Keluargamu bukan KeluargakuPart 20POV NovalRapat hari ini terasa sangat lama bagiku. Berkali-kali aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jam hadiah dari Kania tiga bulan yang lalu, saat aku ulang tahun. Pak Reno berkali-kali menanyakan berkas yang sudah aku tanda tangani. Karena menurut dia ada beberapa nominal harga yang tidak sesuai dengan data yang sudah aku berikan pada dia. Namun berkat Winda, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku menatap Kania dengan tajam, namun dia tampak lebih santai dariku. Apa dia pikir akan tetap bisa bekerja besok. Aku akan melarang keras dia untuk kembali berkerja. Lihat saja nanti jika sudah sampai ke rumah. Jangan dia pikir bisa seenaknya dekat-dekat dengan laki-laki lain.Rasa cemburu rupanya sudah membuatku menjadi semakin marah. Apalagi ketika melihat Kania duduk di samping laki-laki itu. Awas saja jika dia berani macam-macam. Karena sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Kania begitu saja."Baik, Pak Reno. Terimakasih atas kerja
Keluargamu bukan KeluargakuPart 21Pov Noval"Ini maksudnya apa ya, Pak?" tanyaku dengan suara gagap pada Pak Reno. Jujur saja, hatiku sekarang semakin tidak karuan. Aku bertanya dengan nada hati-hati. Aku tidak ingin menambah masalah lagi."Saya sengaja tidak mentransfer gaji kamu lewat rekening. Karena ini masih pertengahan bulan. Ini gaji selama setengah bulan kamu menjabat sebagai manajer bagian pemasaran. Setelah ini jabatan kamu saya turunkan menjadi kepala gudang. Jadi kamu tidak harus lagi masuk ke kantor. Kamu tinggal ke gudang saja untuk mengecek semuanya. Dan juga….""Tunggu tunggu tunggu… jadi ini maksudnya gimana ya? Saya masih bingung," sanggahku cepat. Darahku rasanya mengalir dengan suhu yang tinggi. Panas. Kepalaku juga terasa sangat berat mendengar penuturan Pak Reno barusan. Apa ini mimpi, atau ini hanyalah sebuah kejutan."Jangan memperumit keadaan Pak Noval. Jabatan Anda diturunkan, dan ini adalah gaji setengah bulan Anda bekerja sebagai manajer pemasaran," jelas
Keluargamu bukan KeluargakuPart 22Pov Noval"Dulu mungkin aku mengalah. Karena aku berpikir Kania sudah menemukan laki-laki yang tepat. Tapi nyatanya, dia malah memungut sampah seperti kamu."Deg!Nyatanya Reno sungguh-sungguh ingin merebut Kania dariku. Dadaku bergemuruh hebat di dalam sini. Aku tidak menyangka jika Reno akan senekat ini. Padahal sebelumnya dia sangat pendiam dan irit bicara. Dia juga bersikap wajar ketika aku bersikap manis pada Kania dulu.Artinya Reno sekarang akan semakin nekat. Aku akan mempunyai saingan. Tidak, aku tidak boleh bersikap gegabah sekarang. Aku tidak rela jika Kania harus dimiliki oleh siapapun. Aku benar-benar tidak rela. Kania itu milikku dan hanya akan menjadi milikku."Seharusnya Anda tau malu. Kania masih sah menjadi istri saya. Di mana harga diri yang selama ini Anda jaga?" tanyaku meremehkan. Tidak lupa aku tersenyum sinis, agar harga dirinya semakin jatuh merosot ke bawah."Rasanya saya tidak harus malu mengadapi laki-laki seperti kamu. S
Keluargamu bukan KeluargakuPart 23Pov Noval"Kamu jangan perhitungan sama Adikmu sendiri, Noval. Nanti rejeki mu sempit," bentak Ibu yang membuatku langsung terdiam."Iya, Bu. Nanti Noval transfer," balasku dengan sedikit jengkel. Setelah itu aku langsung mematikan sambungan telepon. Ponselnya aku lempar ke kursi samping, rasanya ingin sekali bertemu dengan Kania. Tapi ini masih jam makan siang, dia pasti masih di kantor. Lebih baik aku ke rumah Ibu saja. Sekalian aku mau minta solusi dari semua masalah yang aku hadapi sekarang.Aku segera memutar balikkan mobil dan melajukan dengan kecepatan tinggi. Rasanya kepalaku hampir pecah memikirkan semua masalah yang menimpa. Aku juga tidak bisa menolak permintaan Ibu dan Siska. Bagaimanapun aku adalah anak laki-laki satu-satunya di saja. Mereka hanya bisa menggantungkan harapannya padaku.Jikapun ada Mas Seno, tetap saja tidak bisa diharapkan sama sekali. Karena hidupnya saja masih miskin dan melarat. Jangankan untuk memberikan untuk Ibu d
