Share

5. Datang ke Kantor

Author: See Sha
last update Last Updated: 2024-01-10 18:29:48

"Papa!" pekik nyaring Olive.

Langkah Olive riang dengan senyum yang tersungging lebar. Keriangan ternyata menular pad abanyak orang yang ada di lobi perusahaan. Sebagian besarnya tahu apa hubungan Olive dan Danan, yaitu ayah dan anak, karena mereka adalah bagian dari perusahaan Danan. Sebagiannya lagi sudah bisa menduga hubungan keduanya dari sapaan Olive, karena mereka adalah tamu.

Danan yang baru selesia meninjau proyek bersama timnya, terperangah dengan kedatangan Olive. Sebenarnya, itu adalah hal biasa. Hanya saja, karena kejadian semalam, Danan semakin sulit melihat Olive sebagai putrinya.

"Papa, sudah selesai belum, kerjanya? Makan, yuk," ajak Olive manja. Tangannya langsung menggayut di lengan Danan. Sikapnya benar-benar seperti seorang gadis yang sedang bermanja-manja dengan ayahnya.

Dunia Danan berubah dalam sekejap karena apa yang terjadi semalam. Danan menjadi kikuk, tidak tahu harus berbuat apa . Padahal di hari-hari sebelumnya, jika Olive tiba-tiba datang, Danan akan menyambutnya dengan ceria.

"Silahkan, Pak kalau mau makan siang sama Mbak Olive," ucap seorang pria dengan rambut putih yang hampir memenuhi seluruh kepala. Senyumnya bersahaja dan kebapakan.

"Ayo, Pa." Olive mendesak ayah angkatnya untuk mau ikut dengannya.

Tidak ada pilihan, agar tidak terlihat aneh, yang kemudian bisa berkembang menjadi cerita negatif, Danan pun mengikuti kemauan Olive. Keduanya meninggalkan perusahaan dengan menggunakan mobil Danan, menuju restoran yang Olive mau.

Karena menggunakan sopir, Olive menjadi jauh lebih leluasa memeluk Danan. Kepalanya merebah di dada Dana dan tangannya melingkar di atas perut Danan. Olive banyak bicara, sedangkan Danan justru lebih banyak diam, dan hanya menanggapi dengan  seadanya saja. Danan seperti seorang yang kesakitan.

Akhirnya sampai juga di restoran yang Olive maui. Keduanya masuk ke ruang yang privat di mana hanya ada mereka berdua dan pramusaji yang bisa dipanggil sewaktu-waktu.

Masih seperti sebelumnya, Olivelah yang lebih banyak aksi.

"Pa, ini enak, deh. Coba Papa cicipin." Olive menyodorkan potongan kecil daging, yang diarahkan ke Danan.

Reflek Danan memundurkan tubuhnya dengan kernyitan di kening. Tangan Olive pun berhenti dengan raut wajah ceria berubah menjadi kerutan kesal.

"Kenapa, Pa?" tanya dingin Olive yang tidak menarik tangannya. Sengaja menggantungkan sendok makanan di depan wajah Danan.

Dengan lembut Danan memundurkan tangan Olive dan mencoba tersenyum—senyum yang terlihat dibuat-buat.

"Enggak. Gak pa-pa," jawab Danan rikuh.

"Papa gak mau nyicipin makanan ini?"

Danan merasakan kemarahan di kalimat Olive yang datar. Setelah menelan air ludah, Danan membuka mulutnya dan Olive memasukkan sepotong daging.

"Enak, Pa?" tanya Olive yang kembali memiliki nada cerianya.

"Enak," jawab singkat Danan sembari mengangguk-angguk dan fokus dengan makanannya sendiri.

"Saladnya juga enak nih, Pa." Olive kembali menyodorkan sesendok makanan ke Danan.

Danan menarik napas dalam dan membuka mulut, membiarkan Olive menyendokkan makanan untuknya.

"Enak, Pa?"

Danan menjawab dengan anggukan kepala saja. Olive menatap Danan dengan berbagai perasaan. Sebenarnya di dalam dirinya, Olive sadar kalau ayah angkatnya tidak nyaman pergi dan makan bersamanya. Sikap Danan sudah menjelaskan semuanya.

