Malam ini Clara dan Adam tengah bersiap untuk menghadiri acara Anniversary Raharja Group. Keduanya tampil senada dengan pakaian berwarna biru malam. Sangat serasi, dengan gaun Clara yang menjuntai dan terlihat elegan untuknya.
Di kehidupan dulu, jangankan memakai pakaian senada seperti ini. Dia saja saat itu justru disibukkan mempersiapkan diri dengan Rania, dan menolak memakai gaun pemberian Adam. Namun, semua itu tentu akan berbeda dengan malam ini. "Sangat cantik," ucap Adam, yang telah berada di belakang Clara. Ia yang sebelumnya tengah menyemprotkan parfum ke badannya, kini berbalik dan menghadap ke arah Adam. "Suamiku ini juga sangat tampan," ucap Clara. Tangannya ia ulurkan untuk merapikan jas yang dikenakan Adam. "Kita berangkat sekarang ya, takut nanti telat." Clara mengangguk. Segera ia mengambil tas kecil yang telah disiapkannya di atas meja rias sedari tadi. ©©©©©©© Hotel Raharja, yang merupakan salah satu hotel bintang 5 milik keluarga Raharja, menjadi tempat diselenggarakannya acara malam ini. Banyak para pebisnis sukses, rekan bisnis yang berasal dari dunia entertainment, dan beberapa awak media yang telah hadir. Acara yang digelar setiap 1 tahun sekali, sebagai peringatan hari jadi Raharja Group inipun selalu menjadi perbincangan hangat, dan sangat dinanti masyarakat untuk mengikuti beritanya. Clara dan Adam melangkah menuju ballroom hotel, yang berada di lantai 11. Beberapa staf, yang memang telah mengenal Clara sebelumnya, segera menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat. Sedangkan Clara sendiri hanya tersenyum tipis, berbeda dengan Adam yang terlihat begitu cuek saat berjalan. Melewati karpet merah, mereka langsung disuguhkan dengan kilatan kamera para awak media yang sedari tadi seolah telah menunggu kehadiran keduanya. Postingan Adam beberapa hari lalu, ditambah fakta jika mereka adalah sepasang suami istri, membuat berita keduanya hangat dibicarakan di berbagai kalangan. Seorang pengusaha muda dan wanita multitalenta yang dikenal baik di berbagai kalangan sosial, sungguh pasangan yang serasi. "Selamat malam," ucap Clara, ketika keduanya telah sampai dihadapan keluarga mereka. "Kak, kalian pergi bersama?" tanya Rania secara tiba-tiba. Clara sendiri yang mendapati pertanyaan tersebut, membuatnya tidak bisa lagi menahan tawanya. "Iya dong, memangnya kenapa? Kan tidak mungkin sepasang suami istri tapi pergi ke acara keluarga dengan terpisah. Apa kata orang?" "Jangan memancing keributan, Clara. Di sini Rania hanya bertanya, kenapa respon kamu justru seperti itu? Lagian, bukannya hubunga kalian masih belum dipublikasikan?" Mendengar perkataan Vina, lagi-lagi Clara tersenyum kecil sebelum kembali berkata, "Mana Vina, apa Mama tidak tahu, jika mas Adam telah mempublikasikan hubungan kami melalui postingannya di media sosial, iya kan Mas?" Adam yang ditanya, hanya menangguk. Tanda ia membenarkan apa yang diucapkan oleh istrinya tersebut. Justru tangan kanannya kini ia gunakan untuk mengelus kepala Clara. "Sudahlah, untuk apa kalian ribut-ribut? Papa akan segera membuka acaranya. Tolong jangan membuat malu keluarga kita." Perkataan Prasetyo seolah membungkam mereka untuk tidak terus saling berdebat. ©©©©©©© Alunan musik klasik yang semula terdengar samar-samar, kini telah berhenti. Bersamaan dengan Prasetyo yang didampingi oleh Vina, menaiki panggung yang telah disediakan. Hal ini, tentu saja menarik perhatian