Aku memohon kepada Rizald Pratama sebanyak 99 kali dan akhirnya dia setuju untuk mengajak putri kami berkemah di pegunungan pada hari ulang tahun putri kami. Pada saat aku menemukan putriku di kaki gunung keesokan harinya, dia sudah meninggal, tangannya memegang erat sebuah foto keluarga. Aku berdiri di depan tubuh kaku putriku, hatiku tersayat pedih. Tiba-tiba, aku melihat Rizald memperbarui status di media sosialnya. Dia menuliskan, "Kamu dan anakku adalah harta berharga dalam hidupku." Dalam foto tersebut, dia dan teman masa kecilnya menggandeng seorang gadis kecil, tengah melihat matahari terbenam di kejauhan. Di sudut kiri bawah foto, terlihat sebuah tangan kecil yang merupakan tangan putriku. Foto yang menyakitkan ini diambil oleh putriku.
View MoreSaat mendengar penuturan Rizald, jantungku mulai berdegup kencang hingga hampir melompat keluar dari dadaku."Kenapa kamu nggak sekalian bawa Cherin ke bawah bukit untuk mencari taksi ? Kalau kamu membawanya ke bawah, mungkin seseorang akan melihat mereka, mungkin dia nggak akan ... meninggal."Wajahku memerah.Rizald memejamkan matanya. "Karena Cherin bilang kupu-kupu di gunung itu sangat cantik dan dia ingin melihatnya lebih lama."Aku kembali teringat kupu-kupu putih di kuburan.Saat itulah terdengar ketukan lagi di pintu. Kali ini suara Wilona sedikit cemas."Kak Rizald, kamu memblokirku, jadi aku nggak bisa menghubungimu. Tolong bukakan pintunya. Aku bawa Nabila, dia ingin bertemu denganmu.""Mulai sekarang, kamu bisa perlakukan dia seperti anakmu sendiri. Bukankah kamu menyayanginya?"Aku mencibir.Rasa malu tergambar jelas di wajah Rizald."Buka pintunya."Aku memerintahkan.Rizald membuka pintu seperti yang aku perintahkan.Wilona langsung menerjang ke arahnya, yang ditangkisny
"Jangan!"Rizald begitu terintimidasi oleh tindakanku. Dia mundur dengan tangan terangkat, tidak berani mendekat ke arahku.Aku menatapnya dengan tajam sampai dia mundur ke jarak yang aman."Aku datang ke sini bukan karena mau main-main denganmu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu!"Tidak ada satu kata pun yang perlu diucapkan.Rizald menatapku dengan gugup."Letakkan dan jangan sakiti dirimu sendiri."Aku tidak akan melukai diriku sendiri.Pembunuh Cherin belum ditemukan dan aku akan tetap hidup.Aku menurunkan tanganku yang memegang pecahan kaca, masih menggenggamnya erat-erat untuk berjaga-jaga jika Rizald melakukan hal yang tidak-tidak."Rizald, apa kamu yang membunuh Cherin?"Setelah bertanya, ruang tamu menjadi sangat hening, bahkan jika ada jarum jatuh suaranya akan terdengar dengan jelas.Pupil mata Rizald perlahan-lahan membesar dan dadanya naik turun dengan keras."Kamu mencurigaiku?"Dia menunjuk dirinya sendiri."Apa aku seperti binatang buas di matamu, yang akan membunuh p
Saat berjalan keluar dari kantor polisi, pikiranku masih teringat dengan apa yang baru saja dikatakan oleh polisi kepadaku.Itu adalah gunung dan lingkungan di sekitar cukup liar. Cherin dan Rizald bukan satu-satunya orang yang pergi berkemah hari itu, ada yang lain."Jangan khawatir, kami akan menemukan pelaku sesegera mungkin dan memberikan keadilan bagi putri Ibu."Polisi menatapku dengan rasa iba karena kehilangan seorang putri, lalu mengembalikan jam tangan yang seharusnya digunakan sebagai barang bukti kepadaku, untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.Matahari menyinari kepalaku, tetapi akal sehatku tidak sadar. Aku hanya berjalan menyusuri jalan seperti mayat hidup.Aku mengingat kembali semua kata-kata dan perilaku Rizald selama dua hari terakhir.Mungkinkah Rizald pelakunya?Mungkinkah dia yang membunuh putrinya sendiri demi bisa bersama Wilona?Aku merasa seperti tenggelam ke dalam air es dan hawa dingin membuatku menggigil.Aku kembali ke rumah karena ingin menanyakan dan me
