang.

Shanas ayahnya dan kakaknya dengan cara pandang yang berbeda—pertama kalinya. Gadis itu merasa kedekatan ayahnya dan kakak perempuannya itu agak berbeda, meskipun pemandangan di mana Olive merangkul pinggang ayahnya bukanlah sesuatu yang pertama kalinya. Tapi, Shanas tetap merasa ada yang aneh.

Tanpa banyak bicara, Shanas melangkah cepat mendekati ayahnya dan Olive yang sudah hampir dekat dengan mobil.

"Papa!" panggil Shanas yang langsung menghentikan langkah Danan.

Bergegas Danan dan Olive berbalik. Shanas bisa melihat bagaimana keduanya tampak terkejut. Tak hanya itu, tatapan Shanas yang terarah pada rangkulan Olive, seketika membuat Olive rikuh yang kemudian langsung melepaskan rangkulannya, sedangkan Danan melangkah terlalu cepat, menghampiri Shanas.

Tanpa keduanya sadari, sikap Danan dan Olive, menjadi catatan di hati Shanas. Gadis itu tahu kalau sedang ada yang salah. Hanya saja, tidak tahu di bagian mana yang salah.

"Shanas, kamu di sini?" tanya Danan setelah memberi kecupan ringan di kening sang putri.

"Renata yang ajak. Kok, tumben bisa makan siang bareng?" pertanyaan yang ditujukan ke Danan dan Olive.

"Aku kebetulan ada syuting iklan di dekat sini. Lagi break, aku ajak Papa makan siang bareng," jawab Olive dengan keceriaannya yang berlebihan.

"Papa gak ajak aku?" Tatapan Shanas mengintimidasi Danan.

"Oh, itu..., tadi...." Danan gelagapan untuk menjawab. Dia harus berbohong untuk pertama kalinya.

"Aku yang tadi meminta Papa buat tidak mengganggumu." Olive menjadi penyelamat Danan. Senyumnya diukir di wajah sesantai mungkin.

"Aku tidak merasa terganggu," jawab sarkas Shanas.

"Tapi, kamu kan sedang magang juga buat menambah nilaimu. Aku gak mau kamunya jadi keganggu waktunya kalau aku ajak makan siang. Dan lagi aku kangen Papa."

"Begitu?" Pertanyaan itu lagi-lagi ditujukan ke Danan dengan nada menyudutkan.

"Mmm..., Papa kira juga begitu." Lidah Danan terjulur menjilati bibir bawahnya yang terasa kering tiba-tiba. Itu bukan perilaku yang benar, karena Shanas langsung tahu kalau ada yang sedang berdusta.

Ponsel Shanas berdering. Segera Shanas membuka tasnya. Di saat itulah Danan melihat kesempatan untuk berlalu.

"Papa kembali ke kantor dulu ya, Sayang," pamit Danan.

"Tunggu, Pa! Ini Mama nelpon." Shanas langsung menggapai tangan Danan, mencegah ayahnya pergi.

"Sidangmu sudah selesai?" tanya Nadia dari seberang telepon.

"Sudah, Ma. Ada apa, Ma?" Selalu Shanas tidak berbasa-basi.

"Papamu kok susah banget ya dihubungi. Mama telpon dari tadi gak diangkat-angkat."

Shanas menatap tajam Danan.  Seketika itu juga Danan tahu kalau ada yang sedang salah.

"Papa ada di sini." Shanas langsung mengulurkan ponselnya ke Danan. "Mama telpon kok gak diangkat, Pa?"

"Hah?" Danan terkejut tapi tetap menerima ponsel dari putrinya. "Halo, Ma."

"Papa kok sekarang susah dihubungi? Aku telpon dari tadi gak diangkat," keluh Nadia.

"Aku tadi ada meeting, Sayang. Maaf, ya," jawab Danan dengan tawa kecil, seolah-olah itu bukanlah hal besar.

"Aku tanya sekretarismu, dia bilang kamu lagi makan siang sama Olive. Dan aku sudah nelpon berkali-kali di jam yang harusnya kalian lagi makan. Kok, gak diangkat?"

Danan bisa menilai dari suara istrinya kalau Nadia sedang sangat marah. Ada perasaan tidak nyaman dengan itu, tapi Danan tidak ingin berdebat karena yakin itu akan membuatnya semakin terpojok.

