Home / Romansa / Kembalinya Sang Istri Sah / 4. Kembali Menjadi Tahanan

Share

4. Kembali Menjadi Tahanan

last update Last Updated: 2024-10-12 07:49:20

‘Kau hamil, kan?’ Ethan melempar testpack di tangannya ke wajah Cara.

Cara menunduk, menatap stik kecil yang mendarat di samping sepatunya. Dengan dua garis sebagai hasilnya.

‘Apakah itu mlilikku?’ dengus Ethan.

Cara menelan ludahnya. Kata-kata Ethan memang menyakitkan, tetapi ada fakta yang lebih buruk daripada keraguan pria itu sendiri. Ia tak sudi mengandung anak pria berengsek itu. ‘Kau menemukannya?’

Ethan menggeram dengan dagu Cara yang sedikit terangkat ke arahnya. Sengaja menantangnya dan amarahnya memang semudah itu tersulut oleh Cara. Tangannya menangkap pundak gadis itu dan mendorongnya ke dinding. Menghimpit tubuh mungil tersebut dengan tubuh besarnya hingga Cara kesulitan bernapas.

‘Apakah itu milik Zevan?’

Cara membalas tatapan Ethan dengan keberanian yang hanya seujung kuku. Amarah Ethan memang semengerikan itu. ‘Ya. milik Zevan.’

-Masa sekarang-

Kegelapan menyemburat di seluruh permukaan wajah Ethan hanya dalam hitungan sepersekian detik. Sementara wajah Mano dan Zaheer memucat. Napas keduanya tertahan oleh ketegangan yang seketika membentang di antara Ethan dan Zevan. 

“Kenapa kau begitu terkejut, Ethan?” Zevan yang pertama kali memecah kesunyian tersebut. “Sepuluh tahun kami bersembunyi darimu, kau pikir kami hanya bermain rumah-rumahan?”

Cara melompat berdiri begitu pegangan Ethan melonggar. Berusaha mendapatkan napasnya di tengah situasi yang semakin memburuk. Ketika Ethan melompat ke arah Zevan. Dengan satu tinju mendarat tepat di hidung.

Tubuh keduanya ambruk, jatuh ke lantai dengan suara yang keras. Ethan memang ahli bela diri, tetapi Zevan pun juga memiliki cukup ilmu bela diri yang mumouni untuk melawan Ethan. Dua pukulan mengenai rahangnya sebelum ia berhasil menjatuhkan tubuh Ethan ke samping. 

Cara tak sempat mencerna keterkejutannya. Memekik keras melihat baku hantam yang semakin menjadi sementara Mano dan Zaheer menyaksikan pertengkaran tersebut dengan sikap santai.

“Sebaiknya kau tak ikut campur, Cara,” peringat Mano ketika kaki Cara bergerak maju. “Kau tak setolol itu.”

“Persetan dengan kalian.” Cara mengabaikan peringatan tersebut. Posisi Ethan kembali unggul meski darah menghias ujung bibir pria itu. Duduk di atas perut Zevan. Satu pukulan mendarat di hidung Zevan yang dipenuhi darah, kemudian beranjak berdiri dengan mencengkeram kerah sang sepupu. Mengangkat dan membanting tubuh Zevan ke kursi, jatuh kembali ke lantai.

“Kau pikir aku percaya omong kosongmu?” Ethan kembali mendekat, berjongkok di depan Zevan, yang malah meludahkan darah ke arah Ethan.

“Bukankah kau selalu berbagi wanitamu dengan kami semua?”

Ethan menggeram. Wajahnya benar-benar tak bisa lebih gelap lagi.

Zevan tertawa, mendorong tubuh Ethan yang semoat lengah hingga tersungkur ke belakang. Menghambur ke arah Ethan sebelum pria itu sempat bangun dan dua pukulan menghantam perut serta wajah sebagai balasan. “Aku tak tertarik dengan mantan-mantanmu. Tapi … kau tahu Cara selalu menjadi pengecualian untukku, kan?”