Namun, Olive berusaha mengabaikan itu. Baginya, itu hanyalah sikap adaptasi Danan yang sebelumnya adalah seorang ayah angkat dan kini berubah menjadi kekasih—pengakuan kekasih yang sepihak karena Danan tidak mengatakan apa-apa.

"Abis ini kita jalan-jalan ke mal ya, Pa? Terus abis itu nonton. Udah lama aku gak nonton film. Mari kita lihat, nanti malam ada film apa aja." Olive membuka aplikasi di ponsel pintarnya dan mencari daftar tayang film.

Danan menggigit bibirnya, menatap lelah Olive. Ada hal yang sangat ingin sekali dia sampaikan, tapi juga ada kekhawatiran tentang tanggapan Olive.

Baru Danan akan bicara, ketika Olive melingkarkan tangannya, dan merebah manja kepalanya di lengan atas Danan.

"Pa, nonton ini aja, ya. Romantis," ucap Olive semangat.

Kepala Olive mendongak manja menatap wajah ayah angkatnya dari dagu. Dilihatnya warna abu-abu kasar dari dagu Danan. Tangan Olive pun langsung merabai dagu Danan, merasakan bulu-bulu kasar anak janggut.

"Papa gak cukur, ya?" tanya Olive yang belaiannya merambat ke pipi.

Jantung Danan berpacu tidak karuan. Harum parfum yang manis dari pergelangan tangan Olive, merambat masuk ke indera penciuman, menggoda Danan untuk menjilat. Mata Danan memejam, mencoba menahan nafsu liarnya, sedangkan Olive yang melihat itu, justru tersenyum senang.

Tanpa diduga, Danan melepaskan tangan Olive dari pipinya dan dia juga melepaskan diri dari rangkulan tangan Olive. Tentu Olive tercengang. Tubuhnya tegak, menatap Danan tegas, menunggu sebuah klarifikasi atas sikap yang dianggap Olive kasar.

"Begini Olive ...." Danan mulai kesulitan bicara. Bahasa diplomasinya menguap. Danan menatap sekilas Olive, yang justru membuatnya semakin lemah. Tatapan Olive begitu mengintimidasinya.

"Papa rasa, ada yang harus kita perbaiki," lanjut Danan kemudian.

"Memang apanya yang rusak, Pa?" tanya Olive yang melipat kedua tangannya di dada.

"Semua."

"Aku tidak mengerti."

Danan mulai mengumpulkan keberaniannya. Dia laki-laki dan harus bisa bersikap benar. Danan mengulurkan tangan, mengambil tangan Olive, dan kemudian meremasnya lembut. Jemari tangan Olive yang lansing, mengingatkan Danan saat semalam, satu per satu jemari itu masuk ke dalam bibirnya. Begitu manis.

'Ya Tuhan! Kenapa aku jadi pendosa begini?' keluh pilu Danan dalam hati.

"Papa mau minta maaf sama kamu, Olive."

Perasaan Olive menjadi tidak karuan. Itu bukan pernyataan yang ingin Olive dengar dari ayah angkatnya. Itu juga terasa menyakitkan. Hati Olive terasa sakit. Apalagi, sejak tadi, Danan belum satu kali pun menyapanya dengan sapaan 'Sayang'.

"Papa minta maaf untuk banyak hal yang..., yang Papa sendiri tidak tahu bagaimana memperbaikinya. Papa sudah merusakmu. Papa juga tidak yakin bisa bertanggung jawab dengan itu."

"Maksud Papa apa?"

Tubuh Olive semakin kaku. Jemari tangannya sedikit gemetar karena serangan emosi yang sedang ditahannya dan Danan bisa merasakan itu. Dengan tangannya yang lain, Danan mengusap punggung tangan Olive.

"Yang terjadi semalam adalah kesalahan Olive.  Dan..., Papa berharap itu tidak terulang lagi. Tidak di antara kita."

Dengan kasar, Olive menyentakkan tangannya, melepaskan dari genggaman tangan Danan.

"Maksud Papa apa ini?" Suara Olive mulai sedikit meninggi dan bergetar. Ketakutan dan kemarahannya bercampur.

"Olive..., kita kembali menjadi ayah dan anak seperti kemarin-kemarin, ya," ajak Danan dengan lembut.

"Aku bukan anakmu! Bukan! Kamu bukan ayahku dna jangan paksa aku untuk menjadikanmu ayahku lagi. Itu tidak bisa. Aku tidak mau!"