para undangan, untuk mengalihkan pandangan mereka ke arah panggung. "Selamat malam semuanya," sapa Prasetyo diiringi dengan senyumnya yang hangat. "Malam." "Di malam yang bahagia ini, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian dalam acara perayaan hari jadi Raharja Group ke-47 tahun." "Selama 47 tahun perjalanan Raharja Group, tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan yang harus kami lewati, persaingan, dan masalah-masalah lainnya. Namun, semua permasalahan ini telah berhasil kita lewati. Terima kasih atas semua pihak yang telah bekerja dan mempercayai Raharja Group dengan baik." Sebelum kembali berkata, Prasetyo kembali mengedarkan pandangannya ke arah tamu. Ia tersenyum tipis, saat tatapannya tanpa sengaja bertemu pandang dengan tatapan sang putri. Meskipun ada sedikit keraguan dan rasa enggan, tetapi ia harus tetap menepati janjinya. "Di malam ini saya juga akan mengenalkan seseorang yang begitu berarti bagi keluarga Raharja. Seseorang yang selama ini enggan tampil di publik, dan memilih memfokuskan diri untuk mengejar pendidikan." Terdengar kasak-kusuk setelah Prasetyo berkata demikian. Tentu saja, mereka penasaran dengan apa yang dimaksud tuan rumah acara ini. Sedangkan Vina yang berada di samping Prasetyo, juga tidak kalah terkejutnya. Bahkan, beberapa kali ia mengkode sang suami untuk tidak melanjutkan perkatannya barusan. "Clara, sini Nak." Tanpa mengindahkan kode dari sang istri, Prasetyo justru memanggil Clara untuk mendekat. Clara sendiri segera melangkah dengan lengannya yang menggandeng Adam. Hal ini tentu saja semakin membuat mereka penasaran. Clara dan Adam, pasangan yang namanya tengah ramai diperbincangkan. Lalu kini, mengapa justru Prasetyo dan Raharja memanggil kedua orang tersebut? "Mohon perhatiannya. Di sini, saya akan mengenalkan seseorang kepada kalian," ucap Prasetyo ketika Clara telah berdiri disampingnya. "Perempuan yang berada di samping saya ini adalah, Clara Queenza Raharja. Putri kandung saya, dengan pernikahan antara saya dan nyonya Siera." *** "Putri kandung? Jadi, dia putri Raharja yang selama ini dirahasiakan?" "Jadi, rumor yang beredar itu benar? Jika putri keluarga Raharja sengaja dirahasiakan karena ingin fokus dengan karirnya." "Aku tidak menyangka, jika Clara adalah putri keluarga Raharja." *** Bisik-bisik dari para tamu semakin terdengar, bahkan kini semakin keras. Mereka seolah lupa, jika kini tuan rumah tengah berbicara di depan sana. Fakta yang baru saja diungkapkan oleh Prasetyo berhasil mengalihkan fokus mereka. "Mungkin kalian sudah tidak asing dengan nama Clara Queenza, seorang perempuan yang berprestasi di bidang akademik, sehingga baru saja telah menyelesaikan pendidikan S2 di London. Namun, di balik semua prestasi dan kegiatan yang dibuatnya, dia adalah seorang putri dari keluarga Raharja." "Selain itu, di sampingnya juga ada Adam Fahreza, putra tunggal dari keluarga Fahreza. Suami dari putri saya, Clara. Mereka telah menikah lebih dari 1 minggu yang lalu." Mendengar itu Adam tersenyum, dan meminta microphone dari Prasetyo dengan sopan. "Terima kasih Pa," ucapnya kepada Prasetyo, sebelum kembali berkata, "suatu kebahagiaan ketika saya bisa menikahi wanita hebat seperti Clara. Wanita dengan segudang prestasi yang dia miliki, dan wanita yang selalu bisa mengerti bagaimana kondisi yang saya hadapi. Terima kasih Papa Prasetyo yang telah mempercayakan saya untuk