Amarah yang mendidih di ubun-ubun Ethan berhasil mendongkrak amarahnya. Tubuh Zevan kembali dibanting dari atas tubuh Ethan, yang kemudian bangkit berdiri dengan suara menggelegar. Mengambil kursi di sampingnya dan melemparnya ke arah Zevan yang tak sempat menghindar.

Dan kali ini, apa yang dilakukan oleh Ethan berhasil membuat Mano dan Zaheer terkejut. Kursi tersebut mengenai kepala Zevan. Yang tiba-tiba meluruh dan tak bergerak, sementara darah mengalir dari pelipis pria itu. Erangan Zevan mulai melemah, sebelum kemudian kedua matanya terpejam.

Pekikan keras Cara terbungkam oleh telapak tangannya, melompat ke arah Zevan dengan tangisan yang semakin menjadi. Kedua tangannya terulur, membawa kepala Zevan ke pangkuannya. “Z-zevan? Zevan, bangun!”

“Ethan.” Zaheer menahan lengan Ethan yang masih berapi-api. Apa yang dilakukan Cara di hadapan mereka kembali menyulut kecemburuan pria itu. 

Ethan menyentakkan tangan Zaheer. Menyambar lengan Cara dan menyeret wanita itu menjauh.

“Lepaskan!” Cara tak memedulikan lengannya yang hampir remuk oleh pegangan Ethan. Memberontak dari seretan Ethan.

Ethan cukup kewalahan dengan penolakan sekaligus kemarahan Cara. Isakan wanita itu yang menangisi Zevan membuatnya semakin berang bukan main. Ia menyentakkan lengan Cara, dan hanya dalam satu gerakan ringan, tubuh wanita itu dipanggul di pundaknya. Tendangan dan pukulan Cara tentu saja bukan hal yang sulit untuk ia terima. Malah pemberontakan tersebut hanya menyakiti diri wanita itu sendiri.

Tubuh Cara dibanting ke dalam jok belakang mobil, menyusul Ethan yang kembali menangkap pinggang Cara yang masih tak menyerah untuk melarikan diri.

“Semakin kau memperlihatkan kepedulianmu padanya, dia akan menerima lebih banyak hukuman untuk membayar ketidak patuhanmu, Cara,” ancam Ethan. Menangkap rahang Cara yang dibanjiri air mata. 

“Kenapa? Kau ingin membawaku ke rumah sakit? Untuk menggugurkannya. Seperti yang kau lakukan dulu?”

Kedua mata Ethan yang mendelik tampak memerah. Membara oleh amarah yang masih bergemuruh di dadanya. “Kau tahu tubuhmu adalah milikku, Cara. Termasuk rahimmu.”

“Ya, maafkan aku menyerahkan milikmu pada pria lain yang lebih bisa menggetarkan hatiku. Yang tak pernah kau miliki.”

Cengkeraman Ethan semakin menguat.

“Kau masih saja bersikap kekanakan.”

“Ya, dan aku masih berengsek dan gila seperti sepuluh tahun yang lalu. Tak ada yang berubah, Cara. Kau masih istriku yang manis.”

Cara menggunakan kedua tangannya untuk melepaskan wajah dari cekalan Ethan, usahanya sia-sia. Tetapi kemudian Ethan menyentakkan wajahnya menjauh dengan kasar.

Ethan hanya mendengus tipis melihat Cara yang langsung beringsut menjauh begitu terlepas dari dirinya. Meski tak lagi melakukan ketololan lainnya seperti melompat keluar dari dalam mobil, suara sesenggukan wanita itu masih terdengar hingga mobil berhenti di basement rumah sakit.

“Turun.” Ethan turun lebih dulu dan mengulurkan tangan kea rah Cara.

Cara mengedarkan pandangan ke sekeliling mobil. Hanya ada mobil-mobil lainnya yang terparkir dan lambang AMC yang begitu familiar membuatnya tersadar bahwa mereka berada di gedung rumah sakit milik Anthony Group.

