Tuan Kasim kemudian berbisik. "Sepertinya kartu saya di blokir. Uang tunai saya tidak cukup," aku Tuan Kasim kepada Tuan Rudy.Tuan Rudy menghela napas. "Saya tidak membawa dompet," sahutnya.Lucy melihat itu lalu memgeluarkan dompetnya. "Biar aku yang bayar!" Melihat Lucy ingin membayar semua tagihan itu, Radit mencegahnya. "Loh, kok jadi kamu yang bayar? Bukankah Tuan Kasim yang awalnya mentraktir kita semua?"Lucy menatap tajam ke arah Tuan Kasim. "Ini tidak percuma. Aku anggap ini hutang yang harus segera ia bayar!" Wajah Tuan Kasim merah menahan malu. Sementara Radit tersenyum meledek. Nyonya Winey dapat melihatnya."Dit! Harusnya kamu sebagai suami yang bayar, bukan malah Lucy. Bagaimana sih?!" cemoohnya."Ibu, sudahlah. Radit kan masih kuliah, belum bekerja," bela Lucy. Ia lalu menyodorkan kartu miliknya kepada pelayan. Bersamaan dengan itu, Radit menyodorkan pula kartu hitam miliknya.Lucy menoleh. Ia kaget bercampur bingung."Ibu mertua benar. Biar kali ini aku yang bayar.
Nyonya Winey sedikit gelisah saat Tuan Kasim mulai mengancam akan berhenti menjadi investor bisnis suaminya. Dia lalu membujuk Tuan Kasim kembali."Ayolah, jangan gubris ucapan menantuku itu."Nyonya Winey kembali mengarahkan pandangannya kepada Radit."Dit, tidak ada salahnya untuk ikut Tuan Kasim ke perusahaan temannya. Sekalipun OB, Perusahaan Pionir Grup merupakan perusahaan induk terbesar di Asia. Gajinya pasti tidak sedikit." Melihat ibu mertuanya tetap condong kepada Tuan Kasim, Radit tidak ada pilihan selain mengalah dan mengikuti kemauan mertuanya. "Baiklah, aku akan ganti baju dan bersiap-siap."Radit kemudian mencoba menghubungi Tuan Brando. Sebelumnya perusahaan itu terdengar tak asing di telinga Radit. Dia hanya harus memastikan jika benar perusahaan itu bukanlah perusahaan milik keluarga Cakranomoto."Jadi Tuan akan ke kantor?" tanya seseorang di seberang sana."Ya, seseorang mengajakku untuk melihat perusahaan itu. Apakah benar itu milik Keluarga Cakranomoto?" "Ya. T
"Baiklah, Nona Key. Segera saya akan ajak ke ruangan Anda," sahut Tuan David.Tak lama rombongan itu pergi. Nona Keyla dan beberapa staff penting lainnya mengantarkan Tuan Presdir ke depan pintu lobby. Hingga akhirnya Tuan Presdir pergi dengan mobil Alphardnya bersama Tuan Brando. Radit turut melihat kepergian orang yang diduga kakeknya dengan perasaan berdebar.****Tuan David akhirnya membawa Radit ke ruangan Nona Keyla. Wanita berusia 30 tahunan itu duduk manis di kursi kerjanya. "Nona Key, ini pemuda yang akan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di toilet pria," ucap Tuan David.Nona Keyla menatap Radit. "Apakah kamu membawa CV?"Radit menggeleng.Tatapan Nona beralih kepada Tuan David. "Apakah mekanisme di perusahaan seperti ini? Menerima calon karyawan tanpa ada cv? Lalu bagaimana Tuan David bisa melihat background pria ini?" Tatapannya sinis ke arah Tuan David."Maaf, Nona. Sebenarnya hari ini teman saya membawanya kemari untuk mengenalkan kepada saya saja. Belum sampai ke ta
Radit menatap Tuan Mandala. "Ibuku sangat membenci keluarga Cakranomoto. Dia melarangku menemui Anda.""Sudah seharusnya ia membenci kami." Kesekian kaliny Tuan Mandaala menghela napas dengan berat."Mengapa baru sekarang mencariku? Bukankah ayahku sudah mendapatkan anak laki-laki dari perempuan itu? Harusnya dia yang menjadi ahli waris, bukan?""Entah kau percaya atau tidak. Aku baru tahu jika ibumu bercerai saat mengandungmu. Menurutmu mengapa kau bisa masuk universitas terkenal di negara ini? Semua sudah ku atur agar aku bisa menemuimu disaat yang tepat."Radit mencoba mencerna perkataan Tuan Mandala. Kalau dipikir, benar saat itu dia merasa gagal menjawab tes beasiswa tahap akhir. Ia pun sangat terkejut, namanya lolos seleksi padahal dia sudah patah semangat saat itu. "Jadi waktu itu ....""Sebenarnya sudah lama kakek tahu soal kamu. Saat kamu kecil, beberapa kali kakek membujuk ibumu untuk kembali, tapi dia menolak. Dia selalu membawamu berpindah-pindah untuk menghindariku. Akhi
