“Kenapa tidak membangunkanku?” tanya Kalista menatap dingin pada lawan bicaranya. “Itu karena Nona Muda tampak sangat lelap saat tidur. Saya khawatir Anda akan bangun jika saya membangunkan Nona Muda.” jawab pemuda yang tengah diinterogasi. “Bukankah arti dari membangunkan adalah membuat seseorang terbangun dari tidur?”“Berhenti mengatakan omong kosong dan berikan aku jawaban yang masuk akal. Jika tidak, jangan salahkan aku karena bersikap kejam.” ancam Kalista dengan sudut mata menyipit. Saat ini, keduanya tengah berada di salah satu kamar tamu di Kediaman Ruliazer. Rombongan mereka telah sampai sejak beberapa waktu yang lalu. Hanya saja, Kalista menemukan dirinya telah terbaring di kamar miliknya begitu membuka mata. Itu artinya, seseorang telah memindahkan dirinya dari kereta ke kamarnya di Kediaman Ruliazer. Bertanya kepada pelayan, dia tahu jika orang yang membawanya adalah pamannya. Meski begitu, hal tersebut masih sangat memalukan. Dilihat oleh puluhan pelayan yang menyam
(Tok.. Tok.. Tok..) Di pagi hari yang tenang. Suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu. Suara tersebut sedikit menyeramkan. Dikarenakan masih sedikitnya tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi. (Tok.. Tok.. Tok..) Suara ketukan kembali terdengar. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Hal tersebut membuat gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut merasa sedikit terusik. (Tok.. Tok.. Tok..) Ini adalah ketukan ketiga. (Tok.. Tok.. Tok..) Ketukan keempat. (Tok.. Tok.. Tok..) Ketukan kelima. Kalista yang sebelumnya ingin mengabaikan ketukan di pintu kamarnya pada akhirnya harus memaksa dirinya untuk bangkit. Sepertinya, si pengetuk tidak akan menyerah sampai dibukakan pintu. Dan dia sebagai korban menjadi satu-satunya yang dirugikan dalam masalah ini. (Ceklek.) “Kenapa mengetuk sepagi ini?” Kalista bertanya tanpa basa-basi. Di mansion ini, hanya ada satu orang yang berani mengetuk pintu kamar pemilik rumah dengan begitu bersemangat. Seseorang yang tanpa tahu malu
Matahari telah muncul dengan begitu indahnya. Menyinari setiap tempat yang terjamah oleh cahayanya. Burung-burung berkicau seolah saling beradu nyanyian termerdu. Di bawah pohon yang rindang, tampak seorang gadis kecil yang tengah duduk di salah satu bangku alun-alun ibukota. Jubah panjang berwarna coklat muda menutupi tubuhnya yang kecil. Kesan yang terlihat tidak mewah, namun juga tak seperti rakyat jelata yang kekurangan uang. Kalista telah menggunakan sihir teleportasi berkali-kali. Berjalan ke sana dan ke mari untuk menemukan penipu yang menjebaknya mengelilingi ibukota. Sayangnya, sampai saat ini Ia masih belum menemukan si berandal licik. Yang ada, tubuhnya kelelahan setelah berjalan cukup lama dengan sihir yang terus digunakan. Di saat seperti ini, aroma daging lezat yang tengah dipanggang tercium. Membuat perut yang belum diisi menabuh genderang perang. Kelelahan, kelaparan dan kehabisan mana sihir. Tiga kombinasi tersebut berhasil membuat Kalista menghentikan pencariannya
(Tap.) (Tap.) (Tap.) Kalista berjalan dengan tenang. Layaknya seorang bangsawan yang selalu mempertahankan keanggunan dalam setiap perilakunya. Tujuan utama gadis itu adalah berpura-pura melewati meja milik pemuda berambut pirang di sebelah kanan barisan. Langkah demi langkah diambil. Punggung lurus dengan tatapan mata ke depan. Semakin dekat Kalista dengan tempat tujuannya, gadis itu merasa ada sesuatu yang salah. “Apa restoran memang biasanya sesunyi ini?” batin Kalista. Saat Kalista hampir sejajar dengan pemuda berambut pirang yang duduk membelakanginya, tiba-tiba pemuda itu menengok ke arah Kalista. Membuat keduanya saling menatap. Saat itu, mata sang nona muda segera berkontraksi. Hal tersebut dikarenakan Ia mengetahui siapa pemilik wajah yang tengah menatapnya, “Kenapa dia ada di sini?”Sebelum Kalista dapat bereaksi, tanganya telah dipelintir. Membuat gadis kecil itu harus menekuk lututnya karena tekanan berat dari orang di belakangnya. “Hentikan Robert!”“Jangan menya
