Dengan secepat kilat, seseorang menyiramkan segelas air panas yang mengenai tepat di dada Siska.Siska spontan melompat karena kepanasan. Tamparannya pun tidak mengenai wajah Michelle.“Siapa? Siapa yang siram aku pakai air panas?!” bentaknya.Siska sangat marah. Begitu menundukkan kepala, dia melihat Michael yang memegang sebuah gelas kosong.Siska seketika tidak peduli tentang apa pun lagi. Dia bergegas menarik kerah baju Michael dan hendak menampar anak itu.Namun ….Tangan Siska yang terangkat dicekal oleh Rachel. Cengkeraman Rachel yang begitu kuat membuat Siska merasa tulangnya seakan telah hancur.“Kamu menindas kedua anakku selagi aku nggak ada. Setelah bertahun-tahun Kak Siska masih seperti dulu, nggak berpendidikan.”Rachel menghempaskan tangan Siska dengan kuat. Kemudian, dia membungkuk dan menarik Michael dan Michelle ke dalam pelukannya.Emosi Siska semakin meledak.Dia menunjuk Michelle dan berkata dengan marah, “Anakmu ini hebat sekali. Berani-beraninya dia nampar anakku
Rachel pergi ke Winata Group kali ini untuk menanamkan chip yang dia kembangkan ke dalam program produk Winata Group.Sopir mengemudikan mobil di depan, sedangkan Rachel dan dua anaknya duduk di kursi belakang.“Michael, nanti kamu sama Michelle main di ruang tunggu, ya. Kalau Mama sudah selesai kerja, Mama akan bawa kalian pulang, oke?”Michael mengangguk, “Mama, aku nggak akan biarkan Michelle diganggu. Mama kerja saja dengan tenang.”“Pintar sekali anak Mama.”Rachel mengelus kepala Michael, lalu dia mencium wajah putrinya.Wajah cantik gadis kecil itu begitu lembut, seperti permen kapas. Rachel tidak tahan untuk tidak mencubitnya.“Mama, kenapa Mama diam-diam ganggu Michelle?!”Michael cepat-cepat bicara untuk menghentikan ibunya.Rachel merasa sedikit bersalah, “Ehem, Michelle benar-benar sangat imut dan menggemaskan. Mama nggak tahan ....”Tiba-tiba, mobil direm mendadak.Tiga orang yang duduk di kursi belakang langsung tertarik ke depan pada saat bersamaan.Kemudian, terdengar b
Rachel yakin seratus persen kalau pria itu adalah Ronald.Namun, kenapa pria itu menyangkalnya?Rachel mengingat kembali kejadian barusan. Kemudian, wajahnya menjadi muram.Jangan-jangan Ronald mengira Rachel sengaja menggunakan Michelle untuk mendekatinya?Bisa tidak jadi orang tidak usah senarsis itu?Rachel memutar bola matanya dengan sangat anggun.Rachel menunduk untuk menatap putri dalam gendongannya, lalu dia mendapati mata besar Michelle masih menatap lekat mobil Ronald yang sudah pergi jauh.Rachel terkejut dan spontan bertanya, “Michelle, kamu kenal orang itu?”Namun, gadis kecil itu tidak menanggapi pertanyaannya.Sampai mobil itu telah menghilang di jalan, Michelle baru mengalihkan pandangannya dan memeluk leher Rachel dengan patuh.Rachel melihat ke punggung telapak tangan sopirnya dan merasa sangat bersalah, “Maaf, Pak. Michelle kadang bisa gigit orang kalau lagi panik. Kita ke rumah sakit obati dulu, ya ....”Sopir itu malah mengibaskan tangannya dan berkata, “Sangat waj
Pintu ruang tamu terbuka.Seorang perempuan mengenakan setelan jas dengan perpaduan warna pink dan putih perlahan-lahan berjalan masuk ke dalam ruangan.Rambut hitam perempuan itu disisir ke belakang dengan rapi. Wajahnya dibubuhi dengan riasan tipis. Alis yang panjang serta bibir yang merah merona membuat wajahnya terlihat semakin cantik. “Winata Group kalian ini semakin lama semakin berlagak, bisa-bisanya kalian acuhkan rekan kerja sama selama hampir setengah jam–”Shania langsung menoleh ketika mendengar ada yang datang. Dia pun menyindir dengan sinis, lalu suaranya tiba-tiba berhenti.Shania melihat ke arah perempuan yang baru datang itu. Seketika, matanya terpaku pada wajah perempuan itu.Alis, mata, bahkan garis wajah perempuan itu sama persis dengan Rachel.Mustahil.Bukankah Rachel sudah meninggal empat tahun yang lalu?Rachel tidak mati dalam kebakaran, dia bunuh diri dengan melompat ke sungai.Mengapa ... mengapa Rachel bisa tiba-tiba muncul di depannya?“Ka-kamu manusia ata