"Aku gak dengar, Sayang." Danan bicara dengan suara yang sangat lembut, berharap itu bisa menenangkan keresahan istrinya.

"Memangnya papa lagi apa ini?"

"Lagi makan sianglah. Sama Shanas ini. Kamu mau omong sama dia?" Danan harus segera mengalihkan situasinya. Keadaannya sudah tidak nyaman, meskipun ini lewat telepon.

"Aku harus kembali ke kantor. Tadi kan meeting-nya sama klien dan belum didiskusikan dengan bagian produksi dan pemasaran. Nanti aku telpon kamu setelah kerjaan selesai. Ya, Sayang?"

Di seberang telepon, raut wajah Nadia terlihat kecewa. Dia merasa ada yang sedang disembunyikan suaminya. Untuk pertama kalinya, Danan susah dihubungi dan juga Danan tidak menanyakan pekerjaannya.

Tapi Nadia berusaha memakluminya. Memang benar kalau setelah bertemu klien dan ada kemungkinan itu memberikan untung terbaik, Danan harus segera mendiskusikan dengan tim terkait.

"Oke. Aku mau makan siang dulu. Hati-hati kamu di sana," ucap Nadia.

"Kamu jangan terlambat makan. Aku baik-baik saja di sini. Telponnya aku kembalikan ke Shanas, ya." Danan menyerahkan ponselnya kembali ke pemiliknya.

"Halo, Ma," sapa Shanas tanpa melepaskan tatapan dinginnya ke sang ayah.

"Ya, udah. Mama mau makan siang dulu. Kamu juga makan, ya. Besok Mama pulang."

Shanas mengiyakan dan setelah basa-basi sebentar, sambungan telepon pun dimatikan. Dalam waktu yang snagat cepat, Danan mencium kening Shanas.

"Papa kembali ke kantor dulu, ya," pamit Danan cepat.

"Aku juga, ya. Mau syuting lagi," pamit Olive yang dibarengi dengan kedipan sebelah mata dan senyum yang riang.

Shanas tidak memberikan reaksi apa-apa. Gadis itu diam saja dengan sikap mengamati. Dia bisa melihat bagaiamana ayahnya terlalu terburu-buru, sedangkan Olive justru terlihat lebih santai. Untuk kakaknya, Shanas tidak bisa menilai apakah itu akting ataukah memang Olive merasa tidak ada yang harus dipermasalahkan.

Padahal, sangat jelas kalau tadi Danan memberikan keterangan yang kurang pas perihal makan siang. Ditambah lagi, Danan tidak menyebutkan adanya Olive, hanya Shanas. Seolah-olah ayahnya menyembunyikan kebersamaannya dengan Olive.

"Hei! Malah bengong," tegur Renata yang sedari tadi diam mengamati dari jarak yang tidak begitu jauh. Dia mendekati Shanas karena melihat kalau shabatnya itu mematung.

"Mereka aneh gak, sih?" tanya Shanas dengan kalimat setengah menggumam.

"Siapa? Om Danan dan Kak Olive?"tanya Renata balik sembari menatap ke jalanan, yang mana mobil Danan sudah sangat jauh dari pandangan.

"Papa tuh gak bilang ke Mama kalau lagi sama Kak Olive."

"Iya gitu?" Renata keheranan tapi kemudian berpikir positif. "Mungkin, kelupaan bilang. Karena liatnya ke kamu, Om Danan jadinya cuma nyebut kamu."

"Tapi, Papa bilang lagi makan siang dan hanya menyebut namaku. Seolah-olah dia abis makan siang sama aku. Padahal kan enggak."

"Ya, seperti tadi aku bilang, itu mungkin karena Om Danan hanya melihat kamu, jadi kesebutnya hanya kamu aja." Renata kemudian merangkul lengan Shanas, mengajaknya berbalik menuju ke restoran.

"Ayo, ah makan. Dah laper," ajak Renata.

"Kamu ngelihat gak kalau Papa sama Kak Olive itu agak beda?"

"Mmm..., gak yakin, sih. Kayaknya sama aja. Yang bikin beda, mungkin karena gak ngajak kamu makan siang bareng, karena kan biasanya kalau keluar sama orang tua, di mana ada Kak Olive, pasti juga ada kamu.

