Home / Romansa / Kembalinya Sang Istri Sah / 5. Kembali Terulang

Share

5. Kembali Terulang

last update Last Updated: 2024-10-14 06:59:34

‘Minum.’ Ethan mengulurkan dua butir obat berwarna putih yang ada di telapak tangannya.

Cara melirik tak tertarik pil tersebut. Ia tak cukup tolol untuk tidak bisa menebak benda apa itu. Begitu ia mengakui bahwa anak dalam kandungannya adalah anak Zevan, tentu saja Ethan terbutakan oleh kecemburuan pria itu dan tak menunggu lama bagi pria itu untuk melenyapkan anak dalam kandungannya. Kebenciannya yang begitu mendalam pada pria itu, membuatnya semakin besar kepala untuk mempermainkan perasaan Ethan.

‘Kau tahu apa yang kuinginkan.’

‘Benarkah?’

‘Bukankah bulan depan umurmu 17. Kau ingin menjadi orang tua di usiamu sekarang?’

Cara mendengus tipis. Menampar tangan Ethan hingga dua pil tersebut jatuh ke lantai. ‘Bukan karena anak ini anak Zevan?’

Wajah Ethan membeku. Bibirnya menipis keras ketika lagi-lagi nama Zevan di sebut. Ethan mengambil dua pil itu, lalu menangkap rahang Cara dan memaksa kedua pil tersebut masuk ke dalam mulut gadis itu.

Cara tak memberontak, selain karena kekuatan Ethan yang jauh lebih besar dibandingkan dirinya, ia tahu apa yang Ethan dan dirinya inginkan. Dengan tujuan yang berbeda. Ia membiarkan dua pil itu melewati tenggorokannya, kedua matanya yang dipekati kebencian melekat pada amarah di manik Ethan yang berwarna abu gelap tersebut.

Dan ketika Ethan menyadari kesalahan terbesarnya, wajah pria itu seketika memucat. ‘Anak itu milikku?’ desisnya tajam.

Cara tersenyum. Ya, tentu saja anak itu milik Ethan. Hanya pria berengsek seperti Ethan yang telah melecehkan tubuhnya.

*** 

“Tidak ada tanda-tanda kehamilan.” Kalimat yang keluar dari sang dokter membuat kebencian Cara pada Ethan semakin menggunung. Setelah menembak kakinya dan membiarkan dokter mengurus luka tembakannya, Ethan menyeretnya ke ruangan dokter kandungan. Hanya untuk memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh Zevan adalah sebuah omong kosong.

Ethan tersenyum tipis. Melirik ke arah Cara dengan penuh kepuasan. “Aku hampir percaya omong kosongnya.”

Cara membuang mukanya ke samping setelah melemparkan tatapan dinginnya pada pria itu. Jika tahu Ethan akan menggila karena kata-kata Zevan, seharusnya ia benar-benar mengandung anak Zevan. Hanya saja …

Cara menepis ingatannya, menyingkirkan tangan sang dokter dari perutnya dan bangun terduduk. Tetapi ia kesulitan turun dari ranjang dengan kakinya yang dibebat perban. Meski kakinya dibius untuk mengeluarkan peluru dan dijahit, tetap saja kakinya masih terasa nyeri.

Hari-harinya belum pernah terasa melelahkan seperti ini. Sejak sepuluh tahun yang lalu hingga ia mendatangi gedung perkantoran Ethan.

Ethan mengangguk pada sang dokter, yang langsung menjauh. Begitu pun dengan perawat yang membantu Cara.

“Sekarang kau berhati-hati?” dengus Cara saat keduanya keluar dari ruangan dokter. Mengabaikan rasa sakit yang menjalar di kakinya karena pengaruh bius yang mulai berkurang dan lebih memilih berjalan dengan kaki pincang daripada harus digendong oleh Ethan.

Ethan tak mengatakan apa pun. Keduanya saling tatap dan bersama-sama mengembara ke ingatan masa lalu keduanya. Ada luka yang sempat melintas di kedua manik abu gelap tersebut.