Cara menggeleng, beringsut menjauh hingga punggungnya membentur pintu mobil. Pintu mobil yang tak dikunci memberinya kesempatan untuk keluar dari sisi yang lain.

“Jika kau berani mengambil satu langkah untuk melarikan diri, kupastikan akan mematahkan kakimu, Cara.”

Cara tentu saja tak mendengar peringatan tersebut. Sebelum Ethan menutup mulut, wanita itu sudah mendapatkan langkahnya yang ketiga. Suara tembakan yang tepat mengenai kaki kiri membuat tubuhnya berguling ke samping. Mengerang kesakitan. Begitu menemukan rasa sakit tersebut dengan kedua matanya, darah mengucur dari tempat peluru bersarang. Ancaman Ethan memang tak pernah menjadi sebuah omong kosong.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 3

    My Lovely Wife“Jadi apa yang kau katakan?”Ethan menggeleng. “Ponselku berdering. Theo sudah di bawah.”Zaheer hanya manggut-manggut. “Tapi menurutmu sampai kapan dia akan berpikir dirinya masih hamil?”“Kapan pun itu, tak akan lama. Ck, aku tak tahu kehamilan. Menurutmu berapa minggu perut harus terlihat besar?”“3-4 bulan biasanya sudah mulai terlihat perkembangannya. Seperti Yang dikatakan Cara. Apalagi ini kehamilan keduanya.”Napas Ethan tertahan sejenak. “Aku tak tahu bagaimana cara memberitahunya.”“Kau akan menemukannya.” Zaheer mengedikkan bahu. “Seperti biasanya.”Ethan tak membalas.“Setelah keguguran itu, rahimnya juga sudah kembali normal.”Tambahan penjelasan Zaheer yang sudah diketahuinya itu membuat Ethan semakin dilanda dilema. Tak ada cara selain menghadapinya. Cara memang perlu tahu.Pada akhirnya, setelah empat hari masih dalam pengawasan intens dokter Faryal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 2

    Jangan Meninggalkan Kami“E-ethan?” lirihnya dengan suara yang lemah. Tenggelam di antara isakan Ethan yang mulai membasahi punggung tangannya, yang menempel di wajah pria itu. Cara mulai menepikan rasa pusing yang menggelitik kepalanya. Entah bagaimana ia berada di tempat ini, terbangun dan menemukan Ethan yang terisak di sampingnya.‘Kami benar-benar membutuhkanmu, sayang.’ Bisikan yang diucapkan dengan penuh permohonan tersebut adalah kalimat pertama yang menyambutnya begitu kesadaran perlahan mulai muncul dan menguasainya. Istriku. Itu adalah panggilan terindah yang pernah diucapkan oleh Ethan. Dengan penuh ketulusan yang menghangatkan dadanya. Akan tetapi, kenapa suara Ethan terdengar begitu sedih? Kenapa pria itu bahkan … menangis? Tangannya mulai bergerak pelan. Menatap kepala Ethan yang masih tertunduk dengan menggenggam tangannya. Genggamannya semakin kuat, tetapi setidaknya tangannya masih bisa digerakkan, untuk mendapatkan perhatian Ethan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 1

    Kembalilah, Kami Membutuhkanmu“Mama masih tidur?” gumam Cheryl, menjatuhkan kepalanya di pundak sang papa. Sementara Darrel yang berdiri di samping Ethan hanya menatap lurus pada ranjang pasien. Tempat sang mama berbaring dengan mata terpejam. Dengan dua mesin di samping kanan dan kiri ranjang yang mengeluarkan bunyi konstan, terhubung dengan tubuh rapuh Cara sebagai penunjang hidup. Sementara ketiganya berdiri di balik dinding kaca. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ethan merasakan genggaman tangan Darrel yang menguat. Pertanyaan Cheryl juga pertanyaan yang tak diucapkan sang putra. Sekaligus pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya. Mereka masih menunggu. Berharap di tengah keputus asaan yang seolah tak ada ujungnya.“Sudah lima menit.” Ethan lebih memilih mengalihkan pembicaraan.  Ini sudah kedua kali Cheryl meminta tambahan lima menit setelah tiga puluh menit rutinitas yang wajib mereka lakukan setiap hari ini.Cheryl tak menjawab, t