menjaga putri keluarga Raharja. Jika tidak ada halangan, kami berencana akan mengadakan resepsi pernikahan bulan depan." ©©©©©©© "Sial, kenapa semuanya jadi gini sih. Papa juga kenapa harus mengenalkan Clara ke publik. Lalu mas Adam, kenapa dia harus mempublikasikan hubungan mereka? Arghhh," batin Rania yang merasa kesal. Rania yang tengah berdiri di samping Rena, tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. Sayangnya, tidak ada satupun yang menyadari aksi gadis tersebut. Semua tampak begitu fokus dengan keempat orang yang berada di atas panggung. "Drama. Untuk apa mereka melakukan ini," ucap Rena secara tiba-tiba, yang langsung membuat Dimas dan Rania menoleh ke arah wanita tersebut. "Sudahlah Ma, jangan membuat masalah. Lagian, memang sudah sewajarnya jika publik tahu siapa putri kandung Raharja dan tentang pernikahan Clara dengan Adam." Setelahnya Dimas segera melangkah pergi. Bergabung bersama rekan bisnisnya yang lain. "Menyebalkan," gumamnya, dan menatap Dimas dengan kesal. "Tante sudah ya, jangan marah-marah lagi. Rania enggak mau tante kenapa-napa." Dengan nada yang terdengar begitu halus, Rania juga mengusap lengan Rena. "Yaampun Rania, kamu ini sangat baik sekali. Kamu tenang saja ya sayang, tante baik-baik saja kok." ©©©©©©© Seusai sambutan yang diberikan Prasetyo, pesta kembali dilanjutkan. Banyak hidangan tersaji yang bisa mereka cicipi. Saling bercengkerama dengan kawan, maupun rekan bisnis lainnya. Clara dan Adam juga berkeliling guna menyapa rekan bisnis juga teman-teman mereka, yang kebetulan juga hadir di acara ini. Banyak sekali dari para pebisnis yang berusaha menyapa keduanya, tetapi hanya dibalas senyum manis oleh Clara. Tentu saja ia tahu, jika di acara seperti ini, tidak semua orang akan berlaku tulus dan baik kepada kita. Yang ada hanyalah aksi saling menjilat, untuk mendapatkan keuntungan masing-masing. "Clara, ternyata kamu putri tuan Prasetya. Sungguh sangat cantik sekali. Perpaduan antara tuan Prasetyo dan nyonya Seira," ucap salah satu ibu-ibu di kumpulan tersebut. "Terima kasih. Tante juga sangat cantik kok. Apalagi dengan make up, gaun, juga emas putih yang tante kenakan. Sangat pas dan terlihat cantik." "Benarkah? Kamu tahu Clara, tante menyiapkan penampilan malam ini dengan sebaik mungkin. Ternyata selera kamu juga sangat bagus. Tante mendapat rekomendasi dari stylish pribadi keluarga kami." "Kebetulan, aku juga suka dengan fashion. Jadi, melihat apa yang tante kenakan, menurutku sangat pas sekali." "Ahh kamu ini. Sepertinya kita sangat cocok jika pergi berdua dan membahas tentang fashion." "Tentu saja bisa, iya kan sayang?" Adam hanya mengangguk akan pertanyaan Clara. "Lakukan apa yang kamu inginkan," jawab Adam disertai dengan senyum tipisnya. "Aduh, pengantin baru ini bisa saja membuat kita iri," ucap bu-ibu di sana yang saling bersahutan. "Emm Tante, saya dan mas Adam izin pergi ya. Kami ingin menemui tamu lainnya." "Ah iya silahkan." Pesta para pebisnis bukan lagi hal baru untuk Clara. Saling menjilat juga hal biasa yang terjadi di acara seperti ini. Maka dari itu ia pun bebas melakukan hal yang sama. Tidak ada salahnya juga jika ia berhasil menarik orang-orang di pesta ini untuk berada di pihaknya. "Nah ini pengantin baru kita," ucap seorang pria, ketika Clara dan Adam baru saja tiba. Di sana terdapat sekitar 5 orang yang telah berkumpul. 