Home / Romansa / Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang / Bab 2 Bayi itu hidup atau mati?

Share

Bab 2 Bayi itu hidup atau mati?

Author: Queen Laucla
last update Last Updated: 2023-12-16 22:05:25

Megan tersenyum saat melihat Nares yang begitu cantik dengan gaun putih tulang itu. Rasanya ia tak sabar untuk kembali menyentuh istrinya. Lelaki itu memeluk Nares, mengecup leher jenjang wanita muda itu. Nares berpaling seakan ingin memberitahu Megan jika ia tak ingin. Tapi Megan bukanlah lelaki yang bisa ditolak begitu saja. 

"Sudah lama, Nares. Aku sangat rindu padamu." Megan berbisik di sisi telinga Nares, mengecup daun telinga wanita itu. Nares tidak menjawab, hatinya telah pahit karena perlakuan Megan lima tahun lalu kepada salah satu putranya. Ia bahkan tak memberi reaksi kepada Megan. 

"Bagaimana kalau kita pergi ke sebuah tempat, Sayang. Kita habiskan malam berdua di tempat itu. Kau sangat menyukai laut, bukan? Aku bisa menyewa villa di sana kalau kau mau." tawar Megan sembari mengusap kedua lengan terbuka wanita itu. 

"Aku tidak ingin pergi, Megan." Nares menjawab lirih, ia bahkan tak ingin menatap wajah lelaki itu. 

"Mau sampai kapan kau begini, Nares? Kau tidak peduli padaku. Kau bahkan jarang bicara denganku dan kau juga... Melakukan itu dengan malas. Aku menyadarinya, hanya aku tidak ingin berdebat denganmu." Megan meraih dagu Nares membuat wanita itu menatap padanya. 

"Apa yang kau lakukan ini karena anak itu, Nares? Tidakkah kau bisa mengerti sedikit saja?" 

Nares berpaling, menjauhkan tangan Megan dari wajahnya. "Apa yang harus kumengerti? Tentang putraku itu, Megan?" Mata Nares menatap tajam, sesuatu yang belum pernah ia tujukan kepada suaminya. 

"Aku hanya ingin menghindari masalah, Nares. Dua orang tidak akan bisa mengelola bisnis yang sama. Bisnis itu justru akan hancur kalau memiliki dua kepala. Aku hanya ingin menyelamatkan bisnisku."

Nares menggeleng pelan, apa yang dikatakan Megan sangat tak bisa ia terima. "Bahkan dengan kehilangan satu putramu?" 

Megan mengangguk, "Ya, bukankah aku menjadikan anak itu pahlawan? Seseorang harus mengalah, bukan?" 

"Aku tak memahami jalan pikiranmu, Megan. Kalau hanya soal itu, kau bisa memberinya bisnis lain."

"Tidak semudah itu, Nares. Jika aku memberi yang satu kekuasaan lebih dari yang lain. Maka yang satu tak akan terima dengan itu. Seperti yang kau tahu, bisnisku berada di dalam tanganku secara mutlak. Aku pemegang saham terbesar di sana. Dan kelak akan kuberikan kepada Thanos. Aku tidak akan membaginya untuk yang lain." Megan mengatakan itu sambil menatap Nares lekat, bola matanya bergerak menelusuri wajah Nares yang pucat. 

Lelaki itu menarik tangan Nares, memintanya untuk  berdiri. "Kau bahkan tak memiliki tenaga untuk bangun, Nares? Mau sampai kapan kau menyiksa dirimu seperti ini?" 

Megan meraih wanita itu ke dalam pelukannya, menyesap aroma wangi dari tubuh Nares. "Aku tidak pernah bisa kehilanganmu, Nares. Kalau kau begini terus, haruskah aku mengganti Sera dengan pelayan lain? Sepertinya gadis itu tidak mengurusmu dengan baik." 

"Jangan lakukan itu, kenapa kau masih mengancamku?" 

Megan tersenyum, ia lantas membawa wanita itu berjalan, "Sudah lama aku tak melihatmu makan dengan lahap, Nares. Tubuhmu terasa begitu ringan, aku tak menyukai itu." 

"Duduklah dan makan, semua ini kusiapkan bagimu." Nares terpaksa menurut, bagaimanapun juga ia masih memiliki rasa takut kepada Megan. Terlebih untuk apa yang telah Megan lakukan. Lelaki itu tak segan untuk menyingkirkan keluarganya sendiri demi uang.