Rachel kembali dalam kondisi masih hidup. Shania telah melupakan tujuannya datang ke Winata Group.Perempuan itu akhirnya meninggalkan Winata Group dengan panik.Di ruang tunggu lantai pertama, mata Michael tertuju pada punggung Shania.Michael tahu perempuan itu adalah adik tiri ibunya. Empat tahun yang lalu, perempuan itu yang memaksa ibunya untuk pergi ke luar negeri.Apakah Shania pewaris keluarga Hutomo?Huh, Michael tersenyum meremehkan.Setelah itu, Michael mengalihkan pandangannya dan melihat ada sebuah komputer di ruang tunggu. Kemudian, dia berjalan ke depan komputer itu.Sedangkan Michelle duduk di karpet sibuk membaca buku bergambar. Dia sama sekali tidak memperhatikan ke mana kakaknya pergi. Gadis kecil itu benar-benar tenggelam dalam dunianya sendiri.Michael menyalakan komputer. Meskipun konfigurasi perangkat komputer itu agak rendah, untuk melakukan sedikit trik sama sekali tidak masalah.Jari-jari Michael yang ramping menari cepat di atas keyboard, lalu layar komputer
Pagi hari di awal musim semi, udara terasa sedikit dingin.Rachel menitipkan kedua anaknya kepada neneknya. Setelah itu, dia baru berangkat ke tempat pemakaman.Begitu dia keluar, suara Michael terdengar di belakangnya, “Ma, Mama harus hati-hati di luar.”Anak kecil itu mengerutkan keningnya, matanya penuh dengan kekhawatiran.Entah mengapa, ada perasaan tidak enak di hatinya.Rachel melemparkan senyum padanya, “Nggak apa-apa, kalau sudah selesai Mama langsung pulang, kok.”Rachel tidak memberitahu Michael kalau dia akan pergi ke tempat pemakaman.Hal tentang kedua anak itu adalah sebuah rahasia yang Rachel kubur di lubuk hatinya yang terdalam.Rachel tidak ingin Michael tahu kalau Michael memiliki dua kakak laki-laki yang meninggal tepat setelah mereka lahir.Rachel menyetir mobil yang neneknya aturkan untuknya. Dia pun langsung menuju tempat pemakaman.Tempat pemakaman itu terletak di pinggiran paling terpencil di Kota Suwanda. Rachel menyetir selama lebih dari satu jam untuk mencapa
Shania sama sekali tidak mengira Rachel akan tiba-tiba berbalik dan mencekiknya. “Ngapain kamu? Lepasin!” Rona wajah Shania seketika memucat seperti orang yang menderita anemia. Rachel pun perlahan melepaskan cengkeraman tangannya dan berkata kepada Shania dengan nada sinis, “Ternyata kamu juga bawa orang lain kemari.” “Mana ada!” bantah Shania. Akan tetapi, para pengawal keluarga Hutomo yang sedang bersembunyi di pojokan langsung muncul ketika melihat Shania disakiti. Rachel melihat ada hampir 20 orang yang sedang mengepungnya. Tak disangka keluarga Hutomo sampai mengerahkan begitu banyak orang hanya untuk membunuh Rachel. Meski Rachel pernah menekuni taekwondo selama empat tahun di hidup di luar negeri, tetap saja tidak mungkin dia sanggup menghadapi 20 orang pengawal seorang diri. Jadinya, Rachel langsung memiting leher Shania dengan sikunya dan berkata, “Padahal aku baru saja pulang, tapi kamu sudah nggak sabar mau bunuh aku. Apa kamu setakut itu aku bakal merebut posisi kamu
Tempat Rachel berada saat ini adalah tempat rekreasi di pinggiran kota bernama Riverside Park. Riverside Park merupakan sebuah resort yang biasa disinggahi oleh orang-orang berkuasa di Suwondo. Orang yang bisa berada di sini sudah pasti adalah orang yang kaya dan memiliki wewenang besar. Di sekitar tempat di mana Rachel berlabuh, ada beberapa orang yang sedang asyik memancing. “Ronald, ini kenapa, sih? Kok dari tadi ikan-ikannya pada lari ke umpanmu, sementara kita nggak dapat apa-apa!” protes Yohanes sambil menatap iri ember Ronald yang penuh dengan ikan. Tampak Ronald sedang duduk tenang di tepi sungai dengan pakaian santainya. Cahaya matahari yang menyegarkan menyinari tubuhnya disertai dengan angin sepoi-sepoi, membuat dia terlihat semakin memesona. Untungnya di sana tidak ada wanita, atau mereka pasti akan menjerit-jerit seperti orang yang bertemu dengan idola mereka. “Dasar curang, lain kali aku nggak bakal ajak kamu main ke rumahku lagi!” kata Yohanes. Adik perempuannya Yo