Anak lelaki dengan tubuh kurus itu pun menarik bak sampah yang tingginya lebih dari dirinya, walaupun terlihat sangat kepayahan. Napasnya terdengar tak beraturan, Lagi-lagi, tangannya menarik lagi bak sampah tersebut. Bau busuk menguar, karena sampah yang bercampur dengan air hujan. Tanah becek yang diinjaknya membuat kaki kecil itu menjadi kotor dan sangat menjijikkan.Sejumlah uang yang diberikan sang pemilik sampah tadi lumayan bisa ia kantongi. Bisa untuk membeli makanan yang tak kalah nikmat di kampung tersembunyi. Kampung tersembunyi? Sher langsung turun dari kudanya dan menuntunnya ke sebuah palang kayu untuk parkiran kuda, mengikatnya dengan benar, begitu juga Elang melakukan hal yang sama, walaupun Yuhuu tak pernah terikat di palang parkiran untuk kuda. Sher masuk duluan ke sebuah warung yang tampak ramai, kali ini ia yang memilih tempat ini. Dipilihnya sebuah kursi dekat sebuah jendela. Lantai kayu warung ini tampak terlihat guratan-guratan tanah basah karena para pengunjun
Sher terdiam melihat hamparan tanah luas di hadapannya. Tanah lapang hanya ditumbuhi rumput yang tak begitu tinggi. "Kita ada di mana?" tanya Elang masih bingung, begitu juga kedua kuda milik mereka yang sedari tadi mereka tuntun, tampak binatang besar itu gelisah dan bingung melihat situasi yang beda dari yang lainnya "Aku merasakan aura yang berbeda di sini. gunakan mata emas," perintah Sher. Tapi nyatanya keduanya tak bisa gunakan mata emas, bahkan sherlyn tak bisa menembus dimensi."Kota apa ini? apakah kita aman masuk ke dalamnya.""Yuhuu merasa tak nyaman di sini.""Tunggu! aku melihat pergerakan! cepat jongkok Elang," perintah Sher, dan segera keduanya pun jongkok, dan mereka tersenyum melihat dua kuda itupun menekuk kedua kaki depannya. Tetiba terdengar suara gemuruh tawa anak-anak kecil mereka tertawa melihat dua kuda besar sedang menekuk dua kaki depannya, dan wajah menunduk. Shae dan Elnag langsung melihat ke arah sumber suara tersebut, ada sekitar tujuh anak sedang terke
Semua berdecak kagum melihat sebuah pedang berdiri sendiri, walau pun pedang itu tak terlihat indah, bahkan terlihat karatan di beberapa bagian. Bho Khong menatap dengan wajah memucat."I–ini pedang milik tuan Shang Fu. pedang yang tak tertandingi. Bagaimana dia bisa bersamamu, sedangkan aku tak melihatmu membawanya." Sher menatap Elang dengan heran, padahal pedang itu terikat di pinggang Elang sedari tadi, apa selama ini tak terlihat?"Bho ceritakan tentang pedang ini, dan di mana aku harus temukan batu giok hitam!" gertakan Elang membuat Bho semakin tegang. "Bisakah kita bicara empat mata saja denganmu, tuan terhormat.""Kau panggil aku tuan yang terhormat?!" tanya Elang bingung dengan panggilan baru dari Bho.Akhirnya, Elang dan Bho mencari tempat untuk mereka bicara Bho menceritakan sebuah rahasia hanya dia tahu, bahwa, Huang sang raja monster hanya takut pada pedang milik Shang fu yang bisa membelah tubuhnya, hingga Huang melepas batu giok hitam itu, dan memecahnya menjadi beb
Byur! seember air dingin mengguyur tubuh kecil, kurus dan lusuh itu, tak ayal anak tersebut langsung terbangun dari tidur lelapnya."Bangun, bodoh! tidur saja kerjamu, bersihkan kapal itu!" teriak seorang lelaki berwajah garang. Bho melaksanakan apa yang di perintahkan, ini adalah kali ke duanya kelompok perompak itu menculik Bho. Para awak kapal tak menyadari kalau ada dua penyusup gelap ikut dalan kapal mereka, yaitu Sher dan Elang."Kali ini bila kau bohong lagi tentang tanah keramat itu, nyawamu akan melayang!"Semua tertawa pada Bho, yang hanya ketakutan dan sedang mengepel lantai kapal yang sangat kotor."Aku dengar kau bicarakan. tanah keramat pada dua orang asing tadi! katakan apa yang kau dapat dari mereka!""Aku tak dapat apa-apa, dan aku tak mengenal mereka!" bohong Bho pada mereka."Halah kau kan paling licik, pasti kau membohongi kami bukan!"Byur! seember air dingin sudah menyiram tubuh kerempengnya.Elang nampak geregetan melihat kelakuan mereka yang tak berperikemanus
