Wanita itu menatap kelu, rasa sakit setelah melahirkan kedua putranya bahkan masih terasa. Tubuhnya lemah, namun ia sudah dihadapkan pada pilihan yang begitu sulit. Tak pernah terbayang di benak Nares jika ia harus memilih satu diantara kedua bayi kembarnya itu.
Nares menggeleng pelan, seolah menolak perintah suaminya. "Aku tidak bisa, Megan." Ucap Nares lirih. Kebahagiaan yang seharusnya Nares dapatkan justru berubah menjadi duka yang dalam. "Aku tidak pernah memintamu untuk melahirkan bayi kembar, Nares. Karena aku hanya membutuhkan satu putra untuk menjadi penerusku. Pewaris De Aluna Company!" Megan mengatakan itu dengan tegas, tak sedikitpun ada rasa belas kasihan di dalam dirinya. "Tapi mereka adalah putramu, Megan. Tidak bisakah kau berubah pikiran?" Nares menitikkan air matanya, suaranya begitu serak saat ia memohon kepada Megan. "Peraturan ini sudah ada sejak dulu, Nares. Tak seorangpun boleh mengabaikannya. Kau tidak berhak untuk memberi pertimbangan!" Lelaki tampan dengan rahang yang tegas itu berjalan mendekati kedua bayinya, tangannya yang tampak kekar terulur untuk menyentuh mereka. "Kau tega, Megan!" Megan tersenyum tipis, ia lantas menatap Nares dengan dingin, "Jangan berbantah denganku, aku benci itu!" "Lalu? Kau akan membuang salah satunya?" Nares bergerak, dahinya berkerut menahan sakit di tubuhnya. Wanita itu menatap ke dua bayi lelaki yang tertidur pulas di dalam sebuah box bayi, wajah keduanya begitu teduh dan tenang. "Bukan membuangnya, hanya menjauhkan satu diantara mereka. Sebentar lagi mereka akan datang, Nares." Nares terkejut, "Siapa?" "Orang yang akan membawa salah satu diantara mereka. Mereka akan membesarkan putramu dengan baik. Kau tidak perlu cemas, Nares." Megan kembali menatap kedua bayi itu. Bayi - bayi tampan yang lahir identik. "Lagipula mereka begitu mirip, Nares. Kau tidak akan merasa kehilangan." Nares menatap Megan tak percaya, ia bahkan belum menyentuh kedua putranya itu. "Megan, setidaknya beri aku waktu untuk bersama mereka, aku mohon padamu." "Tidak, Sayang. Salah satu diantaranya tidak boleh berada di sini terlalu lama. Tak seorangpun boleh tahu kalau kau melahirkan bayi kembar!" Nares memalingkan wajahnya, ia tak ingin melihat lelaki itu lebih lama lagi. Saat ini, Nares merasa jika dirinya sedang berhadapan dengan pria asing. Ia sama sekali tak mampu memahami Megan. "Mereka sudah datang, Tuan." Wanita paruh baya yang membantu Nares melahirkan itu berkata lirih kepada Megan seraya membuka pintu. "Megan, aku tidak bisa menyerahkan putraku kepada orang asing!" Kata Nares nyaring dan berusaha untuk bangun, tapi Nares kembali terduduk dan menahan sakit yang masih mendera tubuhnya itu. "Nares, kau harus menjaga dirimu itu. Tetaplah berada di tempat tidurmu!" Gertak Megan dan meminta wanita paruh baya itu untuk menyerahkan salah satu dari bayinya. "Tidak! Aku mohon, jangan lakukan itu!" Nares menangis, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terlalu