Home / Rumah Tangga / Keluarga Kecil Suamiku / Bertemu Didepan Sekolah

Share

Bertemu Didepan Sekolah

Author: Maharani
last update Last Updated: 2023-05-16 11:31:07

“Halo anak cantik, sedang menunggu siapa?” tanya Hilda ramah pada gadis kecil berkuncir kuda yang sedang berada didepan gerbang sekolah.

“Halo Tante. Lagi tunggu Mama,” gadis kecil tersebut membalas sapaan dari Hilda.

“Kamu kelas berapa sayang?” Hilda berjongkok menyeimbangkan tinggi badannya dengan gadis kecil itu.

“Kelas satu Tante. Tante disini mau jemput juga ya?”

“Ah iya, Tante mau jemput keponakan, dia juga sekolah disini. Kalau boleh Tante tahu, siapa nama kamu sayang?”

“Alifa, Tante namanya siapa? Keponakan Tante kelas berapa?” Alifa menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Hilda yang justru kini diam terpaku setelah mendengar ucapan dari Alifa.

Hilda tak menyangka akan secepat ini bertemu dengan Alifa, seolah-olah Tuhan memberi kemudahan pada Hilda untuk menyelidiki tingkah sang suami di belakangnya.

Jantungnya kini berdegup cukup kencang, ingin rasanya membawa gadis kecil ini ke hadapan Firman dan bertanya langsung tentang siapa gadis ini, namun akal sehat Hilda nampaknya masih cukup waras untuk berpikir panjang.

“Tante? Kok malah bengong?” Alifa menarik-narik lengan Hilda yang masih diam terpaku.

“Oh maaf sayang, Tante melamun ya. Nama Tante, Hilda.” Mereka pun berjabat tangan dan tersenyum.

“Keponakan Tante kelas berapa?” tanya Alifa.

“Eeemm, Kelas 5 sayang, kira-kira sudah pulang belum ya? Takutnya Tante terlambat menjemput.”

“Kalau kelas 5 belum pulang Tante.”

“Kok Alifa nggak takut sih bicara sama orang asing? Alifa nggak takut kalau ternyata Tante orang jahat, terus Alifa diculik sama Tante?”

“Nggak. Alifa nggak takut sama Tante, soalnya Tante cantik dan ramah, nggak mungkin Tante ini orang jahat.” Jawab Alifa polos yang membuat Hilda tersenyum.

“Terus menurut Alifa, orang jahat itu yang bagaimana?”

“Biasanya itu wajahnya garang, nggak ada senyum sama sekali, nggak ada ramah-ramahnya.” Alifa nampak tersenyum lebar, sedangkan Hilda begitu pias melihat wajah Alifa yang sedang tersenyum.

Senyum Alifa terlihat sangat mirip dengan Firman, wajahnya begitu mirip dengan Firman, hanya bentuk rambutnya saja yang berbeda, jika Firman memiliki rambut hitam dan lurus, Alifa memilik rambut dengan warna coklat dan sedikit bergelombang.

“Eeemmm, sambil nunggu Mama Alifa, kita makan es krim dulu mau nggak?” tawar Hilda.

“Tapi nanti kalau Mama datang dan Alifa nggak ada disini bagaimana Tante?” jawab Alifa ragu.

“Atau bagaimana kalau Tante bilang dulu ke penjaga sekolah, Tante akan bilang kalau Alifa akan pergi beli es krim sebentar di minimarket sama Tante?”

Tin Tin!

Belum juga Alifa menjawab pertanyaan dari Hilda, tiba-tiba sebuah mobil berwarna putih berhenti di dekat mereka, seorang wanita cantik turun dari mobil tersebut.

“Itu Mama udah datang Tante.” Seru Alifa dengan bahagia lalu menghampiri sang Mama.

Hilda yang awalnya berjongkok kini mulai mengangkat tubuhnya, lalu menatap ke arah wanita tersebut. Wanita tersebut pun tertegun menatap Hilda yang kini berada di hadapannya.

“Mama, itu Tante Hilda. Cantik ya Ma? Kayak Mama,” celoteh Alifa sambil mengenalkan Hilda pada sang Mama.

“Hem? Alifa berkenalan dengan Tante ini?” selidik sang Mama.

“Iya Ma. Maaf ya Ma kalau Alifa tidak mengikuti kata-kata Mama untuk tidak berkenalan dengan orang asing, tapi Tante Hilda baik kok Ma.” Ucap Alifa pelan dan menunduk.