Tubuh Elang semakin bisa menguasai gerakan dari pedang tersebut, Setiap kebasannya memberikan efek asap tipis, terkadang Elang meniupnya, sambil meledek para lawannya untuk maju melawan. Berapa para perompak sudah terkapar di tanah, bukan karena terluka karena pedang, tapi karena sakit panas saat tersentuh pedang tersebut. Elang terus perhatikan perubahan pada pedang yang dipegangnya, sedikit berkurang karatan pada sisi pedangnya."Luar biasa pedang milik kakek ini." Elang berulang kali memuji pedang milik Shang Fu. Hingga kini tak ada siapapun di hadapan Elang, mereka kocar-kacir ketakutan. Elang tersenyum, dan kembali masukan pedang tanpa warangka itu di sisi kiri pinggangnya, secara otomatis pedang itu langsung menempel pada kakinya. Matanya beredar memperhatikan sekitar, yang tadinya banyak sekali mahluk tak kasat mata dilihatnya, kini tak ada sama sekali. ke mana perginya? juga Sher dan Bho? Elang berjalan pelan menuju tanah yang agak tinggi, tangganya berkacak pinggang, suasana
Elang sudah siap dengan kuda-kudanya, liukan tubuhnya yang lincah menjadikan gerakan yang sulit terduga oleh lawan. Sabetan pedang itu memang belum mematikan, hanya mengeluarkan hawa panas saja bila tersentuh oleh asap yang berwarna hitam pias tersebut. Itu pun cepat menghilang tersapu oleh angin.Lawan yang kini bertambah dua, membuat Elang mengernyitkan dahinya, dari manakah lawan ini muncul?"Haha, kau lupa dengan kehadiranku, Shang Fu! aku si halimun!" teriak salah satu dari lelaki tambun yang berdiri tepat di sebelah kirinya. Dia memegang tombak panjang yang runcing, ujung logamnya tampak bersinar saat tertimpa sinar rembulan malam. Tunggu! bukankah tadi siang hari, mengapa dengan cepat berganti dengan malam? berbagai pertanyaan ada dalam pikiran Elang.Swing, sebuah belati kembali melayang, kali ini sebelum melewati tubuhnya, pedang yang Elang pegang sudah menangkisnya dan berbalik arah dengan cepat "Sialan!!! kau !"Lelaki berikutnya yang maju dengan gerakan memutarkan tombak,
Sher memandang heran pada Bho, "Tempat apa ini!?" tanyanya dengan wajah penasaran."Pelankan suaramu, dinding goa ini sangat sensitif, kita aman di sini. karena celah kecilnya tak bisa dimasuki monster besar itu," jelas Bho, seraya duduk selonjor dan mengelus kakinya yang terasa sakit."Kenapa denganmu apakah ...""Tubuhku bukan terperangkap dalam tubuh anak kecil lagi, karena itulah aku merasakan sakit dan ngilu di setiap tulangku.""Oh," desis Sher dan mulai berkeliling melihat situasi dalam goa tersebut. "Apakah kita aman di sini Bho?! Pertanyaan sher tak dijawab oleh Bho, tak lama terdengar dengkuran halus berasal dari lelaki tersebut. Sher hanya bisa menghela napasnya saja, ada apa ini? dengan secepatnya sher gunakan mata emasnya untuk melihat situasi yang ada. "Apa ini? mengapa semua dindingnya bercahaya dan bergemerlap?" Sher mendekati dinding berwarna merah, kuning kadang semburat kebiruan."Batu? ini batu giok! hai ini batu giok asli!" Sher begitu girang pada kenyataan yan
Bab 26Sher memandang sesuatu yang teramat menyeramkan dalam pandangan matanya, kali ini bukan mata emasnya yang ia kenakan. Mata normalnya menangkap sesosok binatang besar yang melebihi 10 kali lipat pesawat terbang yang biasa ia tumpangi. Sekali hap saja tubuhnya akan masuk dalam moncongnya yang bergigi tajam. Lehernya berundai bak sisik besar yang bergerak setiap binatang itu bernapas.Sher menahan napasnya, nampaknya monster berbentuk mirip naga itu, yang merespon dari hangatnya napas dan gerakan serta suara.Entah di mana Bho? Tadi selepas mereka bangun tak menyadari sosok tersebut masuk lewat lubang besar yang berada di atas goa, dan itu adalah lubang yang cukup besar.Sayap itu bergerak, mengepak perlahan, desir anginnya membuat rambut panjang Sher tersibak. Pelan sekali tangan sher merogoh batu-batu yang tadi sempat dimasukkan dalam saku celananya. Mengambilnya dan melempar batu itu hingga puluhan meter masuk ke dalam goa. Efek yang dihasilkan begitu sangat mengerikan, monst