Share

Kenyataan di Luar Nalar

________

Semuanya mendadak tercengang mendengarkan pernyataan gila dari Leander. 

"Ternyata benar katamu, kak. Apa yang kamu katakan tidak masuk akal!" ucap Leksa, adik perempuannya itu.

Melihat hal itu, Leander mewajarkannya. Karena memang benar bahwa manusia biasa bisa memiliki kekuatan seperti itu sangatlah tidak masuk akal. Namun, itu adalah pemikiran Leander beberapa tahun yang lalu sebelum merasakan pahitnya dunia. 

"Hahh... kau benar, Leksa," balas Leander dengan tersenyum. Dan mendadak, Leksa merasa seperti telah melakukan suatu kesalahan. Dia membuang muka ke samping.

"A-Aku hanya mengatakan yang sebenarnya...."

"Apa yang kamu katakan itu tidak salah. Dan semua yang ada di sini pasti juga sependapat denganmu. Tapi, aku akan mengatakannya sekali lagi. Aku... benar-benar memiliki kekuatan spesial yang ada di luar nalar itu," ucap Leander dengan penuh keyakinan.

Keluarga Leander langsung bingung mendengar pernyataan tersebut. Mau dibilang lelucon, tapi sepertinya Leander serius. Mau dibilang serius, itu terlalu tidak masuk akal. Mungkin dia terlalu lelah hingga akhirnya bicara omong kosong.

"Nak, sepertinya kamu kelelahan. Istirahatlah!" ucap sang ayah. 

"Ayah... apakah ayah senang dengan kehidupan kita sekarang?" tanyanya tak menggubris perkataan Finn sebelumnya. Dan Diana--Ibu Leander-- nampak bingung dengan situasi dan alur pembicaraan saat ini. Jadi, dia hanya diam sambil meletakkan tangan kirinya pada bahu si sulung. 

"Tidak.  Siapa yang akan bahagia dengan kehidupan seperti ini?" balasnya dengan raut wajah kesedihan yang tergurat tipis mencoba tegar. 

"Lalu, jika aku berkata bahwa ada sebuah cara untuk menyelamatkan keluarga kita dari wabah ini, apakah ayah akan mengambil cara itu?" tanyanya lagi.

"Tentu saja. Tapi, ayah rasa itu tidak mungkin, karena bahkan pemerintah belum bisa menemukan solusinya."

"Ayah... saat aku terbangun dari tidur, aku merasa sudah sangat lama tidak melihat kalian semua. Aku rindu setelah sekian lama sendirian di dunia yang penuh kehancuran di mana-mana."

Semuanya diam mendengar keluhan Leander tersebut. Mereka diliputi kesedihan. Entah kenapa, Leander yang saat ini berbicara nampak sangat berbeda dengan dirinya yang biasa. Dia nampak lebih... kelam?

"... Apakah kamu bermimpi hal itu sebelum bangun? Itukah mengapa kamu berbicara hal tidak masuk akal barusan?" tanya Finn.

Leander terus mengabaikan perkataan Finn dan melanjutkan ceritanya. 

"Ayah... di mimpiku, kalian semua telah tiada dan meninggalkanku sendirian di dunia ini. Dan  dunia ini berubah menjadi mengerikan. Aku juga hampir mati di mimpi itu, tapi seseorang menyelamatkanku. Dia memberiku kekuatan besar hingga aku bisa berdiri di puncak kehidupan juga. Tapi, setelah semua pencapaianku itu, aku baru menyadari bahwa tak ada lagi kalian yang akan melihatku berhasil. Seketika hatiku terasa hampa dan aku terbangun dari mimpi itu."

Diana langsung memeluk Leander dengan penuh kasih sayang.

"Nak, mana mungkin kita akan meninggalkanmu sendirian di dunia ini...," lirih Diana.

'Ibu juga mengatakan hal itu di masa lalu, tapi ibu tetap pergi bersama yang lain meninggalkanku sendirian,' balas Leander dalam hatinya. 