Seolah belum cukup kegilaan yang dilakukan oleh Ethan, setelah membuatnya keguguran, pria itu malah menyeretnya ke hadapan pendeta. Mengucapkan sumpah pernikahan dengan pistol menempel di kepala.

“Tidak.” Ethan berhasil menguasai ekspresi wajahnya dengan baik. “Jika kau benar hamil, kali ini akan tak akan ragu untuk mencekokimu dengan pil yang sama.”

Amarah di wajah Cara semakin kental. Menyentakkan tangan Ethan dari wajahnya dan berjalan lebih dulu dengan langkah terpincang.

Ethan tertegun di tempatnya. Seringai di ujung bibirnya perlahan meluruh. Teringat ketika ia berdiri di depan pintu ganda berwarna putih dan seorang perawat melangkah keluar. Memberitahunya bahwa Cara hampir kehabisan darah sementara stok darah di rumah sakit sedang kosong.

Ya, setelah menelan pil itu, mendadak perut Cara sakit dan ketika Ethan melihat ke bawah, darah sudah menggenang di sekitar sepatu gadis itu.

*** 

Luka di kepala Zevan tidak cukup parah meski membutuhkan beberapa jahitan. Setelah mengamankan Cara, ia kembali ke rumah sakit. Langsung ke ruang direktur rumah sakit, Zaheer.

“Kali ini kau berlebihan, Ethan. Jika kakek tahu ini perbuatanmu, kau tahu kita semua akan terlibat masalah.” Zaheer tak berhenti menggusur rambut bergelombangnya. Berjalan mondar-mandir di depan Ethan yang duduk bersilang kaki di sofa tunggal. Sementara Mano yang duduk di sofa panjang terlihat lebih tenang.

“Sejak awal dia yang melibatkan diri dalam urusanku,” jawab Ethan ringan. “Lagipula … dia tidak mati, kan?”

Zaheer berhenti melangkah. “Dan bagaimana kalau Zevan melapor pada kakek?”

“Aku hanya perlu menunjukkan surat pernikahanku dan Cara.”

“Yang tak diakui orang tuamu. Ck, kau bahkan menikah saat pikiranmu dipenuhi emosi dan jiwa mudamu yang gila, Ethan. Mereka tak akan menganggap apalagi menerima pernikahan itu.”

“Dan bukan berarti lembaran itu palsu, kan? Aku sudah mendaftarkannya.”

“Kau pikir orang tuamu tak bisa menghapusnya?” timpal Mano.

Ethan tak menjawab.

“Apakah obsesimu pada Cara masih …” Tatapan tajam Ethan seketika menghentikan kalimat Mano. Membasahi tenggorokannya sebelum melanjutkan kalimatnya. “Ehm, kupikir kali ini hanya bermain-main seperti biasanya. Maaf.”

Ethan melirik jam di pergelangan tangannya. “Beritahu aku perkembangannya,” pintahnya sembari berdiri.

“Mau ke mana kau?” Kepala Mano berputar, mengikuti langkah Ethan yang keluar dari ruangannya, tanpa memberinya jawaban.

Zaheer mengambil tempat duduk di seberang meja setelah Ethan menghilang dari pandangan mereka. “Apakah menurutmu Emma tahu tentang pernikahan Ethan?”

Mano menggeleng tak tahu. “Apakah itu akan menjadi masalah?”

Zaheer tak tahu jawaban ya atau tidak yang lebih baik. “Pernikahan mereka akan diselenggarakan tahun ini, kan?”

“Apakah Ethan yang mengatakannya?”

Zaheer menggeleng. “Tante Viola. Hanya saja aku mendengarnya dari mama.”

“Dan kau tahu hubungan mereka dengan Ethan sedang bermasalah. Ethan sudah meninggalkan rumah sejak … lima?” Salah satu alis Mano terangkat penuh tanya. “Enam tahun?”

“Tujuh. Sejak dia keluar dari penjara. Tujuh tahun yang lalu.”

“Ah, ya.” Mano mengingat dan menganggukkan kepala.

*** 

Tujuh tahun yang lalu.

