“Oh ya, begitu ya? Semoga saja ucapan baik dari kalian semua menjadi doa yang baik juga untukku dan juga Mas Hanung.”
Jawaban dari Aisyah yang sambil tersenyum itu memberikan perasaan lega di hati kedua sahabatnya yang saat ini merasa khawatir. Karena setidaknya itu menjadi pertanda jika Aisyah tidak mendengarkan percakapan mereka berdua. “Okay kita lanjutkan meeting nya sekarang juga. Pokoknya kita harus menyelesaikan semuanya sebelum jam makan siang. Setelah itu kita harus ke lokasi untuk mengatur semuanya.” Mendengar ucapan Aisyah keduanya pun langsung mengangguk setuju. Dan meeting mereka pun dilanjutkan kembali, Restu dan Erna saling berpandangan melihat semangat empat lima yang ditunjukkan oleh Aisyah. Keduanya seolah tak tega melihat Aisyah yang ternyata diam–diam sudah diselingkuhi oleh suaminya. Namun bagi Erna yang tahu semua rasanya tidak adil jika Erna harus menghancurkan kebahagiaan sahabatnya dengan memberitahukan perselingkuhan adiknya dengan suaminya itu pada Aisyah. “Ais, semoga sebelum kamu mengetahui semuanya aku bisa membantumu mengingatkan dan menyadarkan Mas Hanung. Kamu terlalu baik untuk mendapatkan pengkhianatan ini dari suami dan adikmu yang tidak tahu diri itu.” gumam Aisyah dalam hatinya, ikut merasakan sakit hati yang dialami oleh Aisyah. *** “Mas rumah ini kan masih kosong melompong, masa aku tinggal di rumah ini dengan keadaan kosong seperti ini sih? Harusnya kamu juga isi sekalian juga dong dengan barang–barang yang komplit. Biar aku dan calon anakmu juga bisa nyaman menempati rumah ini nya, masa kamu tega melihat aku sama calon anakmu kayak gini?” Mala merengek pada Hanung yang baru saja selesai mengenakan bajunya setelah mereka selesai berhubungan badan. Karena keduanya hari ini sama–sama tidak masuk kantor. “Iya sayang, nanti pasti aku isi penuh dengan barang–barang. Kamu list aja semuanya, tapi sabar dulu ya nunggu Mas dapat proyek lagi. Kan uang Mas sudah habis buat beli rumah ini,” Mendengar ucapan Hanung, Mala pun langsung cemberut. Seperti biasanya ia akan merajuk jika keinginannya tidak dipenuhi. “Ish! Nggak mau ah, kalau kayak gitu aku harus lama menunggu dong!” ujar Mala, lalu ia pun bangkit dan mendekat ke arah Hanung yang sedang menyisir rambutnya. “Kenapa Mas Hanung tidak minta uang sama Mbak Aisyah saja? Dia kan banyak uang, Mas.” “Tapi itu kan uang dia, Mala. Mas bilang kamu sabar dulu, paling gak sampai satu minggu nanti Mas dapat proyek lagi. Untuk mendapatkan uang 1 milyar bagi Mas itu adalah hal yang gampang, makanya kamu sabar dulu. Kita nggak usah melibatkan Aisyah dalam hal ini, okay?” Mala berdecak kesal, karena ia sudah tak sabar ingin memamerkannya pada Mama dan juga kakaknya besok. Setidaknya Sang Mama akan merasa sangat bangga karena melihat Mala lebih pintar ketimbang Aisyah yang merupakan kakak angkatnya itu. “Mala gak mau, Mala maunya sekarang, titik!! Kalau Mas Hanung nggak mau menuruti permintaan Mala, lebih baik Mala gugurkan saja kandungan ini!” seperti biasanya Mala aka langsung mengancam Hanung jika permintaannya tidak dituruti. “Ee–ee jangan! Jangan Mala! I–iya ba–baiklah, sekarang juga Mas akan telpon Aisyah ya.” Tanpa berpikir panjang, Hanung pun langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dan ia pun langsung menghubungi nomor Aisyah saat itu juga, karena ia takut terjadi apa–apa dengan bayinya. “Halo Aisyah, apa kamu sibuk?” tanya Hanung ketika panggilannya sudah di angkat oleh Aisyah sang istri di seberang sana. “Engga Aisyah, jadi gini sayang, apa kamu punya uang? Mas butuh sekali uang untuk membayar kekurangan proyek yang sedang berjalan, apa kamu bisa membantu Mas sayang?” tanya Hanung dengan suaranya yang terdengar cemas, padahal kecemasannya itu dilatari oleh ancaman Mala. Karena Mala mengancam akan menggugurkan kandungannya jika Hanung tak mau menuruti semua permintaannya. “Aa–anu..Dua ratus juta. A–aa iya benar du–dua ratus juta kalau ada sayang, nanti kalau Mas sudah dapat proyek baru Mas pasti ganti uangnya,” ucap Hanung pura–pura. Dan setelah mendengar jawaban dari Aisyah, seketika wajah Hanung pun langsung berseri–seri. Menandakan jika Aisyah mau memberikan uang yang tadi ia minta itu. “Ah makasih banyak sayang! Kamu memang istri yang paling baik! Kamu langsung transfer aja ke nomor rekening Mas sekarang juga ya sayang. Mas tunggu sekarang pokoknya!” jawab Hanung dengan kedua mata yang berbinar. “Okay sayang, selamat berjuang ya, nanti malam Mas pasti hadir di acara spesial kamu. Makasih banyak istriku!” Kemudian panggilan itu pun terputus, namun bukannya senang jika Aisyah akan memberikan uang pada Hanung, Mala malah langsung memasang wajah badmood nya, merasa cemburu dan marah karena ternyata Hanung masih kelihatan sangat menyayangi istrinya itu ketimbang dirinya. ***“Bagaimana bisa kamu di pecat dari perusahaan itu Mala? Bukankah kamu bilang kalau boss kamu sudah sangat cocok sama kinerja kamu selama ini?” tanya Hanung ketika ia baru masuk ke rumah baru milik Mala yang beberapa hari lalu baru ia belikan itu.“Aku gak tahu Mas, karena tiba–tiba saja aku dipecat tanpa tahu kesalahanku apa? Mereka hanya bilang kalau aku sudah melanggar kontrak kerja, tapi mereka sendiri tidak memberikan aku penjelasan apa–apa.” Hanung berdecak kesal, tak menyangka di posisinya yang serba sulit seperti saat ini, tiba–tiba Mala pun dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. “Kenapa kamu bersikap seperti itu Mas? Kamu seolah tidak suka dengan kabar ini? Bukankah waktu itu kamu pernah bilang, kalau tanpa perlu aku bekerja pun kamu akan selalu mencukupi semua kebutuhanku dan juga calon anak kita. Lalu kenapa sekarang kamu berubah, Mas? Mana janji yang sudah kamu ucapkan itu di hadapan semua keluargaku hmm?”Mala yang sedikit kaget dengan perubahan mimik wajah yang ditu
“Apa? Kenapa bisa sampai sebanyak ini tagihan untuk perusahaan kita Sarah? Bagaimana bisa semua klien kita membatalkan proyeknya hanya dari satu pihak saja? Sedangkan semuanya sudah deal kan?” Hanung membulatkan bola matanya seketika ketika ia mendapatkan laporan dari sekretaris dan juga asisten pribadinya.“Betul Pak, tadi Pak Dodi sudah menghubungi pihak sana, dan mereka memang membatalkan proyek–proyek ini. Jadi mau tidak mau kita harus mengembalikan uang mereka Pak.” terang Sarah seraya memberikan bukti dokumen yang diberikan oleh Dodi.“Benar begitu Dodi?” tanya Hanung dengan tatapan tajam menghunus ke arah sang asisten pribadinya.“Betul Pak.”“Kenapa kamu tidak mencoba untuk membujuk mereka. Paling tidak kamu berusaha terlebih dahulu agar mereka tidak jadi membatalkan proyek ini.” “Sudah Pak, saya sudah mencobanya tapi nyatanya mereka tetap membatalkan proyek yang hampir berjalan ini. Dan ada kabar buruk lagi Pak,” ucap Doni dengan wajah yang belum apa–apa saja sudah merasa
Setelah kepergian Aisyah, Erna dan juga Restu yang mengantar Aisyah ke kamarnya, Mala kemudian menarik paksa tangan Hanung yang masih menatap kepergian istrinya itu dengan lekat. “Mas, kamu apa–apaan sih bersikap seperti tadi sama Mbak Aisyah? Memangnya kamu ini masih mencintai Mbak Aisyah apa?” Mala menatap Hanung dengan kesal, wajahnya terlihat sangat badmood dan juga dongkol. Mengingat saat tadi Hanung memohon–mohon sama Aisyah hingga dirinya berlutut di hadapan Aisyah. Sedangkan Hanung sendiri sudah berjanji kalau ia akan segera menceraikan Aisyah.“Sayang di sana kan ada Erna dan juga Restu, ya kamu tahu sendiri kan Mas masih harus akting. Agar Mas bisa membujuk Aisyah agar mau menyerahkan perusahaannya sama kamu. Memangnya kamu nggak mau jadi ibu CEO menggantikan posisi Aisyah?”Hanung beralasan, ia berusaha untuk meyakinkan Mala agar tak banyak protes, padahal ia sendiri sebenarnya sedang merasa ketakutan dengan sadarnya kembali Aisyah dari komanya.Ia takut jika sampai Aisy
“Aisyah! Aisyah! Kamu ingat sama Mas kan sayang? Ini aku Hanung. Hanung suami kamu Aisyah. Kamu ingat aku kan sayang?” Hanung berusaha mendekat ke arah Aisyah, walaupun ia sudah dilarang oleh Erna dan juga Restu tapi Hanung tetap memaksa untuk mendekati Aisyah. Bahkan kini Hanung bersimpuh di hadapan Aisyah, dan memegangi tangan Aisyah dengan eratnya.“Mas!” Bentak Mala, ia yang tak terima jika Hanung sampai berlutut seperti itu terhadap Aisyah yang harusnya sudah diceraikan oleh Hanung.“Aisyah, ini Mas. Kita sudah menikah lima tahun yang lalu. Sebelum ini rumah tangga kita sangat harmonis dan juga bahagia, sayang. Aisyah, kamu ingat sama mas kan Aisyah?” Hanung meremas dengan erat kedua jari–jari tangan Aisyah, namun tak disangka oleh Hanung jika Aisyah langsung melepaskan genggaman tangannya tersebut.“Kamu siapa? Aku nggak ingat sama kamu,”Ekspresi wajah Aisyah terlihat datar, cuek seperti orang yang tak saling mengenali. Benar–benar tak terlihat ada pancaran cinta di sana.“
“Siapa yang sudah berani menuduh aku melakukan ini semua, Mas? Padahal aku nggak tahu apa–apa dengan masalah ini, Mas?” tanya Mala yang seketika langsung menaruh sendok dan garpu yang sedang ia pegang.Mala mencoba membela diri di hadapan Hanung, merasa tak terima jika dirinya sudah dituduh dengan sengaja mengirimkan foto–foto mesranya dengan Hanung pada Aisyah.“Lalu kamu pun tak ada niat untuk membela aku di hadapan mereka ya, Mas? Kalau kamu fiam, itu tandanya kamu mengiyakan tuduhan mereka Mas.” tanya Mala ketika Hanung menanyakan soal foto dan video mereka yang kini ada di ponselnya Erna dan Mala itu.“Erna, sayang, Erna lah yang bilang kalau kamu sudah sengaja mengirimkan foto–foto pribadi kita itu pada Aisyah. Dan Erna juga bilang kalau foto dan video itu adalah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Aisyah.” terang Hanung, yang disaksikan oleh Bu Seruni dan juga Mbak Sum yang juga ada di sana. “Mas juga nggak yakin kalau itu kamu yang mengirimkannya. Tapi kalau bukan kamu, si
Setelah Hanung dan Mala pergi meninggalkan ruangan Aisyah, Erna yang telah selesai makan malam itu pun bergantian dengan Restu. Ia pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut setelah Restu pergi mencari makan. Namun betapa kagetnya Erna ketika melihat Aisyah yang ia ketahui sedang tak sadarkan diri sejak beberapa hari terakhir, ternyata saat ini Aisyah sedang duduk sambil menangis sesenggukan dengan suaranya yang tak terlalu keras.“A–Aisyah! Ka–kamu sudah sadar Ais?” Kedua bola mata Erna membulat sempurna, menyaksikan keajaiban yang selama ini ia dan Restu tunggu–tunggu. “ Ah syukurlah Aisyah, Alhamdulillah ya Allah akhirnya kamu sadar juga Ais. Ais sebentar ya biar aku panggil suster dulu ya!”Dan saat Erna hendak memanggil suster, Aisyah pun langsung melarangnya. “Jangan Erna! Jangan lakukan itu! Karena mereka semua sudah mengetahuinya kok!” cegah Aisyah pada Erna yang terlihat sangat semangat itu.Erna langsung berhenti, tak lama ia pun langsung berbalik menghampiri sahabat se