"Leander, ayah tahu kamu lelah dengan keadaan kita sekarang. Tapi, pasti pemerintah akan segera menemukan solusinya untuk itu," timpal Finn dengan senyuman yang dipaksakan. Melihat hal itu, Aleksi juga ikut setuju dengan ayahnya, sedangkan Leksa hanya diam saja.

'Nyatanya, wabah ini adalah sebuah tes bertahan hidup untuk mereka yang terpilih, ayah. Bahkan pemerintah sekali pun tidak akan bisa menemukan solusinya.'

"Ayah, aku tidak lelah ataupun gila seperti yang kalian khawatirkan. Hanya saja, itu memang bukan sekedar mimpi biasa," ucap Leander. Kemudian dia tersenyum. "Sepertinya tuhan masih sayang kepada kita."

"Tuhan memang masih sayang kepada kita. Karenanya kita masih hidup sampai sekarang," balas Diana.

"Benar. Karena itulah kita akan hidup sekarang dan di masa depan!!"

"..." Semuanya langsung terdiam.

"Kalian mungkin masih berpikir bahwa semua itu hanyalah omong kosong. Kalau begitu, biarkan aku menyingkirkan wabah ini dari tubuh kalian," lanjut Leander sambil menyentuh dadanya. Lebih tepatnya dia sedang merasakan detak jantungnya sendiri.

"Apa yang kakak bicarakan? Menyembuhkan wabah kita semua? Bahkan kakak sendiri juga terkena wabah itu dan belum sembuh, lantas bagaimana kakak akan menangani wabah kita semua? Jika hanya berkata seperti itu, aku pun bisa," ucap Aleksi ikut unjuk suara.

Mendengar hal itu, Leander tertawa.

"Ha... Hahaha... benar! Kalau begitu, aku akan menunjukkan buktinya...."

"Bukti?"

"Bukti bahwa aku mampu melakukannya."

Leander langsung mengarahkan kedua tangannya ke dua arah yang berlawanan. Satunya ke arah pintu, dan satunya lagi ke arah jendela. "Tembak...!!" ucapnya setelah berhenti tertawa dengan wajah serius.

Dan--CRACKK...!!

Dua buah jarum tajam yang terbuat dari dark ice langsung melesat ke dua arah tersebut. Itu menancap kuat pada pintu dan jendela.

"...!!"

Seluruh keluarganya langsung terkejut melihat hal itu. Mata mereka terbelalak tak percaya dengan apa yang barusan mereka lihat. Namun, semuanya tak hanya berhenti di situ saja. Leander masih melanjukan aksinya tersebut.

"Mekar...!!" ucapnya dengan mata ungu yang berkilat tajam. Seketika, jarum es tadi langsung bermekaran seperti bunga mawar hitam yang terkena pantulan sinar rembulan hingga menutupi jendela dan pintu.

Ssshhh...!!!

Hawa dingin langsung menyebar di ruangan itu bersamaan

"... A-Apa yang terjadi?" tanya Leksa mengikuti pergerakan skill Leander yang bergerak barusan. 

Setelah itu, Leander menurunkan tangannya. Dan semua orang langsung menatap tak percaya ke arahnya.

"Seperti yang aku katakan... aku benar-benar memiliki kekuatan...."

Leander menguarkan aura menakutkan. Tak ada lagi waktu untuk basa basi. Dia harus segera memberikan Darah Pembangkit kepada mereka. Karena tak ada cara lain untuk menyelamatkan mereka selain dengan cara tersebut.

Dan alasan Leander mengungkapkan langsung kekuatannya kepada mereka adalah untuk memenuhi syarat penggunaan skill tersebut. Karena skill itu tidak bisa digunakan kepada orang lain tanpa izin mereka. Maka dari itu, dia membongkarnya sejak awal tentang kekuatannya Tersebut kepada keluarganya.

Gulp...!!

"Ka-Kakak benar-benar mengeluarkan es berwarna hitam," celetuk Aleksi. Sedangkan ayah dan ibunya masih tercengang dengan kejadian barusan.

'Apa baru saja aku melihat putraku menembakkan jarum es dari tangannya?,' pikir Finn bertanya-tanya pada diri sendiri.

'Apa aku sedang berhalusinasi?' pikir Diana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status