"Tapi kamu adalah anakku, Olive."

"Tidak ada setitik darah Papa yang mengalir di darahku."

"Hubungan ayah dan anak tidak harus tentang darah, bukan?"

"Dan hubungan antara aku dan kamu, tidak bisa selamanya adalah ayah dan anak. Hubungan aku dan kamu, selamanya adalah kekasih."

Danan gusar, dia tidak tahu harus menghindari ini dari mana. Olive terlalu keras kepala.

Tiba-tiba, kedua tangan Olive menangkup wajah Danan. Tatapan matanya menahan gerak mata Danan.

"Aku sudah memberikan milikku yang paling berharga padamu. Hanya kamu yang aku puja dan hanya kamu yang aku cintai. Aku mau, aku dan kamu adalah kekasih. Selamanya," ucap lirih Olive yang kemudian mencium bibir Danan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   20. Keributan di Meja Makan

    Shanas sudah di meja makan lebih awal. Dia adalah seorang yang selalu tepat waktu. Mendului adalah yang terbaik yang Shanas lakukan. Itu menguntungkan baginya, karena dengan begoitu, Shanas bisa mencerna situasinya dan menganalisa kemungkinan.Danan muncul kemudian, tapi tanpa Nadia, karena istrinya itu masih merapikan rambutnya. Danan menyapa putri bungsunya itu, sembari memberikan kecupan ringan di kening. Setelah duduk, kepala Danan celingukan, seperti mencari sesuatu."Kakakmu belum turun?"Shanas menatap heran pada ayahnya dan menaikkan bahu malas."Kak Olive kan di paviliun." Shanas mengingatkan pindahnya kamar Olive."Oh iya..., Papa lupa. Apa dia gak sarapan, ya?" Danan memeriksa jam tangannya dan kini celingukan ke arah belakang rumah yang pintu gesernya sudah dibuka lebar."Udah jam segini, kok belum datang dia? Papa panggil dia dulu, ya." Danan berdiri, hendak pergi ke paviliun."Gak usah, Pa." Suara Nadia yang cukup tegas, membatalkan niat Danan keluar dari kursinya.Nadia

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   19. Janji yang Dilupakan

    Di tempat tidurnya, Danan terlihat gelisah. Danan sendiri tidak sedang benar-benar tidur. Dia duduk bersandar di sandaran tempat tidur, sembari melihat-lihat konten virtual melalui tabletnya. Tapi Danan tidak benar-benar fokus dengan apa pun bentuk konten virtual yang disajikan, pikirannya justru terpecah pada Olive yang ada di paviliunnya dan Nadia yang masih sibuk dengan sisa pekerjaanya di meja kerja.Danan memeriksa ponselnya yang diletakkannya terbalik—bagian layar menghadap ke bawah. Ada pesan lagi masuk dan lagi-lagi itu dari Olive yang tidak sabar.Olive: Pa, ini udah jam satu lebih lima menit.Danan: Mamamu belum tidur.Olive: Papa bohong, kan? Mama gak pernah tidur lewat jam dua belas malam.Danan mengarahkan kamera ponsel pintarnya ke Nadia yang masih fokus dengan laptopnya dan mengirimnya ke Olive.Danan: Percaya? Udahlah kamu tidur aja. Kayaknya mamamu bakal lebih lama lagi kerja.Olive: Aku tetap tunggu Papa.Danan menghela napasnya kasar. Tanpa dia sadari, suara helaan

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   18. Drama Olive 1

    Dengan sengaja Olive mematikan semua lampu, kecuali lampu di teras paviliun dan lampu baca di dalam kamarnya. Dia berjalan mondar-mandir di ruang utama, sembari mengintip keluar beberapa kali melalui jendela. Olive menunggu kemunculan Danan. Gadis itu yakin kalau ayah angkatnya itu akan datang menjemputnya kalau tahu dirinya tidak muncul di ruang makan.Seperti yang sudah diduga, Olive melihat kemunculan Danan yang berjalan cepat dan secepat itu juga Olive berlari masuk ke dalam kamar, naik ke tempat tidur, duduk dengan kaki menekuk dan kedua tangan merangkul kaki. Wajahnya memelas, sikapnya benar-benar seperti seornag gadis kecil yang merajuk.Tak lama terdengar suara Danan yang memanggil nama Olive dari ruang utama paviliun. Keheranan karena lampu belum menyala dan Olive juga tidak menyahut. Setelah menyalakan lampu, juga melihat kalau Olive tidak ada, Danan bergerak cepat menuju ke kamar."Kamu kenapa, Live?" tanya Danan sembari melangkah masuk. Ada nada kesal dari caranya bertanya