“Sayang, besok jangan lakukan hal itu lagi ya. Jangan berkenalan dengan orang asing, siapapun, apalagi kalau kamu lagi sendirian begini! Alifa kan nggak tahu apa benar Tante ini baik atau nggak? Mulai besok tunggu Mama di dalam sekolah saja ya?” ucap wanita itu dengan nada sedikit keras dan penuh penekanan.

“Iya Ma, Alifa minta maaf ya.” Ucap Alifa sambil menunduk.

“Sekarang Alifa masuk mobil ya, kita pulang.” Ucap Mama Alifa sambil mengusap kepala sang anak.

Alifa gegas menuruti perintah dari sang Mama, dilihatnya sepintas Hilda sambil sedikit tersenyum ke arah Hilda, sebelum Alifa masuk ke dalam mobil.

Hilda pun tersenyum tipis pada Alifa sambil melambaikan tangan, namun wanita yang ada dihadapannya justru menatap tak suka ke arah Hilda.

“Maaf ya Mbak, saya harap besok anda tidak lagi mendekati anak saya. Saya tidak suka jika anak saya di dekati oleh orang asing.” Ucap wanita itu dengan ketus.

“Oh maaf Mbak, saya tidak ada maksud buruk terhadap Alifa, kebetulan tadi saya ada perlu di sekolah ini, dan kebetulan pula Alifa sedang menunggu sendirian disini. Maka dari itu, tadi saya menemani Alifa disini.” Hilda masih terlihat ramah dan penuh senyum meski didalam hatinya berbagai macam pertanyaan berkecamuk.

“Oh, begitu. Baik, terima kasih sudah menemani anak saya tadi. Dan saya harap besok anda tidak lagi mengganggunya!” dengan nada ketus dan tanpa senyum, wanita itu masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan Hilda yang diam terpaku menatap kepergian mereka.

Panasnya sengatan matahari di siang ini cukup terasa hingga ke dalam hati Hilda, berbagai pikiran buruk tentang Firman kini berkecamuk tak karuan.

Jika benar Firman ada hubungan terlarang dengan wanita itu, bagaimana dengan rumah tanggaku? Bagaimana aku menjelaskan pada Mama dan Papa? Gumam Hilda dalam hati sambil meremas kencang tas yang berada didalam genggamannya.

Hilda bergegas mengambil ponsel yang ada didalam tasnya, dia mencoba menghubungi Firman.

“Halo mas, bisa kita makan siang bareng?” tanya Hilda setelah panggilannya terhubung.

“Halo sayang, bisa. Kamu datang kesini atau bagaimana?” jawab Firman diseberang sana.

“Eeemmm, mas jemput aku aja bagaimana? Ini aku masih diluar soalnya, deket sama PT Sanjaya.”

“Oke sayang, kamu share aja ya lokasi kamu saat ini, mas siap-siap sekarang jemput kamu.”

“Aku tunggu di depan SD Nusa Bakti ya mas, tau kan?”

“A-apa? Kamu di depan SD Nusa Bakti? Kamu ada perlu ada apa disana?” Firman terbata-bata begitu mendengar Hilda menyebut nama sekolah tersebut.

“Oh, aku ada perlu sebentar tadi mas disini, memang kenapa mas?” tanya Hilda menyelidik.

“Ah, eeemmm, nggak ada apa-apa, cuma heran aja. Ya sudah, tunggu disitu, mas segera kesana.”

“Oke.” Hilda memutuskan panggilannya.

Sementara Hilda menunggu, kini Firman nampak gugup dan tergesa-gesa menuju ke tempat Hilda berada.

“Sedang apa Hilda disana? Apa dia sedang menyelidiki aku? Ah, tidak mungkin Hilda dengan mudah bisa tahu tentang rahasiaku. Bisa jadi memang dia ada keperluan yang menyangkut pekerjaan. Iya, Hilda pasti tidak akan curiga padaku. Aku harus tenang.” Firman berguman sendiri saat dirinya menuju parkiran mobil.

“Cepat sekali mas? Ngebut pasti ya?” Hilda menyambut Firman yang kini berada dihadapannya.

“Ah, iya sayang, aku nggak mau kamu menunggu lama. Kamu mau makan apa siang ini?” tanya Firman sambil menuntun Hilda untuk masuk ke dalam mobil.

“Eeemmm, apa ya mas? Ngikut mas aja deh, yang penting enak.” Jawab Hilda sambil tersenyum manis.

“Kita makan di rumah makan sunda aja ya, aku lagi pengen ikan bakar. Kamu mau?” tawar Firman pada Hilda sambil perlahan melajukan mobilnya.

“Oke deh.” Hilda tersenyum.