"Maafkan aku."Dia berlutut dan bersujud kepadaku."Maafkan aku."Dia berbalik dan bersujud kepada Cherin."Maafkan aku."Dia bergumam dengan suara terisak."Aku pantas mati, akulah yang harusnya mati.""Ya, kenapa bukan kamu saja yang mati?"Aku pikir aku tidak akan pernah menangis karena dia. Namun, aku meneteskan air mata karenanya untuk sekali lagi.Aku berusia 20 tahun ketika bertemu Rizald. Di masa keemasanku, aku tidak menginginkan apa pun selain memberinya seorang anak.Dia mengatakan kepadaku berkali-kali."Aliona, andai saja kamu bisa memberiku seorang anak perempuan, secantik dan selucu kamu.""Kalian bisa pakai baju putri dan aku akan menjadi ksatria yang akan mengawal kalian."Dia adalah pembohong terbaik di dunia.Menipuku dengan telak.Aku membayar harga yang sangat mahal karena mudah tertipu dan mempercayai seorang pembohong sepertinya."Rizald, apa kamu sudah tanda tangan surat cerainya? Hari ini kamu ada waktu, jadi kita ke pengadilan saja buat mengurus surat cerainya
Di rumah duka.Petugas pemakaman memakaikan Cherin gaun baru, gaun Putri Salju.Cherin menyukai kisah Putri Salju. Dia pernah bilang kepadaku bahwa Putri Salju memiliki tujuh orang sahabat yang membuatnya iri.Dia tumbuh tanpa bisa bicara, sehingga anak-anak lain tidak suka bermain dengannya. Bahkan orang tua dari anak-anak itu mengatakan bahwa bisu Cherin menular dan melarang mereka bermain dengannya.Dia sendirian.Sekarang, aku juga sendirian.Sinar pertama matahari pagi menyinari wajah kecilnya yang pucat saat aku mengantarnya ke pemakaman.Tanahnya datar, tidak ada gunung, tidak ada tebing, tidak ada anjing liar.Di pemakaman, aku meletakkan boneka baru di pelukannya dan akhirnya berkata kepadanya."Sayang, di kehidupanmu yang berikutnya jadilah seekor binatang kecil yang bersayap, ya? Yang bisa terbang, jadi kamu tidak akan jatuh."Setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba ada seekor kupu-kupu berwarna putih hinggap di dadaku.Sepertinya Cherin telah kembali.Kupu-kupu itu mengibaska
"Surat kematian. Kamu nggak bisa baca?"Aku merebut kembali surat itu, merasa mual karena ada sidik jari Rizald yang tertinggal di sana.Rizald menatapku dengan tatapan aneh."Aliona, apa kamu gila? Cherin itu putrimu sendiri, tapi kamu berani memalsukan dokumen semacam ini untuk membohongiku?"Air mataku sudah mengering dan aku tidak bisa menangis lagi."Ya, Cherin adalah putriku dan dia nggak ada hubungannya denganmu."Aku baru melangkahkan kakiku, tiba-tiba Wilona merebut surat itu dari tanganku.Raut wajahnya terlihat aneh saat membaca surat itu secara detail. Dia tidak melewatkan penyebab kematiannya. Pada akhirnya, dia benar-benar menghela napas lega."Kak Aliona, kenapa kamu melakukan hal seperti ini? Cherin juga putri Kak Rizald. Aku ingin putri Kak Rizald hidup dengan baik meskipun kamu sudah menyumpahi putriku."Dia menyodorkan surat kematian itu ke tanganku dan menatapku dengan tatapan sombong."Aku tahu kamu cemburu, tapi bisakah kamu berhenti main-main?""Minggir!"Aku men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments