Beranda / Urban / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Bab 4 Lima Tahun Kemudian

Share

Bab 4 Lima Tahun Kemudian

Penulis: Lemongrass
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-12 23:13:20

Lima tahun berlalu

Karen Esme masih terbaring di ranjangnya empuk.

Ia tidak memedulikan alarmnya yang menunjukkan jam 8 pagi di Tokyo karena begitu lelah.

“Mom, bangun,” ucap balita laki-laki mencium kedua pipi Karen, ”Sudah siang, Mom” 

Dirasa tidak ada pergerakan, bocah itu menepuk-nepuk pipi sang ibu. “Bangun mom, atau ayah yang akan membangunkan,” ancamnya berusaha seram.

Diam-diam, Karen pun tersenyum mengetahui usaha anaknya itu. Namun, matanya berat untuk terbuka. “Lima menit lagi sayang, mom masih ngantuk.”

Untungnya, tak ada lagi suara dari anak kecil itu. 

Namun, Karen dapat merasakan bocah itu ikut berbaring di samping sang ibu–melupakan seorang pria tampan yang sedang berkutat membuat sarapan. 

Arashi Takahashi, pria tampan berkebangsaan Jepang itu melihat ke arah pintu kamar Karen dan menemukan bocah kecil kesayangannya tak juga keluar dari kamar ibunya. 

Dengan gemas, Arashi membuka pintu kamar tersebut dan menemukan sepasang ibu dan anak itu meringkuk bersama dengan mata terpejam. 

Srak!

Arashi membuka gorden, mematikan pendingin ruangan, lalu menarik selimut yang masih bertengger di tubuh Karen. 

Kelakuannya persis seperti ibu-ibu membangunkan anaknya.

“Karen Esme!” panggil Arashi, “Kenshin Takahashi!”

“Dalam hitungan lima kalian tidak bangun, tidak ada sarapan untuk kalian!” 

Mendengar ancaman itu, bahkan pada hitungan satu, ibu dan anak itu langsung bangun.

“Ayah!” 

Anak bernama Kenshin itu mengulurkan tangannya agar Arashi menggendongnya sembari tersenyum agar pria itu tak marah.

Ketika sudah dalam gendongan, Ken mengedipkan sebelah matanya pada Karen. 

Hal itu dibalas oleh Karen yang menyatukan ibu jari dan telunjuknya membentuk love.

Dalam hati, Karen begitu bersyukur.

Ia kini hidup lebih baik dan bahagia bersama Kenshin, anak semata wayangnya. 

Terlebih ada Arashi. Kakak laki-laki beda ibu dari Karen itu bahkan rela menemaninya dari nol, hingga kini berhasil membangun sebuah perusahaan startup di bidang IT Service dan periklanan. 

Karen pandai di bidang grafis, illustrator, dan pemasaran, sementara Arashi pandai di bidang bahasa pemrograman, analisis, dan bisnis. 

Mereka adalah kolaborasi yang pas!

Ting!

Suara notifikasi email di ponsel menyadarkan Karen dari lamunan.

Ia pun membuka ponsel dan menemukan bahwa perusahaannya diundang asosiasi investor yang mau berinvestasi pada perusahaan startup yang kompeten dalam bidangnya.

“Menarik,” gumam Karen ingin mengikuti presentasi tersebut. Ia yakin perusahaannya mampu bersaing. Karen berniat mendiskusikan hal tersebut pada Arashi.

“Mom!”

Teriakan sang putra yang tengah menunggunya kembali terdengar–membuat Karen tertawa.

*

“Hai, nona cantik. Mana oleh-oleh untukku? Bukankah kamu baru saja pulang dari luar negeri?” sapa Glen pada wanita berwajah mirip dengan Diaz.

Ellen tersenyum ketus. “Aku ke sana bekerja bang, bukan berlibur.” 

Setelah mengatakan itu, adik bungsu Diaz langsung berlalu–meninggalkan Glen dan masuk ke ruangan sang kakak.

“Ada apa? Tidak biasanya kamu mau datang ke kantor abang?”

Ellen mencebikkan bibir, kesal.

Baginya, pria di depannya ini tak pernah berubah. Selalu terus terang dan sangat sibuk. Tak paham kah dia bahwa wanita itu terkadang butuh sedikit basa-basi untuk menambah waktu pertemuan?

“Ayolah bang, tidak bisakah kau lebih ramah? Kesannya, abang tak suka aku datang ke sini dan ingin aku segera pergi.”

“Syukurlah kalau kamu paham,” ucap Diaz enteng. 

“Ck!” decak Ellen, “kalau abang seperti itu terus, tak akan ada wanita yang tahan bersamamu.”

Mata pria itu sontak mendelik tajam. “Bicara atau pulang saja, Ellen,” ucapnya datar.

“Baiklah, baiklah. Dasar papan triplek.”

Ellen pun mengambil ponsel pintarnya di dalam tas. Perempuan itu mengotak-atik sebentar lalu memberikan pada Diaz. 

“Namanya Karen Esme, desainer grafis yang merancang semua desain promosi acara fashion show yang aku ikuti.”

Diaz sontak melihat foto yang diberikan Ellen.

Jatungnya berdetak lebih cepat. 

“Abang harus membayar mahal informasi ini,” ucap Ellen seraya menggerakkan kedua alisnya naik turun.

“Kebetulan macam apa ini? Wanita ini terlampau sama kalau dikatakan mirip,” ucap Diaz menyeringai sinis.

Ellen mengendikkan bahu. “Ya sudah itu urasan abang, aku akan kirimkan foto itu, jangan lupa untuk mengirimkan uang ke rekeningku.”

Setelah mengucapkan itu, Ellen mengambil ponselnya, lalu mengecup pipi sang kakak kemudian berlalu begitu saja.

Diaz mengepalkan tangannya menahan emosi.

Pria itu lalu memanggil Glen dan memerintahkannya dengan cepat. “Minta orang untuk menyelidiki orang itu.”

Meski terkejut, asistennya itu menjalankan perintah Diaz dengan cepat. 

Dan dalam dua hari, Glen pun menyerahkannya pada pria itu. 

Diaz tersenyum miring kala membaca informasi tentang orang tersebut.

“Sepertinya kamu bersenang-senang, bahkan kamu tak pernah menunjukkan senyum seperti itu padaku,” gumam Diaz saat memandang foto seorang wanita dengan senyum menawan.

Hanya saja, dada Diaz tiba-tiba bergemuruh saat membaca informasi bahwa ada seorang pria Jepang yang selama tiga tahun terakhir ini mendampingi wanita tersebut. 

Sayangnya, tidak ada informasi apapun mengenai pria tersebut. 

“Bisa-bisanya kamu bahagia bersama pria lain, sedangkan aku harus menderita setiap malam, bahkan obat pun tak bisa membuatku tertidur.” 

Rahangnya mengeras sebelum otaknya berhasil merencanakan sesuatu.

Tak lama, senyum miring tercetak di wajah pria itu. “Tunggulah Elok … oh bukan, Karen Esme. Kamu pasti sangat merindukanku, bukan?” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 173 Selamat Tinggal Masa Lalu (End)

    Bandara International Soekarno-Hatta"Kamu benar-benar tak akan menunggu keponakanmu lahir, Len?" tanya Karen pada saudari iparnya.Ellen telah memutuskan untuk menenangkan diri keluar Negeri. Dengan bantuan Rain dia pergi ke Jepang dan menutup semua gerai butik miliknya.Dia akan menata hidup baru di sana, sendirian. Meninggalkan masa lalunya dan juga Glen. Berharap menemukan cinta sejatinya di sana.Ellen akan tinggal di mansion milik Karen. Sejak Arashi menikah, mansion itu benar-benar tak ada yang menggunakan.Ellen tersenyum, "Maafkan aku, Ren. Kamu bisa memberiku fotonya kelak jika dia sudah lahir, aku akan sangat menantikannya.""Hai, Sayang. Sepertinya Tante tidak bisa langsung menemuimu saat kamu lahir nanti, sampai jumps," ucap Ellen seraya membelai perut Karen.Sedangkan Yunita sudah berurai air mata, anak perempuan semata wayangnya akan pergi meninggalkannya, hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya."Mama jangan menangis, a

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 172 Penjelasan

    Hari telah berganti, Glen datang ke kediaman Pradana bersama keluarganya, Lestari, Rose, dan kakak iparnya.Glen harus melakukan itu karena dia sudah terikat janji pada Ellen. Hanya Henry dan Noah yang datang menyambut mereka."Jadi apa yang ingin kalian bicarakan hingga datang beramai-ramai?" tanya Henry dengan menahan amarah.Glen dengan berani mengucapkan permintaan maaf pada keluarga besar Pradana, dia juga meminta kesempatan untuk dipertemukan dengan Ellen.Tapi dengan tegas Henry menolak."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan pada anakku, semuanya sudah jelas. Jika kalian sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan silakan tinggalkan rumah ini.""Tuan, Henry. Saya mohon, tolong berikan saya kesempatan untuk menemui Ellen," Glen memohon."Untuk apa? Untuk lebih menyakiti hatinya lebih dalam lagi?" bentak Henry.Glen terus berusaha menjelaskan semua yang terjadi, dia juga berjanji akan segera mengusut kasus ini.Dari dalam, Ellen menangis dal