sakit dan lemah untuk dapat membawa putranya kembali. Ia hanya bisa menatap kepergian putranya yang bahkan belum sempat ia sentuh. ... Megan mengecup pipi Nares, membuat wanita muda itu membuka matanya. Entah sudah berapa lama Nares tertidur di dalam tangisnya, matanya berkantung karena air mata yang tak bisa berhenti mengalir itu. "Apa kau merasa lebih baik, Sayang?" Megan bertanya lembut, bola matanya menyapu wajah pucat Nares. "Aku ingin putraku, Megan." Nares berkata serak, ditatapnya ruangan kamar yang terasa begitu sepi dan dingin. Sedingin hati wanita itu. "Pengasuh bersama Thanos, kau akan bertemu dengannya setelah tubuhmu kembali pulih, Sayang." "Thanos?" Nares menautkan keningnya. "Nama putra tunggal kita, Nares. Kuharap kau menyukai nama yang kuberikan padanya." Nares menggeleng tak percaya. Ia bahkan menyebut Thanos sebagai putra tunggalnya. "Lalu, bagaimana dengan dia? Dia juga putramu. Kau pasti memberinya nama, kan, Megan?" Megan mengusap kepala Nares, ia menatap istrinya tajam, "Kau harus melupakan dia. Thanos adalah putra pilihanku, Nares. Tidak ada bayi lain yang lahir di rumah ini selain Thanos. Kau mengerti?" Nares menutup mulutnya, sekali lagi air mata itu mengalir dan Megan tak menyukainya. "Berhenti menangis! Aku benci melihatnya, Nares!" Megan beranjak dari sisi wanita itu, meninggalkan Nares begitu saja. Tidak ada rasa belas kasih di dalam diri Megan, lelaki tampan itu kini menunjukkan siapa dirinya.... "Kau mendapat kabar, Sera?" Nares menatap pelayan pribadinya itu dengan penuh harap, tapi lagi - lagi ia kembali kecewa saat melihat raut sedih di wajah gadis itu. "Saya sudah berusaha, tapi tak seorangpun pernah melihat anak itu. Mereka bahkan menertawakan saya karena terus mencari Tuan muda yang sebenarnya berada di rumah ini, Nyonya." Nares memejamkan matanya sesaat, berulang kali terdengar tarikan napas berat dari mulutnya. "Ini sudah lima tahun, kenapa tak seorangpun di kota ini yang melihatnya? Sera, aku takut kalau putraku..." "Jangan katakan apapun, dia pasti baik-baik saja. Mungkinkah dia tidak berada di kota ini, Nyonya?" Nares membuka mulutnya, kenapa ia tak pernah memikirkan itu. Sera benar, mereka pasti membawa putranya ke tempat yang cukup jauh. Anak itu pasti tidak berada di kota Valencia ini. Hati Nares semakin pedih dengan hal itu, hubungannya dengan Megan juga tak berjalan dengan baik. Rasanya Nares telah kehilangan rasa cintanya untuk Megan, ia bahkan tak mampu lagi merasakan sentuhan - sentuhan yang diberikan lelaki itu padanya. "Sepertinya aku benar - benar kehilangan dia. Aku bahkan tidak tahu siapa nama anak itu, Sera. Apakah dia masih hidup atau..." "Nyonya, aku yakin dia baik - baik saja. Jangan berkecil hati karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Saya tahu anda begitu menderita, namun jangan mengabaikan Tuan muda Thanos." Sera mengingatkan. "Megan sangat mencintai Thanos. Aku merasa kalau anak