Tapi..., bukankah itu terlalu kekanak-kanakan kalau kamu harus menyoalkan itu?"

Shanas diam. Ucapan sahabatnya ada benarnya. Itu memang terkesan kekanak-kanakan. Hanya karena tidak diajak, Shanas merasa cemburu dan lalu berprasangka.

"Tetap saja aku merasa ada yang berbeda. Ini bukan kecemburuan, Ren."

"Lalu ini tentang apa?" tanya Renata.

"Ini tentang Papa yang sepertinya sedang menutupi sesuatu. Tapi, aku tidak yakin itu apa. Dan tentang Kak Olive...."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   20. Keributan di Meja Makan

    Shanas sudah di meja makan lebih awal. Dia adalah seorang yang selalu tepat waktu. Mendului adalah yang terbaik yang Shanas lakukan. Itu menguntungkan baginya, karena dengan begoitu, Shanas bisa mencerna situasinya dan menganalisa kemungkinan.Danan muncul kemudian, tapi tanpa Nadia, karena istrinya itu masih merapikan rambutnya. Danan menyapa putri bungsunya itu, sembari memberikan kecupan ringan di kening. Setelah duduk, kepala Danan celingukan, seperti mencari sesuatu."Kakakmu belum turun?"Shanas menatap heran pada ayahnya dan menaikkan bahu malas."Kak Olive kan di paviliun." Shanas mengingatkan pindahnya kamar Olive."Oh iya..., Papa lupa. Apa dia gak sarapan, ya?" Danan memeriksa jam tangannya dan kini celingukan ke arah belakang rumah yang pintu gesernya sudah dibuka lebar."Udah jam segini, kok belum datang dia? Papa panggil dia dulu, ya." Danan berdiri, hendak pergi ke paviliun."Gak usah, Pa." Suara Nadia yang cukup tegas, membatalkan niat Danan keluar dari kursinya.Nadia

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   19. Janji yang Dilupakan

    Di tempat tidurnya, Danan terlihat gelisah. Danan sendiri tidak sedang benar-benar tidur. Dia duduk bersandar di sandaran tempat tidur, sembari melihat-lihat konten virtual melalui tabletnya. Tapi Danan tidak benar-benar fokus dengan apa pun bentuk konten virtual yang disajikan, pikirannya justru terpecah pada Olive yang ada di paviliunnya dan Nadia yang masih sibuk dengan sisa pekerjaanya di meja kerja.Danan memeriksa ponselnya yang diletakkannya terbalik—bagian layar menghadap ke bawah. Ada pesan lagi masuk dan lagi-lagi itu dari Olive yang tidak sabar.Olive: Pa, ini udah jam satu lebih lima menit.Danan: Mamamu belum tidur.Olive: Papa bohong, kan? Mama gak pernah tidur lewat jam dua belas malam.Danan mengarahkan kamera ponsel pintarnya ke Nadia yang masih fokus dengan laptopnya dan mengirimnya ke Olive.Danan: Percaya? Udahlah kamu tidur aja. Kayaknya mamamu bakal lebih lama lagi kerja.Olive: Aku tetap tunggu Papa.Danan menghela napasnya kasar. Tanpa dia sadari, suara helaan

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   18. Drama Olive 1

    Dengan sengaja Olive mematikan semua lampu, kecuali lampu di teras paviliun dan lampu baca di dalam kamarnya. Dia berjalan mondar-mandir di ruang utama, sembari mengintip keluar beberapa kali melalui jendela. Olive menunggu kemunculan Danan. Gadis itu yakin kalau ayah angkatnya itu akan datang menjemputnya kalau tahu dirinya tidak muncul di ruang makan.Seperti yang sudah diduga, Olive melihat kemunculan Danan yang berjalan cepat dan secepat itu juga Olive berlari masuk ke dalam kamar, naik ke tempat tidur, duduk dengan kaki menekuk dan kedua tangan merangkul kaki. Wajahnya memelas, sikapnya benar-benar seperti seornag gadis kecil yang merajuk.Tak lama terdengar suara Danan yang memanggil nama Olive dari ruang utama paviliun. Keheranan karena lampu belum menyala dan Olive juga tidak menyahut. Setelah menyalakan lampu, juga melihat kalau Olive tidak ada, Danan bergerak cepat menuju ke kamar."Kamu kenapa, Live?" tanya Danan sembari melangkah masuk. Ada nada kesal dari caranya bertanya