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   17. Olive Tidak Muncul di Ruang Makan

    Dengan wajah berseri-seri dan saling berpegangan tangan, Danan dan Nadia masuk ke ruang makan. Bahkan Danan membuat lelucon yang membuat wajah Nadia bersemu merah dan tertawa lebar. Rupanya, Danan sedang menggoda Nadia perihal permainan mereka di hotel tadi siang.Shanas yang melihat kemunculan kedua orang tuanya, diam-diam tersenyum bahagia. Sebenarnya itu bukan pemandangan yang luar biasa, bahkan itu adalah hal biasa jika Danan dan Nadia masuk ruang makan bersamaan sembari bercanda. Tapi, kali ini terasa ebrbeda bagi Shanas yang sudah berprasangka aneh tentang ayahnya dan kakak perempuannya."Lho, mana Olive?" tanya Nadia sembari matanya mencari-cari.Shanas hanya menaik turunkan pundak dengan sikap tidak acuh. Nadia dan Danan duduk pelan-pelan dengan kepala yang masih celingukan."Kamu gak ajak Olive makan bersama?" tanya Nadia ke Shanas."Enggak. Malas," jawab singkat Shanas.Shanas mengernyit heran dan menoleh ke Danan. Tatapan matanya menyiratkan tanya perihal apa yang terjadi a

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   16. Bohong!

    Satu jam sebelum sampai rumah"Beri aku alasan kenapa kamu menolakku?" tanya Rasyid dengan tatapan gelap yang menekan Shanas"Aku masih magang," jawab Shanas."Halah, kamu kira aku bodoh? Kamu sudah lulus PKPA dan lolos ujian UPA. Kamu bahkan lulusan terbaik sekaligus termuda. Saat ini kamu magang cuma untuk mendapatkan izin praktek saja. Tapi teknisnya, kamu bisa menerima klien. Ada yang perlu dikoreksi?" Rasyid tersenyum dengan jumawa. Kedua tangannya dikembangkan seolah menantang Shanas untuk menyanggah apa yang sudah Rasyid ketahui tentang hukum juga tentang Shanas.Diam-diam Shanas kagum dengan pengetahuan Rasyid yang selama ini dia anggap hanyalah lelaki manja kaya-raya dan sedikit bodoh."Aku tidak suka mengurusi perintilan. Apalagi ini hanya perihal asmara biasa. Urus saja sendiri!"Shanas segera bangkit berdiri. Perasaannya tidak nyaman jika terlalu lama dekat dengan Rasyid."Bilang saja kamu takut!"Shanas langsung menghentikan langkahnya yang baru dua tiga jengkal. Dia men

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   15. Manipulatif 1

    Setelahnya Danan tidak banyak bicara lagi, begitu juga Nadia. Masing-masing memilih diam untuk menenangkan diri sendiri, agar keributan tidak menjadi jauh lebih besar.Dalam diamnya, kepala Danan berputar-putar memikirkan cara untuk memebritahukan ke Nadia, perihal kepulangan Olive dan niatan gadis itu untuk kembali tinggal di rumah ketimbang di apartemennya. Danan khawatir kalau itu akan kembali membuat ricuh di antara dirinya dan istrinya.Tapi, jarak ke rumah sudah hampir dekat. Danan tetap tidak menemukan cara dan tidak mendapatkan waktu yang tepat untuk menyampaikan ke Nadia. Akhirnya Danan pasrah. Lebih baik ribut di luar drai pada di rumah, yang bisa dilihat orang-orang di rumah, terutama pembantu dan satpam."Ma..., Olive pulang ke rumah."Seperti yang sudah diduga, Nadia menarik napasnya dengan dramatis, hingga terdengar suara seperti tercekik. Dia menoleh cepat dengan kedua mata mendelik lebar."Sejak kapan? Kok, kamu bilang ke aku, Pa? Kenapa gak ada diskusinya sama aku? Ol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status