Tiba-tiba ponsel Firman berdering, namun tak dihiraukan olehnya, sampai dua kali panggilan tersebut diabaikan oleh Firman.

“Angkat dulu mas, siapa tau penting.” Ucap Hilda sambil menatap ke arah ponsel Firman yang berada diatas dashboard.

“Ck, nggak perlu sayang, paling-paling orang kantor pada nanyain aku kemana.”

“Tuh bunyi lagi, aku aja yang angkat ya?” ujar Hilda dan tangannya hendak meraih ponsel Firman, namun ternyata gerakannya kalah dengan Firman yang berhasil meraih ponsel tersebut lebih cepat.

“Ah, biar aku saja ya,” ucap Firman tergesa-gesa.

“Ya, halo,” Firman mengangkat panggilan tersebut.

“Hilda sudah tau tentang aku mas? Apa dia curiga denganmu? Apa dia menemukan sesuatu?” cecar seseorang dalam panggilan tersebut.

“A-Apa?” Firman melongo, dan seketika menghentikan kendaraannya di tepi jalan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
seorang direktur tapi g punya mobil. suami punya anak yg sdh besar dg wanita lain juga g tau. yg kau tau cuma gimana ngebacot dan mengancam njing.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Keluarga Kecil Suamiku   Serangan Jantung

    “Aku hanya bercanda Nyonya Firman kedua, jangan dimasukkan ke dalam hati ya,” ujar Albert seraya terkekeh. Hilda memilih diam, hatinya tentu saja tak rela dia disebut pelakor lagi oleh orang yang tak tahu awal ceritanya. Sampai akhirnya taksi yang ditunggu oleh Hilda pun tiba dihadapannya. Bergegas dia langsung masuk ke dalam mobil. Ponsel Hilda tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari sang papa. “Halo Pa,” Hilda menjawab panggilan tersebut. “Halo Nak, kamu dimana? Papa … Papa Hi … “, terdengar suara Bu Nirmala terbata-bata lalu terisak menangis. “Tenang Ma, jelaskan secara perlahan. Ada apa dengan Papa? Mama ini lagi dikantor dengan Papa?” tanya Hilda sedikit gusar. “Papa ada dirumah sakit Nak,” jawab Bu Nirmala dengan suara lirih masih dengan isak tangisnya. Hilda pun meminta sopir taksi online untuk memutar arah setelah Bu Nirmala mendapat informasi rumah sakit Pak Baskara berada. Dengan kecepatan yang agak tinggi, Hilda menuju ke Rumah Sakit Medical Center. === “Waw,

  • Keluarga Kecil Suamiku   Tuntutan

    Suasana mendadak berubah menjadi hening. Semua yang ada diruangan menanti apa yang akan diucapkan olehnya.“Kembalikan rumahku Mas! kembalikan rumah yang kau jual tanpa sepengetahuanku!” pekik Hilda.Wajah Firman nampak pias. Dia tak menyangka jika Hilda akan mengetahui lebih cepat. Firman beranggapan Hilda tak akan kembali ke rumahnya itu.“Hahaha. Kau sudah tahu rupanya? Baguslah, jadi aku tak perlu repot-repot menjelaskan kepadamu,” tukas Firman menutupi kegusaran hatinya. Dia berusaha mengintimidasi Hilda.“Mana uang hasil penjualan rumahku Mas?! Kau tak ada hak menjual rumah itu!” geram Hilda.Albert nampak bingung dengan kejadian ini, dia memang tak cukup paham hubungan rumah tangga Hilda dengan suaminya. Sedangkan nampak terlihat merah padam, kedua tangannya mengepal keras. Dia tak rela jika Hilda disakiti oleh Firman.“Ck, uang penjualan rumah sudah habis Hilda. Uang itu sudah ku pakai untuk biaya pengobatan Alifa, karena kau tak mau membantuku! Anggaplah itu uang sedekahmu un

  • Keluarga Kecil Suamiku   Berdamai?