Megan meletakkan beberapa potong daging ke piring Nares, bibirnya mengulaskan senyuman namun matanya menatap tajam. "Makan dan habiskan!"

Nares memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya, tapi ia begitu enggan untuk mengunyah. Bagaimana ia bisa makan kalau sampai saat ini ia tak pernah tahu kabar putranya itu.

"Megan," Nares berkata lirih, semenjak menjadi istri lelaki itu baru kali ini Nares benar - benar tak nyaman.

"Ada apa?" Kali ini Megan melembutkan suaranya, ditatapnya wanita itu dengan teduh. Wajah Megan seketika berubah, kasih sayang jelas terlihat di sana.

"Apakah aku boleh meminta sesuatu padamu?" Nares bertanya walau ia tahu apa jawaban lelaki itu, tapi setidaknya ia sudah mengatakannya.

"Ya, apa yang kau inginkan?"

Nares menatap sayu, matanya tak lagi memancarkan kebahagiaan, wanita itu membuka bibirnya dan mengucapkan kalimat yang membuat mimik wajah Megan berubah tak senang. "Setidaknya beritahu aku di mana anak itu dan apakah dia baik - baik saja sekarang?"

"Sudah kukatakan padamu, harus berapa kali aku menjelaskan ini, Nares! Putramu hanya Thanos, tidak ada yang lain. Anak itu telah mati!"

Nares menjatuhkan garpu dari tangannya, bibirnya bergetar tak percaya. Matanya berkabut dan sosok Megan mulai kabur dari pandangan matanya. Nares terjatuh, namun dengan cepat Megan dapat menangkap istrinya itu.

"Bangun! Kau tidak boleh begini, Nares!" Megan terus memanggil istrinya, sementara Sera terlihat berlari ke luar untuk menyambut kedatangan dokter pribadi mereka.

"Dokter, apakah istriku baik - baik saja?" Megan berkata cemas, sementara dokter itu masih memeriksa Nares.

"Denyut nadinya lemah, sebaiknya ia beristirahat dengan baik." Dokter itu menuliskan resep dan memberikannya kepada Sera.

Nares membuka matanya perlahan saat ia mencium wangi aromaterapi yang menyentuh hidungnya. Wanita itu duduk begitu melihat Megan dan Sera di dekatnya.

"Kau baik - baik saja, kan?"Tanya Megan cemas, meraih tangan Nares dan meletakkan tangan itu di pipinya. Nares menatap Megan, menarik tangannya kasar dari genggaman lelaki itu.

"Kau bilang apa tadi?Anakku sudah mati?!" Nares berteriak membuat Sera terkejut.

"Kendalikan dirimu, Nares! Anak itu hidup atau mati bukan urusan kita!"

Plak!

Nares menampar pipi Megan, sesuatu yang tak pernah Megan bayangkan sebelumnya. Megan mengusap pipinya yang memerah, matanya berkilat saat menatap wanita itu. Megan bangkit, ia ingin membalas perbuatan Nares namun dengan cepat Sera melindungi wanita itu dengan tubuhnya.

"Nares, kau melakukan kesalahan lagi!" ucap Megan dan meninggalkan istrinya dengan marah.

Nares terisak, ia menatap Sera yang kini duduk di depannya. "Itu tidak benar, Sera. Putraku tidak mati!"

Sera mengangguk, "Ya, itu tidak mungkin. Saya sendiri mendengar kalau mereka akan merawat anak itu dengan baik. Tuan pasti sedang marah saat mengatakan itu, Nyonya." Sera mengambil air dan memberikannya kepada Nares.

"Kau benar, Megan pasti berbohong."

"Sebaiknya jangan katakan soal itu kepada Tuan. Saya masih terus mencari anak itu, anda harus bisa menahan diri, Nyonya."

"Sampai kapan, Sera?"

"Saya tidak tahu, tapi saya tetap akan berusaha. Saya berjanji, Nyonya."

"Walau sampai aku menua, Sera. Temukan dia untukku." pinta Nares.

"Ya, saya berjanji, Nyonya."

"Ibu!" Thanos berlari memasuki kamar Nares, lelaki kecil itu lantas memeluk ibunya dan mencium pipi Nares.

"Apakah Ibu sudah sembuh?" Tanya Thanos menunjukkan wajah cemas.

Nares membelai rambut hitam putranya itu, wajahnya terlihat semakin tampan dengan bertambahnya  usia. Terkadang ia menjadi anak manja yang manis, tapi ada kalanya ia menjadi sulit diatur karena Megan selalu membelanya.