"Bagaimana kalau cari rumah kontrakan baru. Biar bulan pertama, aku yang bayar. Aku masih punya tabungan sedikit." Akhirnya Lucy buka suara. Daritadi kupingnya merasa pengang mendengar ibu memarahi dan memaki Radit. Radit menatap Lucy penuh rasa bersalah. "Tapi bukannya sisa tabungan itu untuk biaya kamu terapi?"Lucy mendesah pelan. "Dokternya belum kembali dari penelitiannya di luar negeri. Gunakan saja dulu.""Kamu benar-benar menyusahkan kami. Lihat tuh, istrimu. Dia sampai mengorbankan sisa tabungannya. Kau harus membayarnya setelah gajian pertamamu. Bukan gratis!" Nyonya Winey masih saja bernada sengit."Gajian pertama? Tunggu dulu, apa Radit bekerja?" Lucy menatap ibunya dengan Radit bergantian.Nyonya Winey menyeruput teh di cangkirnya. Lalu meletakkannya kembali ke meja sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu."Tuan Kasim memberinya pekerjaan. Kenalannya berada di dalam perusahaan Pionir Grup, sehingga mudah saja menerima Radit yang bukan lulusan sarjana masuk di sana.""Ap
Tak lama Radit keluar dari toilet, ia menuju ke lobby kembali. Karyawati dari front office langsung mendatangi tempat duduknya dan mengatakan jika Nona Keyla sudah berada di ruangannya dan sedang menunggu Radit. Raditpun bergegas menuju lantai 5 sesuai arahan karyawati tadi.Tiba di lantai 5, Radit menemui satpam yang berjaga untuk mengantarkannya ke ruangan Nona Keyla. Hanya butuh hitungan detik, kini Radit sudah berhadapan langsung dengan wanita cantik dan seksi itu.Radit menyerahkan CV sesuai permintaan Nona Keyla. "Jadi, kamu akan saya tempatkan di bagian administrasi manajemen SDM. Saya lihat dari CV-mu, kamu cocok di posisi itu. Dan saya dengar dari seseorang, kamu ingin magang di kantor ini. Saya rasa kami bisa menerimamu." Tanpa banyak basa-basi Nona Keyla langsung menerimanya di posisi yang benar. "Mengapa Anda menaruh saya di bagian itu sementara lowongan yang kosong dari bagian HRD mengatakan adalah tukang bersih-bersih toilet?"Nona Keyla mencondongkan tubuhnya ke meja
"Jadi kenapa pemuda yang bernama Raditya Cakra menjadi tukang bersih-bersih? Bukankah saya sudah mengatakan taruh dia dibagian administrasi di perusahaan ini!" Tuan Mandala menatap sengit kepada dua orang pegawai di hadapannya.Mereka adalah Nona Keyla dan juga Tuan David. Tuan Brando yang berada di samping kursi Tuan Mandala berusaha menenangkan sang presdir."Sa–saya tidak tahu, Pak. Nona Keyla yang mewawancara dan langsung menempatkan pemuda itu." Kali ini Tuan David langsung membela diri. "Pemuda itu sudah saya tawarkan, Pak. Hanya dia menolak. Dia merasa belum berpengalaman. Dia yang memilih untuk menjadi tukang bersih-bersih," jelas Nona Keyla."Dan kamu mengiyakan? Kamu atau dia yang memiliki wewenang, hah? Kenapa kamu lebih menurut kepada pemuda itu daripada perintah saya?" bentak Tuan Mandala. Ia sungguh tidak suka dengan situasi tadi. Melihat cucunya harus menjadi tukang bersih-bersih adalah penghinaan besar baginya.Nona Keyla menunduk. Ia ketakutan. Matanya berair. "Maa
"Pak Direktur, selamat siang." Tuan Brando langsung membungkukkan badannya menyapa Tuan Husen yang baru saja tiba di sana."Sepertinya antara Anda dengan ayahku sudah sangat akrab sekali dengan pemuda itu. Hm, kemana dia?" Tuan Husen melirik kesana kemari."....""Apakah ayahku memerintahkanmu kemari dan bertemu pemuda itu, Tuan Brando?""Ya. Tuan besar hanya memintaku mengawasi tuan muda saja.""Ck. Jangan panggil dia tuan muda di hadapanku. Siapa yang tahu dia keturunan Keluarga Cakranomoto atau bukan. Putraku hanya satu. Dia adalah penerus di keluarga ini. Tidak ada yang lain selain Haris," sanggah Tuan Husen dengan pedas."Maaf, Pak Direktur. Anda sendiri sepertinya sedang mencari seseorang kemari?" "Ya. Aku mencari pemuda itu. Aku hanya ingin menanyakan tujuan dia muncul di sini demgan memgaku-aku sebagai putraku." Mata Tuan Husen menatap tajam ke arah Tuan Brando. "Namun, sayang sepertinya dia sudah pergi sebelum aku tiba," lanjutnya sambil keluar dari ruangan meninggalkan Tuan