3 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka, ialah teman-teman Adam dan Clara. "Kalian sudah seakrab ini? Sejak kapan?" tanya Clara, yang memang penasaran mengapa temannya juga teman Adam tiba-tiba seakrab ini. Padahal, sebelumnya tidak saling mengenal. Pertama bertemu aja baru saat pernikahan keduanya seminggu yang lalu. "Kita udah saling tahu wajah masing-masing. Jadi, berhubung kalian sudah mempublikasikan hubungan, maka kita juga memutuskan untuk gabung aja. Daripada kalian sendiri nanti yang ribet harus nyamperin satu-satu."Setelah membereskan barang bawaannya, Adam segera memeluk pinggang Clara dari arah belakang. Menumpukan dagunya di pundak sang istri. Ada rasa nyaman, yang baru ia rasakan saat bermanja dengan istrinya. Salah satu hal favorit yang baru ia dapatkan setelah menikah dengan Clara. "Kenapa?" Clara menggenggam telapak tangan sang suami yang melingkar di perutnya. Kini, posisi keduanya tengah berdiri di balkon kamar yang menghadap langsung ke arah laut. "Aku, kangan banget sama kamu," gumamnya dengan pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Clara. Perempuan itu tersenyum kecil, dan segera membalikkan badannya. Menangkup kedua sisi wajah sang suami yang entah kenapa semakin hari terlihat semakin tampan. "Padahal kita tidak pernah berpisah lho. Kenapa masih aja kangen, hmm?""Entahlah, hanya saja rasanya hampa kalau lama-lama enggak lihat kamu." Kembali Adam memeluk Clara dengan erat, yang dibalas oleh Clara berupa elusan lembut di punggung laki-laki itu.
Adam dan Clara tengah berada di dalam mobil yang akan membawa keduanya menuju ke mansion. Suasana makan malam ini, tidak pernah laki-laki itu perkirakan akan berakhir seperti ini. Entah, apa yang dipikirkan oleh maminya tersebut. Sebagai lelaki dewasa, tentu ia paham, jika sang mami hendak mendekatkannya kembali dengan Rania. Namun, apakah maminya tidak memikirkan perasaan Clara, juga kenyamanan anaknya sendiri? Apalagi Clara, Adam hanya takut jika istrinya tersebut merasa tidak nyaman. "Sayang, maafkan perilaku mami ya. Mas sama sekali tidak menyangka, jika mami bisa berbicara seperti tadi." Adam yang tengah menyetir, menolehkan kepalanya ke arah Clara. Bisa ia lihat, jika istrinya itu tengah sibuk memandangi jalanan. "Enggak masalah Mas," ucap Clara sembari menoleh ke arah Adam. "Yang penting bagi aku, kamu tidak terpengaruh dengan perkataan mami. Meskipun misalnya mami memiliki niat untuk mendekatkan kamu dengan Rania, aku harap kamu tetap
Para orang tua dan Rania, tentu saja terkejut dengan perkataan Adam. Namun, berbeda dengan para sepupu Adam lainnya Brian, Radit, dan Satya, mereka setuju dengan pernyataan Adam. Karena, Rania bukanlah anggota keluarga mereka. Sedangkan Clara, ia hanya diam, tetapi dibalik diamnya, justru merasa senang dengan perkataan suaminya tersebut. "Kamu apa-apaan sih Adam? Mami yang mengundang Rania ke sini. Karena, dia sudah mami anggap seperti anak sendiri. Lagian, Rania juga sahabat kecil kamu, jauh sebelum kamu mengenal Clara.""Mi? Aku enggak suka ada orang lain yang ikut di acara rutinan keluarga kita. Mami sadar enggak sih? Sedari tadi yang Mami perhatikan hanya Rania. Di sini, menantu Mami itu Clara, bukan Rania," ucapnya dengan tegas. Adam sangat berharap jika maminya bisa menaruh perhatian yang lebih kepada istrinya. "Udahlah Dam. Lagian kalau memang mami kamu lebih sayang dengan Rania, berarti Clara belum bisa menjadi menantu yang diinginkan mami kamu.