"Ibu tidak sakit, Thanos. Kau mengunjungi ibu?" Nares berkata lembut, masih membelai anak itu.

"Ya, kata ayah aku harus menghiburmu, Ibu. Karena aku satu - satunya putra yang kau miliki." Thanos tersenyum dengan begitu manis, tapi senyum itu justru membuat luka di dalam hati Nares semakin lebar. 

"Haruskah aku memberitahumu sesuatu, Thanos?" Gumam Nares, yang tak mampu menatap  wajah manis putranya itu. "Atau haruskah aku memanggilmu dengan nama lain?"

... 

Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa rambut Nares mulai memutih, namun wajah ayunya tak bisa ditutupi meski garis - garis halus terlihat di sana. Dan selama itu Nares tak pernah bertemu dengan saudara kembar Thanos. Ia mulai menyerah, karena harapan untuk menemukan anak itu sepertinya memang tidak pernah ada. Sebesar apakah dia sekarang? Samakah ia dengan Thanos? Atau ia memang telah lama tiada seperti yang Megan katakan dulu? Pertanyaan - pertanyaan itu tak pernah lekang dari kepala Nares, sekuat apapun Megan berusaha agar Nares melupakan anak itu. Dan satu hal yang perlu diketahui, jika cinta Nares untuk Megan sesungguhnya telah lama mati. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 90

    “Apa? Kenapa kalian ingin menangkapku?” Thanos terkejut bukan main saat pihak kepolisian mendatangi rumahnya begitu saja.“Kau terbukti terlibat atas kasus kematian Erica. Pengadilan akan membuka sidangnya lagi,” jawab seorang petugas kepolisan sembari menunjukkan surat perintah penangkapan atas diri Thanos.“Itu tidak benar, kasus itu sudah lama ditutup, kalian bahkan telah memenjarakan pelakunya, bukan?” protes Thanos yang tak terima dengan rencana penangkapan atas dirinya itu.“Orang itu tidak bersalah, maka ia dibebaskan,” sahutnya tegas. Para petugas itu berjalan mendekat, meraih kedua tangan Thanos dan membawanya ke luar.“Benarkah ini? Apa yang akan Anda katakan?” Mata Thanos membulat saat melihat para wartawan itu sudah menunggu di halaman rumahnya, entah dari mana mereka mengetahui semua ini.“Aku tidak bersalah, itu bukan aku!” elak Thanos yang kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mereka begitu saja.“Aku harus menghubungi ayahku,” ucap Thanos ketika mereka melepas

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 89

    “Apakah dia sudah siap?” tanya Megan saat ia memanggil Tunder untuk menemuinya.“Dia masih mempelajarinya, Tuan. Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan tentang wanita itu,” ucap Tunder.Megan menoleh, “Maksudmu Athena?”Tunder mengangguk, “Anda sudah tahu?”“Aku pernah bertemu dengannya, dia wanita yang baik dan berkelas meskipun berasal dari kalangan biasa saja. Thanos sangat menyukainya, tapi ternyata dia memilih Ansel. Apakah sekarang wanita itu tinggal bersama Ansel?” tanya Megan.“Itu benar, Tuan.”“Tampaknya Ansel benar-benar akan menikahi wanita itu. Publik tidak boleh melihat pernikahan mereka. Aku harus bertemu Ansel hari ini. Minta dia menemuiku sekarang,” tukas Megan yang kemudian berjalan meninggalkan Tunder di sana....“Jadi, kau akan menikah dengannya?” Megan menatap tajam ke arah Ansel, meskipun lelaki itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Thanos, ia masih merasa asing.“Ya, pernikahan kami akan digelar beberapa minggu lagi. Aku akan kembali ke Malvarrosa, aku a

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 88

    Brian berlari menemui Zen, lelaki itu sedang berada di kantornya. Brian tampak tak peduli dengan tatapan orang-orang yang memandangnya dengan bingung.“Di mana Zen?” tanyanya kepada seorang staff.Wanita itu menunjuk ke sebuah ruangan dengan pintu tertutup, “Dia di sana, tapi kau ....” Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Brian telah membuka pintu itu dan menerobos masuk.“Zen, kau pasti mendengar beritanya, kan!” seru Brian tak sabar.Zen mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen itu, dan menatap Brian dengan alis menyatu.“Brian, aku sangat sibuk sekarang. Bisakah kita bertemu nanti malam?” kata Zen yang merasa Brian telah melampaui batas di kantornya.Brian duduk di hadapan Zen, tak menghiraukan permintaan lelaki itu, “Dengarkan aku, Zen. Dugaanku tidak salah, sekarang semua terbukti. Rekaman CCTV itu sudah ditemukan. Dia berada di sana, dia pelakunya!”Zen mengangguk, “Aku sudah mendengar beritanya, tapi apakah kau mendengar kalau mereka mencoba untuk menangkapnya? Sepertin