itu kerap melakukan hal yang tidak benar, dia seolah mewarisi sifat ayahnya. Tapi Megan selalu melarangku, Sera, setiap kali aku ingin mendidik anak itu dengan benar. Aku takut dia akan tumbuh seperti ayahnya." Nares menatap ke luar jendela, di mana Thanos sedang berlarian di halaman rumah yang sangat luas itu. Thanos bahkan tertawa saat melihat pengasuhnya mulai kelelahan saat mengejar dirinya. "Mungkinkah Tuan Megan sengaja melakukan itu?" Nares kembali menatap Sera, wajah gadis itu terlihat serius saat mengatakannya, "Sepertinya kita memiliki pikiran yang sama, Sera. Dan, aku tidak rela kalau itu terjadi kepada putraku. Dia sudah memisahkan aku dengan putraku yang lain dan sekarang dia ingin menjadikan Thanos seperti dirinya? Aku tidak pernah rela." "Masih ada waktu, Nyonya. Saya harap Tuan muda mendengarkan anda." Nares mengangguk dan Sera meninggalkan dia karena melihat Megan datang untuk mendekati istrinya itu.“Akhirnya kau datang mencariku,” kata Thanos menyambut kedatangan Ansel dengan senyum tipis di bibirnya. Lelaki itu menuang wine ke dalam gelas kosong, memberikannya kepada Ansel.Ansel terlihat ragu, menatap gelas di tangan Thanos itu.“Aku tidak akan memberimu racun,” ucap Thanos lagi, membuat Ansel bergerak untuk mengambil minuman itu.“Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu? Kau pasti senang dengan apa yang terjadi kepadaku. Semua orang ingin membunuhku sekarang.” Thanos menyandarkan punggungnya, perlahan Ansel duduk di hadapan saudara kembarnya itu.“Apakah kau memang tidak membunuhnya?” tanya Ansel menatap tajam.Thanos tersenyum, “ Tidak ada bukti, bukan? Ayah sudah menghapusnya.”“Jadi itu benar? Kau memang membunuh wanita itu?” Ansel menyipitkan matanya – tak percaya.“Entahlah, tapi dia masih bernapas saat aku pergi. Aku memang memukulnya, tapi tidak membunuhnya. Aku bahkan tidak tahu dia sedang mengandung,” jelas Thanos dengan tenangnya.Ansel menggeleng tak percaya, lelaki
BAB 81“Athena, aku ingin bertemu Thanos. Tapi bagaimana caranya?” Ansel melepaskan tangan Athena, memandang mata indah wanita itu.“Kurasa aku harus mencoba menghubungi dia, Ansel. Namun, aku tidak tahu apakah Thanos masih mau menerimaku atau tidak. Mungkin saat ini dia sangat membenciku.”“Aku minta maaf, semua ini karena aku. Mungkin, kalau kau tidak bertemu denganku, barangkali kau sudah menjadi istri dari CEO ternama seperti dia,” ujar Ansel menyesal.Athena tersenyum, menggelengkan kepalanya, “Aku tidak mengejar itu. Meskipun dia adalah CEO ternama, belum tentu aku mau menikah dengannya. Fakta itu tidak bisa dihapus, Ansel.”“Apa dia seburuk itu?” gumam Ansel lirih, terlihat kesedihan di wajahnya.Athena menggeleng, “Entahlah, mungkin dia juga terluka. Sebenarnya, dia CEO yang hebat. Pekerjaannya selesai dengan baik, dia juga cerdas dan sangat tegas kepada siapa pun. Tapi dia memiliki sisi lain di dalam dirinya. Mungkin itulah yang membuat orang lain merasa Thanos seburuk itu.”