  • Kembalinya Sang Istri Sah   75. Berakhir (End)

    “Tuan?” Suara benda jatuh dari seberang mengaktifkan sikap siaga Theo. Tubuh pria itu menegang. Menyusul erangan sang tuan yang seolah mengumpat dan suara lain yang terdengar.‘Kau bersama Cara?’Ujung mata Theo melirik ke samping. Menyadari sang nyonya yang tiba-tiba peka dengan keterkejutannya. Tatapan keras wanita itu melirik ponsel yang masih menempel di telinga.“Aku ingin bicara dengan Ethan. Berikan padaku.” Tangan Cara terulur, tetapi reaksi Theo tentu saja bergerak menjauh. Untuk selanjutnya ia membeku dengan suara Zevan dari seberang.‘Well, turuti kemauannya atau kepala bosmulah yang kulubangi selanjutnya.’‘Sialan kau, Zevan!’ umpat sang tuan yang tertahan.‘Kenapa kau begitu percaya diri kalau dia akan menyelamatkanmu, Ethan? Meski Cara bisa, dia tak akan melakukannya.’Mata Theo terpejam dengan percakapan yang terdengar. Sembari kepalanya berpikir keras mencari cara menyelamatkan sang tuan. Kepala pengawal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   74. Patah Hati

    Suara dering ponsel yang terdengar dari balik pintu mengalihkan perhatian Ethan dan Mano. Ethan beranjak dan gegas mendekati pintu ruangannya yang didorong terbuka oleh Cara sebelum ia sempat menyentuh gagang pintu.“Ponselmu sejak tadi berbunyi. Sepertinya ada urusan yang penting.” Cara mengulurkan benda pipih tersebut. Memuji dirinya sendiri akan suaranya yang keluar setenang air danau meski hatinya terasa remuk redam.Ethan menunduk, menatap nama Bianca. Tak biasanya wanita itu menghubunginya malam-malam begini. Dan melihat riwayat panggilan yang menunjukkan belasan panggilan tak terjawab, sepertinya ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir dua kali, ia menjawab panggilan tersebut.“Ada apa?”Ethan mengerjap terkejut, kepalanya berputar dan langsung bertatapan dengan Mano. Keseriusan merebak di seluruh permukaan wajahnya, mengirim pesan pada Mano yang langsung menangkap sinyal tersebut dan menghampirinya.“Kita harus ke rumah sakit,” uc

  • Kembalinya Sang Istri Sah   73. Pernikahan Bisnis

    “Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Zevan memecah ketegangan yang membentuk di sekitar keempat orang tersebut.Cara mundur satu langkah. Zevan yang berdiri di hadapannya bukan lagi Zevan yang ia kenal. Ah, ia tak pernah benar-benar tahu siapa Zevan yang berdiri di depannya saat ini juga sebelum-sebelumnya.Pandangan Zevan melirik kedua anak buah Ethan yang ada di samping kanan dan kiri Cara. Tak perlu bertanya apa yang ada di balik jas kedua pria besar dan tinggi tersebut. Akan tetapi … pandangannya beralih pada Cara. Satu-satunya yang paling lemah dan kesempatan yang dimilikinya untuk menghancurkan Ethan.Ia menekuk lututnya, memastikan raut penyesalan dan menyedihkan yang sempurna sebelum berbicara dengan penuh permohonan. Zevan melepaskan jaket hitamnya dan mengangkat kedua tangan pada dua pria tersebut, menunjukkan tak ada ancaman apa pun yang akan dilakukannya pada Cara.“Hanya lima menit,” ucapnya menatap lurus kedua mata Cara. “Mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status