Mano mengulurkan jam tangan, dompet, dan kunci mobil pada Ethan yang baru saja keluar dari ruang ganti untuk mengganti baju tahanannya dengan setelah tiga pasang. “Kau ingin langsung pulang? Sepertinya kau butuh bercukur dan memperbaiki potongan rambutmu.”

Ethan memasang jam tangannya. “Kau sudah menemukan mereka?”

Zaheer menggeleng. “Kupikir ada seseorang yang membantu Zevan.”

“Ibunya?”

Zaheer menggeleng. “Aku sudah mengamati semua akses dan aktifitasnya. 24 jam sehari.”

Bibir Ethan menipis tak suka. “Kalau begitu kau bisa berhenti.”

Mata Zaheer membeliak. “Apa?”

“Sudah tiga tahun kau mencari mereka dan tak juga membuahkan hasil yang memuaskan, kan? Maka biarkan saja mereka pergi.”

Mano mendekat, tak kalah terkejutnya dengan perintah Ethan. “Tapi mereka yang membuatmu harus mendekam di sana selama tiga tahun ini, Ethan.”

Ethan terdiam. Memasukkan dompet ke dalam sakunya. Ujung bibirnya menyeringai ketika berucap lirih. “Ini lebih baik untuk mereka. Karena jika ditangkap semudah ini, mereka tak akan menyukai apa yang akan kulakukan pada mereka.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 3

    My Lovely Wife“Jadi apa yang kau katakan?”Ethan menggeleng. “Ponselku berdering. Theo sudah di bawah.”Zaheer hanya manggut-manggut. “Tapi menurutmu sampai kapan dia akan berpikir dirinya masih hamil?”“Kapan pun itu, tak akan lama. Ck, aku tak tahu kehamilan. Menurutmu berapa minggu perut harus terlihat besar?”“3-4 bulan biasanya sudah mulai terlihat perkembangannya. Seperti Yang dikatakan Cara. Apalagi ini kehamilan keduanya.”Napas Ethan tertahan sejenak. “Aku tak tahu bagaimana cara memberitahunya.”“Kau akan menemukannya.” Zaheer mengedikkan bahu. “Seperti biasanya.”Ethan tak membalas.“Setelah keguguran itu, rahimnya juga sudah kembali normal.”Tambahan penjelasan Zaheer yang sudah diketahuinya itu membuat Ethan semakin dilanda dilema. Tak ada cara selain menghadapinya. Cara memang perlu tahu.Pada akhirnya, setelah empat hari masih dalam pengawasan intens dokter Faryal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 2

    Jangan Meninggalkan Kami“E-ethan?” lirihnya dengan suara yang lemah. Tenggelam di antara isakan Ethan yang mulai membasahi punggung tangannya, yang menempel di wajah pria itu. Cara mulai menepikan rasa pusing yang menggelitik kepalanya. Entah bagaimana ia berada di tempat ini, terbangun dan menemukan Ethan yang terisak di sampingnya.‘Kami benar-benar membutuhkanmu, sayang.’ Bisikan yang diucapkan dengan penuh permohonan tersebut adalah kalimat pertama yang menyambutnya begitu kesadaran perlahan mulai muncul dan menguasainya. Istriku. Itu adalah panggilan terindah yang pernah diucapkan oleh Ethan. Dengan penuh ketulusan yang menghangatkan dadanya. Akan tetapi, kenapa suara Ethan terdengar begitu sedih? Kenapa pria itu bahkan … menangis? Tangannya mulai bergerak pelan. Menatap kepala Ethan yang masih tertunduk dengan menggenggam tangannya. Genggamannya semakin kuat, tetapi setidaknya tangannya masih bisa digerakkan, untuk mendapatkan perhatian Ethan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 1