Siang ini Adam dan ayahnya baru saja selesai bertemu dengan klien dari China. Mereka tampak keluar dari ruang VIP Restoran bersama klien mereka, juga beberapa orang kepercayaan di belakangnya. Saat ini tujuannya ialah kembali ke perusahaan, dan mengerjakan rincian kerja sama sesuai kesepakatan bersama. "Oh iya Dam, hampir aja lupa. Nanti malam ajak Clara ke rumah. Malam ini kita akan kedatangan keluarga besar mama kamu," ucap Dimas ketika mereka telah sampai di parkiran. Sengaja memang, Adam pergi ke tempat ini bersama papinya, dan ia yang bertugas menyetir mobil. Sedangkan asisten mereka berada di mobil satunya lagi. "Kok dadakan Pi?""Sebenarnya udah agak lama papi tahu kalau mereka akan datang. Hanya saja, ternyata mami kamu lupa memberitahu kamu dan Clara.""Mami ini, ada-ada aja. Yaudah, nanti sampai di kantor, Adam akan telpon Clara." Dimas hanya mengangguk, kemudian ia masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Adam yang langsung mengambil
"Guys, kapan-kapan kita liburan yuk," ucap Devano yang seolah tengah mengalihkan pembicaraan. "Boleh tuh, mending sekarang kita atur jadwal deh. Kalian kapan ada waktunya?" tanya Claudia.. "Gue dalam minggu-minggu ini kayaknya enggak bisa sih. Soalnya masih ada beberapa sidang sama klien," ucap Jesica. "Gue mulai lusa bakal sibuk sama jadwal operasi. Paling sampai 3 atau 4 hari," jawab Reno. "Kalau gue sendiri, kebetulan jadwal syuting udah selesai, promo lagu juga masih bulan depan. Jadi, kalau untuk sekarang masih ada banyak waktu."Clara yang semula nampak gugup, kini telah berhasil mengendalikan dirinya. Ia sangat berterimakasih kepada Devano dan Claudia yang bisa mengalihkan perhatian. Juga mancairkan suasana yang awalnya terasa canggung. "Kalau misal kita ambil liburan minggu depan, gimana? Kayaknya gue juga bisa sih kalau hari itu.""Lebih ke weekend minggu depan?" tanya Dimas, untuk memastikan. "Bo
"Kamu apa-apaan sih. Mama baru aja mau pergi dengan Rena, ini juga demi kamu. Sekarang, kenapa malah kamu nyuruh mama datang ke sini," ucap Vina saat ia baru saja memasuki ruang VIP di sebuah Restoran yang telah dipesan Rania. "Duduk dulu Ma. Ada hal penting yang harus kita bahas, dan ini enggak bisa ditunda.""Yaudah cepetan. Kamu mau bahas apa?""Rencana kita untuk melemahkan promosi dan citra Resort papa, semuanya gagal total." Satu kalimat yang membuat Vina tertegun. Matanya terbelalak, seolah tidak percaya dengan perkataan putrinya."Gagal total gimana maksud kamu?""Mereka membatalkan kerja sama dengan Vania, juga konsep dari Resort yang diubah keseluruhannya.""Gimana bisa? Padahal sebentar lagi seharusnya Resort sudah selesai kan? Lalu, kenapa mereka membatalkan proyek ini untuk Vania?"Rania menghela napasnya perlahan. Ia mulai menceritakan semuanya kepada sang mama. Berdasarkan penjelasan dari Vania juga seseo