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 171 Glen Dijebak

    [Di, kamu sakit? Kenapa tidak bicara sama Mbak?]Pesan tersebut dikirim oleh Rose kakak Glen.[Iya, Mbak. Cuma meriang saja, tak perlu khawatir.]Diana memang sengaja mengatakan dia sedang sakit pada Glen, karena tahu Rose sedang berkunjung kerumahnya, kemungkinan pria itu akan mengatakannya pada sang kakak. Dan benar dugaannya. Rose tak akan tega membiarkan Diana dalam keadaan sakit, maka dia akan memanfaatkan keadaan ini.[Glen sedang menuju kesana, tapi Mbak lupa mau bawakan sop kesukaanmu. Mbak susul saja.][Aassiikkk! Diana tunggu ya, Mbak.] Diana tak perlu repot-repot memancing Rose untuk datang.Diana menyeringai, dia melihat benda yang beberapa waktu lalu dia beli dengan susah payah.Tak berselang lama Glen sampai di Kos Diana. Wanita itu mempersilakan Glen untuk masuk dan menawari pria itu teh manis yang telah dia beri obat penenang yang juga berfungsi sebagai obat tidur.Diana jelas tahu apa yang akan Glen katakan, dia tak mau itu

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 170 Menemui Diana

    Ellen mengerjapkan mata, bingung, tentu saja wanita itu bingung, ini terlalu mendadak untuknya. Diaz, Ellen, dan Noah menatap Tak percaya ke arah Rain.Sedangkan Glen, hatinya sudah tak karuan mendengar pernyataan Rain. 'Sejak kapan mereka berdua sedekat itu?' batin Glen.Isi kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan."Kenapa diam saja? Kamu tak ingin menjawabnya sekarang?" desak Rain. Mata pria itu menatap intens pada Ellen.Duukk! Rain menendang kaki Ellen dengan pelan. Ellen sedikit meringis.Ellen mulai membuka mulut hendak menjawab pertanyaan Rain."Jangan dijawab, ayo kita pergi," ucap Glen, lantas berjalan ke arah Ellen."Bayaranku sangat Mahal, Nona," bisik Rain. Sesaat sebelum Glen meraih tangan Ellen dan mengajak wanita itu pergi.Sontak Ellen melongo dengan kejadian barusan.Duukkk!!Karen menendang tulang kering Rain dengan kencang."Karen!" pekik Rain."Jangan mempermainkan perasaan orang, dasar bocah na

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 169 Pernyataan Mengejutkan

    Karen terbangun di subuh hari, wanita itu merasakan pergerakan yang luar biasa pada anak di dalam perutnya. Karen mendesis merasakan sakit dan tidak nyaman di bagian perut, pinggul, bahkan dadanya terasa sesak.Perlahan-lahan dia mulai membangunkanmu tubuhnya.Seiring bertambahnya usia kandungan, Karen mulai kesulitan tidur dan belum lagi terganggu dengan frekuensi buang air kecil yang semakin sering.Merasakan ada pergerakan di sebelahnya Diaz pun ikut terbangun. Dia benar-benar menjadi suami siaga untuk Karen."Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan?" tanya Diaz pada istrinya."Tidak apa-apa, Mas. Orang hamil memang seperti ini, kamu tak perlu khawatir," ucap Karen menenangkan suaminya.Diaz ikut meringis saat melihat istrinya seperti kesakitan."Apa sudah mau melahiran?" Karen menggeleng."Pinggangku sakit, perutku mulai kencang-kencang."Diaz menyentuh perut istrinya, benar saja perut Karen terasa keras."Nak, apa kamu merasa sesak di

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 168 Memiliki Rasa yang Sama

    Ellen termenung di pinggir jendela, pikirannya jauh menerawang entah kenapa. Jatuh cinta pada Glen ternyata sesakit itu, jika tahu akan seperti itu Ellen lebih memilih orang lain untuk melabuhkan cintanya.Beberapa kali Ellen menarik nafas panjang, tapi tak juga menghilangkan sesak di dadanya.Mungkinkah dia akan bertahan dalam kisah ini? Atau menyerah begitu saja?Makanan yang tadi dibawa oleh Glen pun masih teronggok di tempatnya, tanpa tersentuh sedikitpun. Kacau, hatinya benar-benar kacau.Ellen kembali duduk di sofa, memandang bunga lili yang tak lagi spesial untuknya. Terdengar denting suara notifikasi pesan di handphonenya.Ellen mengintip siapa gerangan yang mengirim pesan. Glen, pria itu mengabarkan jika dia tak kembali ke butik, Hal yang sudah Ellen perkirakan sebelumnya.Ellen meletakkan kembali handphonenya tanpa sedikitpun ingin membuka pesan tersebut. Dia butuh waktu untuk menata hati.Ditengah keseriusannya mengerjakan beberapa desain untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status