    Hampir pukul sepuluh malam, Hilda sampai dikediaman orang tuanya. Terlihat raut cemas diwajah Pak Baskoro.“Nak Albert? Mengapa Hilda bisa bersama denganmu?” sorak Pak Baskoro begitu melihat Albert turun dari kendaraan.“Pak Baskoro. Ternyata memang benar ya, dunia itu tak seluas daun kelor,” seloroh Albert. Mereka tertawa bersama.“Papa mengenal Albert?” tanya Hilda keheranan.Pak Baskoro dan Albert saling memandang dan tersenyum.“Iya Nak, dia merupakan salah satu kolega Papa. Pemilik Rumah Sakit Bakti Sehat. Muda, tampan, mapan,” terang Pak Baskoro terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Albert.Hilda menatap sekilas ke arah Albert, dia terlihat sedikit salah tingkah.“Berarti rumah sakit tadi itu … “ gumam Hilda.“Kau dari rumah sakit? Siapa yang sakit?” selidik Pak Baskoro mendengar ucapan Hilda.“Te—man Pa. Tadi teman Hilda mengalami kecelakaan, jadi aku membawanya ke rumah sakit. Dan kebetulan sekali tadi aku disana bertemu dengan dia,” jelas Hilda sambil menunjuk ke arah Albert.“A

  • Keluarga Kecil Suamiku   Ditahan Polisi

    PoV HildaPerlahan aku meninggalkan rumah sakit dimana tadi aku diselamatkan oleh Albert. Sebenarnya aku masih ingin menunggu hasil dari dokter yang menangani Elisa. Aku yakin dia pasti hanya berpura-pura.Kali ini aku memilih untuk pulang ke rumahku sendiri. Lama aku tak menyambangi, pasti beberapa tanaman sudah terlihat rimbun.Namun betapa terkejutnya aku, setelah sampai dirumah, justru aku melihat seorang wanita asing yang sedang menyirami taman depan.Mungkinkah Mama menyewa seseorang untuk bersih-bersih disini? Aku menerka-nerka.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu Bu?” sapa wanita tersebut dengan seulas senyum ramah.“Maaf, Ibu siapa ya?” tanyaku.“Oh, saya baru saja menempati rumah ini Bu. Dua minggu lalu saya membeli rumah ini dengan harga yang cukup murah menurut saya,” paparnya lagi.Aku tertegun mendengar penjelasannya. Tubuhku menegang, jantungku seolah berhenti berdetak.“Apa ada yang bisa saya bantu Ibu?” tegur wanita itu lagi membuatku tersadar dari lamunanku.“Ma

  • Keluarga Kecil Suamiku   Gegar Otak?

    Tok! Tok! Tok!Hilda mengetuk pelan pintu ruang rawat tersebut, perlahan dia membuka daun pintu.Seorang wanita yang terbaring didalam sana menoleh ke arah Hilda.“Elisa!” pekik Hilda sambil menutup mulutnya. Dirinya tak menyangka, hari ini dia mendapat kejadian bertubi-tubi.Jadi wanita yang menjadi korban kecelakaan tadi adalah Elisa. Sungguh tak disangka sama sekali.“Siapa kamu?” lirih Elisa lemah.“Siapa Elisa? Siapa aku? Tolong aku … “ rintih Elisa sambil menangis. Salah satu tangannya memegang pelipis kepala.Hilda kembali terkejut, mengapa Elisa tak mengenali dirinya sendiri. Apakah Elisa mengalami cedera serius hingga gegar otak? Tapi bukankah pria tadi bilang jika Elisa baik-baik saja? Hilda bergumam dalam hati.“Elisa!” tiba-tiba Firman masuk ke dalam kamar.“Hilda? Kenapa kamu ada disini? Apa kamu tahu siapa yang membuat Elisa menjadi seperti ini?” cecar Firman.Hilda bergeming. Dia melihat Firman membelai lembut pucuk kepala Elisa. Hilda sudah berusaha membuang jauh rasa

  • Keluarga Kecil Suamiku   Bertubi-tubi

    Nampak beberapa awak media ikut menerobos masuk ke dalam ruangan Hilda. Beberapa petugas keamanan yang ada dikantor Hilda tak cukup kuat untuk menahan mereka semua untuk tidak masuk ke dalam.“Apa benar Pak Alex ada hubungan terlarang dengan Bu Hilda?” tanya seorang wartawan lelaki. Sekilas Alex membaca name tag yang dikalungkan dileher pria tersebut.Alex terlihat tenang menghadapi situasi saat ini. Alex tahu, pasti ada seseorang yang menyebar isu kepada orang-orang. Lain halnya Hilda yang terihat pucat dan gugup.“Pak Alex, bisa tolong dijelaskan sejauh apa hubungan anda berdua selama ini?” Wartawan lain pun ikut berseru.“Saya akan menjawab pertanyaan rekan-rekan yang ada disini setelah kalian mendapat bukti nyata jika memang saya dan Bu Hilda ada hubungan terlarang. Namun jika tidak ada bukti … “ Alex berhenti sejenak sambil menatap semua orang yang ada diruangan.“Saya tak segan-segan untuk membuat kalian dipecat dari tempat kerja bahkan akan saya masukkan ke daftar blacklist ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status