“Saya minta maaf, Yang Mulia. Benda itu terlihat sangat berharga. Saya tidak mempunyai keberanian untuk menerima benda seperti itu dari Yang Mulia. ” Kalista mencoba menolak secara halus. Tidak ada hal bagus jika terseret ke dalam politik kerajaan. Pemuda di depannya mungkin terlihat ramah dan baik hati. Namun jika dirinya tenggelam pada perlakuan baik yang semu itu, tak ada bedanya dengan dirinya di masa lalu. Dia yang dulu jatuh cinta pada orang yang hanya ingin memanfaatkan dirinya pasti akan merutuki kebodohannya jika kembali jatuh pada hal yang sama. Itu seperti keluar dari mulut buaya dan masuk ke dalam mulut harimau. Itu sebabnya lebih baik bagi dirinya untuk menghindari segala situasi yang berhubungan dengan putra mahkota. Karena belajar dari pengalamannya, dia tahu pemuda di hadapannya tidak sebaik kelihatannya. “Nona Ruliazer. Apa menurut Anda benda itu lebih berharga dari ketulusan saya?” tanya putra mahkota. “Saya tidak berani mempertanyakan ketulusan Yang Mulia Putr
Tampak seorang lelaki tua yang tengah mendorong sebuah gerobak. Meski tubuhnya terlihat tua dan renta, namun Ia sama sekali tak kesulitan untuk melakukannya. Lelaki itu membawa gerobaknya melewati lorong sepi. Sebelum sampai di kedai kecil yang memiliki sedikit pengunjung. Sinar mentari mengintip dari celah bayang-bayang. Memperlihatkan wajah si lelaki tua pendorong gerobak. Mata bundar, hidung kecil dan bintik-bintik hitam di bawah area mata. Jika Kalista berada di sana, dia akan tahu jika lelaki tua itu adalah penjual daging panggang yang sebelumnya Ia temui. Sesaat sebelum gerobak berhenti, sebuah keajaiban terjadi. Lelaki tua yang sebelumnya terlihat berubah menjadi seorang pemuda tampan. Setelah memarkirkan gerobak di tempat yang aman, pemuda itu masuk ke dalam kedai. Tempat kecil itu hanya memiliki satu orang pelanggan di sudut. Dengan perabot sederhana dan bangunan yang reyot, tempat itu tampak bisa rubuh kapan saja. “Permisi, Kakek.” si pemuda tampan menghampiri pelanggan
"Nona Muda!!” Leon memanggi dengan cukup keras. Bahkan, panggilan tersebut sampai membuat gadis yang dicurigai sebagai nona muda dari Keluarga Ruliazer menengok. Sebenarnya, bukan hanya gadis itu saja yang melihat ke arah sumber suara. Beberapa orang yang penasaran juga ikut mengarahkan pandangan mereka pada pemuda tampan berambut hitam. Di sisi lain, Kalista yang akhirnya bisa keluar dari restoran yang diperkirakan milik putra mahkota merasa sedikit lega. Setidaknya, dia masih dapat menghirup udara segar. Dalam kehidupan pertamanya, dia mati muda. Itu sebabnya dia tidak bisa menyaksikan secara langsung siapa yang pada akhirnya berhasil menduduki tahta. Namun dalam hati, Ia yakin jika sosok yang baru ditemuinya adalah pemenang akhir dari perebutan tahta. Ada satu hal yang membuatnya berpikiran seperti itu. Dulu, semasa orang-orang dari pihaknya mengirim seseorang untuk merayu putra mahkota, tidak ada satu orangpun yang berhasil keluar dari istana putra mahkota. Namun, selalu ada
Roselia Fernand YuriscitiaDia adalah putri dari Viscount Yuriscitia. Memiliki wajah manis dan kepribadian yang baik hati. Terlebih tutor pengajarnya juga selalu menyebutnya sebagai anak yang cerdas. Membuatnya memiliki reputasi yang baik dikalangan bangsawan.Bukan itu saja. Meski posisi keluarganya tidak terlalu tinggi, namun Ia berhasil berteman dengan anak-anak dari bangsawan besar. Tidak heran jika banyak orang yang menjulukinya sebagai primadona ibukota. Itu adalah apa yang diketahui oleh masyarakat umum. Tidak ada yang akan menyangkal jika gadis berambut merah muda itu dilahirkan untuk menjadi kesayangan semua orang. Roselia sendiri juga berpikir begitu. Dia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang memuji wajah cantik dan kepribadian yang baik. Bahkan tidak sedikit anak-anak bangsawan yang ingin menjadi seperti dirinya. Sampai saat ini. “Hei.. Apa kau tahu? Menurut rumor yang kudengar, katanya Nona Muda Ruliazer adalah gadis yang sangat cantik.” seorang gadis bergaun merah