Keluargamu bukan KeluargakuPart 24Pov Noval"Noval, bangun. Bangun Noval," teriak Ibu saat aku sedang hampir saja tertidur. Kepalaku rasanya sangat berat, karena dibangunkan ketika hampir saja terlelap Aku membuka mata dengan malas mendengar suara Ibu yang terus memanggilku."Noval, bangun. Cepetan," teriak Ibu lagi sambil menarik-narik tanganku. Dengan terpaksa akhirnya aku bangun dan duduk sambil menguap. Sudah lama sekali rasanya aku tidak pernah lagi tidur siang. Sekarang mumpung ada waktunya, malah dibangunkan oleh Ibu. "Kenapa sih, Bu. Aku belum juga tidur," gerutuku kesal."Kamu lihat dulu ini." Ibu menyodorkan ponselnya padaku. Dengan malas aku menerimanya. Ini pasti Ibu mau menunjukkan barang-barang branded yang harganya selangit. Dan dia pasti minta untuk dibelikan.Aku melihat layar ponsel dengan malas. Ternyata dugaanku salah. Ibu menunjukkan berita entah apa isinya. Aku malas sekali membaca. Karena aku masih sangat ngantuk."Apaan sih, Bu. Berita doang, udah ah aku ma
Keluargamu bukan KeluargakuPart 25Pov NovalApa yang akan Mama Kania bilang. Apakah dia akan menyuruhku untuk menceraikan Kania. Karena entah mengapa firasatku mengatakan. Jika orang tuanya Kania mengetahui sesuatu yang penting tentangku.Setelah berpikir sekitar sepuluh menit, aku akhirnya pergi menemui Kania di rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan aku sibuk berpikir alasan apa yang akan aku kasih kalau Mamanya Kania menanyakan masalah sikap Ibu kemarin itu.Aku sangat tau sifat Mamanya Kania. Sifat mereka sama. Jika sudah terusik dan tidak suka. Maka mereka akan selamanya tidak suka dengan orang itu. Ponselku berbunyi karena ada yang sedang menelpon. Aku memilih menepi untuk menjawab panggilan yang ternyata dari Vivi. Untuk apa dia menelepon. Dengan cepat aku menggeser layar telpon agar panggilan terhubung."Halo, Sayang," ucapku ketika panggilan sudah terhubung."Mas, jangan pergi…." Hening. Tidak ada suara lagi."Halo, kenapa, Vi? Halo…."Aku melihat layar ponsel yang ternya
Keluargamu bukan KeluargakuPart 26Pov Noval"Ada seseorang yang akan menjelaskan, tunggu sebentar lagi dia sudah sampai," jawab Kania santai. Yang membuatku jadi semakin bingung.Sesaat kemudian datang seorang perempuan yang sangat aku kenali. Jantungku seakan berhenti berdetak melihat kehadirannya. Mataku membulat sempurna, sepertinya untuk sesaat aku tidak bisa bernafas dengan baik. Apakah rahasia yang selama ini aku tutupi dengan rapat akan terbongkar hari ini juga. Jujur aku belum siap. Aku belum siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi."Vi-vivi…." Aku sangat gugup ketika melihat siapa yang datang. Bagaimana mungkin Kania mengenal Vivi. Jelas-jelas mereka beda kota. Tubuhku bergetar hebat ketika aku melihat Kania memandangku dengan senyuman sinis. Begitu juga dengan Papa dan Mamanya Kania. Mereka tersenyum seakan meremehkan aku.Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhku terasa sulit untuk digerakkan. Lidahku kelu, padahal ingin sekali aku menanyakan dari mana mereka sali
Keluargamu bukan KeluargakuPart 27Pov Kania"Kania, kalau kamu nggak sibuk. Tolong ke rumah Mama ya," ucap Mama di telepon. Saat ini aku memang masih di kantor. Karena masih jam tiga sore, tetapi pekerjaanku sudah selesai semuanya. Hanya tinggal membereskan beberapa berkas untuk meeting besok."Iya, Ma. Nanti pulang kantor Kania langsung pulang ke rumah Mama," balasku. Setelah itu panggilan langsung dimatikan oleh Mama.Sebenarnya aku sudah mengatakan pada Mama tentang aku yang kembali bekerja. Hanya saja aku belum menceritakan masalah yang menimpa rumah tanggaku. Aku takut jika bercerita tentang masalah itu, malah akan menjadi beban pikiran. Karena saat ini Mama pasti sedang capek mengurus Papa sakit. Aku sangat merasa bersalah karena sampai saat ini aku belum bisa membantu lebih.Makanya aku berniat untuk kembali bekerja agar bisa memberikan uang jika Mama dan Papa membutuhkan. Aku segera melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Untuk ke rumah Mama memakan waktu sekitar tiga puluh