    Kembalilah, Kami Membutuhkanmu“Mama masih tidur?” gumam Cheryl, menjatuhkan kepalanya di pundak sang papa. Sementara Darrel yang berdiri di samping Ethan hanya menatap lurus pada ranjang pasien. Tempat sang mama berbaring dengan mata terpejam. Dengan dua mesin di samping kanan dan kiri ranjang yang mengeluarkan bunyi konstan, terhubung dengan tubuh rapuh Cara sebagai penunjang hidup. Sementara ketiganya berdiri di balik dinding kaca. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ethan merasakan genggaman tangan Darrel yang menguat. Pertanyaan Cheryl juga pertanyaan yang tak diucapkan sang putra. Sekaligus pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya. Mereka masih menunggu. Berharap di tengah keputus asaan yang seolah tak ada ujungnya.“Sudah lima menit.” Ethan lebih memilih mengalihkan pembicaraan.  Ini sudah kedua kali Cheryl meminta tambahan lima menit setelah tiga puluh menit rutinitas yang wajib mereka lakukan setiap hari ini.Cheryl tak menjawab, t

  • Kembalinya Sang Istri Sah   75. Berakhir (End)

    “Tuan?” Suara benda jatuh dari seberang mengaktifkan sikap siaga Theo. Tubuh pria itu menegang. Menyusul erangan sang tuan yang seolah mengumpat dan suara lain yang terdengar.‘Kau bersama Cara?’Ujung mata Theo melirik ke samping. Menyadari sang nyonya yang tiba-tiba peka dengan keterkejutannya. Tatapan keras wanita itu melirik ponsel yang masih menempel di telinga.“Aku ingin bicara dengan Ethan. Berikan padaku.” Tangan Cara terulur, tetapi reaksi Theo tentu saja bergerak menjauh. Untuk selanjutnya ia membeku dengan suara Zevan dari seberang.‘Well, turuti kemauannya atau kepala bosmulah yang kulubangi selanjutnya.’‘Sialan kau, Zevan!’ umpat sang tuan yang tertahan.‘Kenapa kau begitu percaya diri kalau dia akan menyelamatkanmu, Ethan? Meski Cara bisa, dia tak akan melakukannya.’Mata Theo terpejam dengan percakapan yang terdengar. Sembari kepalanya berpikir keras mencari cara menyelamatkan sang tuan. Kepala pengawal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   74. Patah Hati

    Suara dering ponsel yang terdengar dari balik pintu mengalihkan perhatian Ethan dan Mano. Ethan beranjak dan gegas mendekati pintu ruangannya yang didorong terbuka oleh Cara sebelum ia sempat menyentuh gagang pintu.“Ponselmu sejak tadi berbunyi. Sepertinya ada urusan yang penting.” Cara mengulurkan benda pipih tersebut. Memuji dirinya sendiri akan suaranya yang keluar setenang air danau meski hatinya terasa remuk redam.Ethan menunduk, menatap nama Bianca. Tak biasanya wanita itu menghubunginya malam-malam begini. Dan melihat riwayat panggilan yang menunjukkan belasan panggilan tak terjawab, sepertinya ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir dua kali, ia menjawab panggilan tersebut.“Ada apa?”Ethan mengerjap terkejut, kepalanya berputar dan langsung bertatapan dengan Mano. Keseriusan merebak di seluruh permukaan wajahnya, mengirim pesan pada Mano yang langsung menangkap sinyal tersebut dan menghampirinya.“Kita harus ke rumah sakit,” uc

  • Kembalinya Sang Istri Sah   73. Pernikahan Bisnis

    “Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Zevan memecah ketegangan yang membentuk di sekitar keempat orang tersebut.Cara mundur satu langkah. Zevan yang berdiri di hadapannya bukan lagi Zevan yang ia kenal. Ah, ia tak pernah benar-benar tahu siapa Zevan yang berdiri di depannya saat ini juga sebelum-sebelumnya.Pandangan Zevan melirik kedua anak buah Ethan yang ada di samping kanan dan kiri Cara. Tak perlu bertanya apa yang ada di balik jas kedua pria besar dan tinggi tersebut. Akan tetapi … pandangannya beralih pada Cara. Satu-satunya yang paling lemah dan kesempatan yang dimilikinya untuk menghancurkan Ethan.Ia menekuk lututnya, memastikan raut penyesalan dan menyedihkan yang sempurna sebelum berbicara dengan penuh permohonan. Zevan melepaskan jaket hitamnya dan mengangkat kedua tangan pada dua pria tersebut, menunjukkan tak ada ancaman apa pun yang akan dilakukannya pada Cara.“Hanya lima menit,” ucapnya menatap lurus kedua mata Cara. “Mer