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   17. Olive Tidak Muncul di Ruang Makan

    Dengan wajah berseri-seri dan saling berpegangan tangan, Danan dan Nadia masuk ke ruang makan. Bahkan Danan membuat lelucon yang membuat wajah Nadia bersemu merah dan tertawa lebar. Rupanya, Danan sedang menggoda Nadia perihal permainan mereka di hotel tadi siang.Shanas yang melihat kemunculan kedua orang tuanya, diam-diam tersenyum bahagia. Sebenarnya itu bukan pemandangan yang luar biasa, bahkan itu adalah hal biasa jika Danan dan Nadia masuk ruang makan bersamaan sembari bercanda. Tapi, kali ini terasa ebrbeda bagi Shanas yang sudah berprasangka aneh tentang ayahnya dan kakak perempuannya."Lho, mana Olive?" tanya Nadia sembari matanya mencari-cari.Shanas hanya menaik turunkan pundak dengan sikap tidak acuh. Nadia dan Danan duduk pelan-pelan dengan kepala yang masih celingukan."Kamu gak ajak Olive makan bersama?" tanya Nadia ke Shanas."Enggak. Malas," jawab singkat Shanas.Shanas mengernyit heran dan menoleh ke Danan. Tatapan matanya menyiratkan tanya perihal apa yang terjadi a

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   16. Bohong!

    Satu jam sebelum sampai rumah"Beri aku alasan kenapa kamu menolakku?" tanya Rasyid dengan tatapan gelap yang menekan Shanas"Aku masih magang," jawab Shanas."Halah, kamu kira aku bodoh? Kamu sudah lulus PKPA dan lolos ujian UPA. Kamu bahkan lulusan terbaik sekaligus termuda. Saat ini kamu magang cuma untuk mendapatkan izin praktek saja. Tapi teknisnya, kamu bisa menerima klien. Ada yang perlu dikoreksi?" Rasyid tersenyum dengan jumawa. Kedua tangannya dikembangkan seolah menantang Shanas untuk menyanggah apa yang sudah Rasyid ketahui tentang hukum juga tentang Shanas.Diam-diam Shanas kagum dengan pengetahuan Rasyid yang selama ini dia anggap hanyalah lelaki manja kaya-raya dan sedikit bodoh."Aku tidak suka mengurusi perintilan. Apalagi ini hanya perihal asmara biasa. Urus saja sendiri!"Shanas segera bangkit berdiri. Perasaannya tidak nyaman jika terlalu lama dekat dengan Rasyid."Bilang saja kamu takut!"Shanas langsung menghentikan langkahnya yang baru dua tiga jengkal. Dia men

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   15. Manipulatif 1

    Setelahnya Danan tidak banyak bicara lagi, begitu juga Nadia. Masing-masing memilih diam untuk menenangkan diri sendiri, agar keributan tidak menjadi jauh lebih besar.Dalam diamnya, kepala Danan berputar-putar memikirkan cara untuk memebritahukan ke Nadia, perihal kepulangan Olive dan niatan gadis itu untuk kembali tinggal di rumah ketimbang di apartemennya. Danan khawatir kalau itu akan kembali membuat ricuh di antara dirinya dan istrinya.Tapi, jarak ke rumah sudah hampir dekat. Danan tetap tidak menemukan cara dan tidak mendapatkan waktu yang tepat untuk menyampaikan ke Nadia. Akhirnya Danan pasrah. Lebih baik ribut di luar drai pada di rumah, yang bisa dilihat orang-orang di rumah, terutama pembantu dan satpam."Ma..., Olive pulang ke rumah."Seperti yang sudah diduga, Nadia menarik napasnya dengan dramatis, hingga terdengar suara seperti tercekik. Dia menoleh cepat dengan kedua mata mendelik lebar."Sejak kapan? Kok, kamu bilang ke aku, Pa? Kenapa gak ada diskusinya sama aku? Ol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status