Bab 80“Kau tidak menemukan dia?” Thanos tampak begitu marah saat mendengar kabar tak menyenangkan itu.“Dia seperti hilang ditelan bumi, Tuan. Kami benar-benar tak menemukan jejaknya. Mungkinkah dia sudah meninggalkan negara ini? Saya dengar dia memiliki kekayaan yang cukup besar,” ucap lelaki itu.Thanos mengernyit mendengar kalimat terakhir lelaki itu. “Kekayaan yang cukup besar? Bagaimana mungkin? Aku sangat mengenal Cal. Dia bekerja di sini cukup lama, dan aku tahu berapa harta yang dia miliki,” kata Thanos yang tak begitu percaya dengan perkataan bawahannya itu.“Maaf, Tuan, mungkin Anda memang tidak tahu soal ini. Tapi Cal sering menerima hadiah dari Tuan Megan. Saya pernah melihatnya sendiri,” tegas lelaki itu.“Ayahku memberinya hadiah? Maksudmu uang?”“Benar, dan jumlahnya tidaklah sedikit.”“Untuk apa?”Lelaki itu menunduk, tampaknya ia begitu takut untuk melanjutkan kalimatnya.“Katakan padaku apa yang kau ketahui, aku tak ingin ada sesuatu yang disembunyikan dariku,” kata
Bab 79“Dia mengatakan itu padamu? Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Apakah kau akan menerimanya?” Athena bertanya dengan begitu serius, ia tahu ini bukan perkara yang mudah.Ansel menatap lekat wanita yang sangat dicintainya itu, wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. “Aku tidak tahu. Aku tak bisa melakukan itu.”“Kenapa?”“Karena dia kakakku, saudara kembarku.” Ansel mengatakan itu dengan sedih, wajahnya murung seperti keadaan hatinya sekarang.“Kau terlalu baik, Ansel. Tapi kau memiliki hak atas itu. Kau juga berhak berada di sana. Tak bisakah kau memikirkan dirimu sendiri? Thanos harus menanggung akibat dari apa yang telah ia lakukan. Sekarang adalah kesempatanmu, Ansel.”“Kau tahu, Athena. Dia melakukan itu bukan untuk kami. Tapi, untuk De Aluna. Hanya untuk perusahaan itu. Dia sangat mencintai perusahaannya.“Aku mengerti apa yang kau rasakan, Ansel. Tapi cobalah melihatnya dari sisi yang lain. Kau telah lama kehilangan hak itu, sekarang kau memiliki kesempatan
“Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku memintamu untuk menemuiku di tempat ini, kan?”Ansel tidak menjawab, namun matanya tak melepaskan Megan sedetikpun. Ansel menduga lelaki itu menemuinya karena rekaman itu. Mungkinkah Megan merencanakan sesuatu?“Ayah ingin minta maaf padamu, Ansel. Tapi kau harus tahu, semua itu kulakukan karena sebuah alasan.”Ansel tersenyum miring, merasa lucu dengan ucapan lelaki yang kini menyebut dirinya sebagai ayah itu.“Apakah membuang bayi yang tak berdosa membutuhkan alasan?” ucap Ansel datar.“Ayah tak membuangmu. Kau dirawat oleh sebuah keluarga yang sangat menginginkanmu. Pernahkah kau melihat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh dua orang raja dalam waktu yang sama? Itu tidak akan terjadi, bukan? Kau tahu kenapa? Karena kerajaan itu akan hancur jika memiliki dua kepala. Meskipun kalian sangat mirip, tapi kalian memiliki watak yang berbeda. Ayah bisa melihatnya, meskipun baru bertemu denganmu. Kau sangat mirip dengan ibumu, Ansel. Nares adalah wanita ya
“Cari Cal, temukan dia di mana pun dia berada!” kata Megan dengan emosi yang meluap.“Tuan, saham perusahaan kita jatuh. Berita itu telah tersebar di mana-mana.” Seorang lelaki menunjukkan data dari sebuah tablet yang dibawanya. Mendengar itu wajah Megan semakin merah padam.“Kumpulkan para wartawan itu, aku harus mengadakan konferensi pers!”“Baik, Tuan.”“Di mana Thanos?”“Tuan Thanos sudah meninggalkan Malvarrosa.”“Dasar anak itu ... benar-benar tidak bertanggung jawab!”Bibir Megan bergetar menahan amarah, ia tak menyangka kalau Cal akan berkhianat seperti ini. Ia harus segera menemukan lelaki itu dan menghukumnya. Suara riuh ruang pertemuan di dalam hotel itu masih ramai. Para wartawan menuntut jawaban, seakan tak puas dengan apa yang didengarnya.Megan berdiri di sana, menatap manusia-manusia yang haus akan sebuah kisah. Mungkin ini adalah sebuah kesalahan, mengundang para wartawan itu bukan keputusan yang tepat.“Apa yang akan kau jelaskan?” tanya seorang wartawan dengan nyari