  • Kembalinya Sang Istri Sah   72. Tak Ada Alasan

    ‘Kau membunuhnya. Dia melakukan apa pun untuk mempertahankanmu.’  Jeda yang cukup lama, menciptakan keheningan di antara keduanya. ‘Hingga detik ini, kakek masih merasa apa yang dikatakannnya memang benar.’Mata Zevan terpejam mengingat kalimat terakhir Arman sebelum ia keluar dari ruangan tersebut. ‘Seharusnya dia tak melakukan itu. Itu adalah kesalahan terbesar di hidupnya yang menyedihkan. Kalian yang terlalu lemah.’Tak ada penyesalan apa pun telah mengucapkan kata yang berasal dari hatinya yang terdalam. Ia adalah kesalahan. Wanita itu melakukan kesalahan. Semua hidupnya yang menyedihkan menurun dari wanita itu. Ia hanya sedikit berbaik hati untuk mengakhiri nasib menyedihkan itu. Sebagai anak yang berbakti. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Membentuk seringai tipis.*** “Apa maksudmu kakek tak sadarkan diri?” Kepala Ethan terangkat dari ponsel di tangannya pada Zaheer yang duduk di ujung sofa. Kecemasan menyelimuti wajah sang sepupu. “Hasil

  • Kembalinya Sang Istri Sah   71. Pengkhianatan Sang Cucu Kesayangan

    “Sepertinya ada banyak hal yang mengganggumu?” gumam Ethan saat keduanya berbaring dan sudah mendapatkan posisi nyaman di atas tempat tidur. Akan tetapi wanita itu tak juga tertidur setelah setengaha jam lebih.Cara menoleh ke belakang. “Kau belum tidur?”Ethan memutar tubuh Cara menghadapnya. “Apa yang sedang kau pikirkan?”“Hmm, bukan hal yang penting,” senyum Cara.“Tetapi mengganggumu.”Cara menghela napas rendah. Masih dengan senyum yang tersungging lebar, telapak tangannya menyentuh wajah Ethan. Mengusapkan jemarinya di rahang Ethan dengan lembut. “Seberapa pun kerasnya aku berusaha tak memikirkan semuanya, semua itu hanya semakin menggangguku, Ethan. Apa yang sebenarnya terjadi?”“Aku tak mungkin di sini jika rencana Zevan memang berhasil, Cara.”“Kenapa dia melakukan semua ini padamu? Pada Cheryl? Juga padaku dan anak …” Kalimat Cara seketika terhenti.Mata Ethan memicing tajam. Ekspresi wajah pria itu seketika berubah tegang. “Apa yang dilakukannya padamu?”Cara mengerjap. C

  • Kembalinya Sang Istri Sah   70. Tidak Ada

    Arman Anthony menunggu di balik pintu kaca gelap yang ada di sampingnya, ketika pintu itu bergeser membuka, sang cucu melangkah keluar dari ruang interogasi bersama seorang pria berjaket hitam dengan tubuh besar yang menampilkan sikap dan ekspresi datar sebelum berjalan meninggalkan cucu dan kakek tersebut.“Kenapa aku tak terkejut?” Ethan bergumam rendah. Kedua pengacaranya memberikan satu anggukan hormat pada Arman Anthony, kemudian berpamit pergi bersama dua pengacara kiriman sang kakek yang berhasil membawanya keluar dari ruangan tersebut. “Aku bisa melakukannya sendiri. Apakah Mano yang membuat masalah? Atau Zaheer? Ck, mereka begitu tak sabaran.”“Kenapa kakek pun tak terkejut kau tak mengucapkan terima kasih, Ethan.”Ethan mendesah pelan. Ada kejengahan yang tersirat di kedua mata abu gelapnya. “Karena aku tahu bukan itu yang kakek inginkan dariku.”Arman tersenyum tipis. “Sepertinya mereka tidak memberimu makanan yang layak. Kakek akan mak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status