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 87

    Tunder membuka laptop yang kini berada di hadapan Ansel. Lelaki itu tersenyum ramah dan mulai menunjukkan apa saja yang akan menjadi pekerjaan Ansel di De Aluna. Termasuk Hotel De Aluna.“Anda bisa mengganti kode rahasianya setelah ini, Tuan, Ansel. Saya tidak melihat isinya, hanya memberitahu Anda secara garis besar. Anda bisa mempelajarinya dengan membaca setiap detailnya,” kata Tunder memberitahu.Ansel mengangguk, menatap Tunder sekilas dan kembali melihat ke layar laptopnya. Hanya deretan angka-angka yang berada di dalam benda itu.“Aku akan mempelajarinya,” ucap Ansel. Tunder berdiri menjauh, lelaki itu tampak gagah dengan setelan jas di tubuhnya.“Tapi, apakah kau akan berdiri di situ sepanjang waktu, Tunder?”Tunder bergerak, lelaki itu kemudian tersenyum kecil, “Barangkali Anda membutuhkan saya, Tuan,” sahutnya ramah.Ansel menghela napas panjang, ia benar-benar tak nyaman dengan apa yang dilakukan Tunder sekarang. Ansel merasa sedang diawasi.“Begini saja, Tunder, kau bisa p

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 86

    “Ayah, apa yang kau lakukan? Kau tak mau menolongku?” Thanos tiba-tiba mendatangi Megan di pagi buta, lelaki itu menatap Megan marah.“Tenanglah, Thanos. Kau membuatku terkejut di pagi buta seperti ini,” ucap Megan yang baru saja terbangun karena kedatangan putranya itu.“Duduklah, kita tak bisa bicara kalau kau bersikap seperti itu,” kata Megan yang kemudian duduk mendahului.“Dia mengatakan kalau Ayah berniat mengganti posisiku di perusahaan. Apa itu benar?”“Thanos, saat ini kau harus berpikir tentang masa depan De Aluna, kau tahu bagaimana situasinya, bukan? Saham perusahaan jatuh begitu media melihat rekaman itu. Kau harus menyelamatkan De Aluna juga Ayah, Thanos.”Thanos menyipitkan matanya, menatap tajam ke dalam mata Megan yang terlihat penuh ambisi, “Jadi, kau ingin aku menyerahkan diri? Kau ingin aku menanggung semua ini seorang diri?”Megan mengangguk, “Hanya untuk sementara, tapi publik akan mengenalmu sebagai Ansel. Sementara itu Ansel akan menjadi kau, Thanos. Kalian han

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 85

    Megan menatap wajah Ansel yang masih menyisakan luka itu, sepertinya ia tahu apa yang terjadi. “Dia melukaimu?” tanya Megan pelan, seakan bersimpati kepada putranya itu.“Ini hal yang wajar, barangkali aku juga akan melakukannya,” sahut Ansel membalas tatapan lelaki itu.“Apa yang ia katakan?”“Tentu saja ia menolaknya. Dia pasti menganggapku sebagai musuh.”Megan tersenyum, “Jangan khawatir, Thanos tak bisa melakukan apa-apa. Aku berada di pihakmu, Ansel.”Pupil mata Ansel melebar, terkejut dengan ucapan aneh lelaki itu. “Apakah sekarang kita sedang berperang, Tuan? Haruskah aku melawan saudara kembarku sendiri?”Megan mengangguk, “Ya, kau harus melakukan itu. Hanya ada dua pilihan bagimu, bertahan atau menyerah.”Ansel tersenyum miring, “Bertahan? Aku bahkan tak memiliki apa-apa. Lalu menyerah? Apakah aku pernah memulainya?”Megan mengusap janggutnya, seperti sebuah isyarat jika ia tak menyukai jawaban itu. “Kita sudah sepakat dan membicarakan semua itu. Kau tak akan berubah pikira

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status