Puluhan mil jauhnya, Kaidar terbatuk hebat, tubuhnya yang hancur jatuh di atas hamparan rumput liar. Rasa sakit dari tulang-tulangnya yang remuk terasa menyiksa. Ia meraba pergelangan tangannya. Kosong. Token Giok itu telah direbut."NATHAN!" raungnya ke langit, sebuah jeritan yang dipenuhi kebencian dan ketidakberdayaan. "Aku bersumpah, aku bukan manusia jika aku tidak membunuhmu!""Hanya bisa berteriak," suara tua di benaknya mengejek. "Apa gunanya? Tingkatkan dulu kekuatanmu, cacing!""Bagaimana?!" balas Kaidar dalam keputusasaan. "Aku tidak punya apa-apa lagi! Semua sumber daya—""Dasar sampah yang berpikiran sempit," desis suara itu. "Sudah kukatakan padamu. Sumber daya terbaik di dunia ini adalah kehidupan itu sendiri. Serap kekuatan mereka. Ambil esensi mereka."Kaidar ragu-ragu sesaat, bayangan tentang menjadi monster yang menjijikkan melintas di benaknya. Tapi kemudian, ia teringat pada tatapan menghina Nathan, pada kekalahannya yang memalukan. Wajahnya mengeras. "Baik," kata
BAAM!Saat kedua tinju bertemu, entitas di dalam tubuh Kaidar merasakan serangan ganda. Pertama, kekuatan fisik yang luar biasa yang membuat lengannya bergetar hingga ke bahu. Kedua, dan yang lebih fatal, adalah Auman Naga spiritual yang menghantam kesadarannya seperti lonceng kuil raksasa, membuatnya pusing dan goyah sesaat.Jeda sepersekian detik itu adalah semua yang Nathan butuhkan.Kekuatan penuh dari tinjunya akhirnya menembus pertahanan lawan.KREK!Lengan Kaidar patah dengan suara yang mengerikan. Untuk pertama kalinya, sosok itu terdorong mundur beberapa langkah, wajahnya menunjukkan keterkejutan. Serangan spiritual itu telah melemahkan kendalinya.Di saat yang sama, kesadaran Kaidar yang asli terlempar kembali ke permukaan. Hal pertama yang ia rasakan bukanlah keterkejutan, melainkan rasa sakit yang tak tertahankan dari lengannya yang hancur. Keringat dingin membasahi keningnya.Nathan melihat perubahan itu seketika. Mata yang tadinya kuno dan arogan, kini kembali menjadi ma
Saat debu mulai turun, tampak Nathan berdiri dengan pergelangan tangan yang sedikit gemetar. Wajahnya sangat muram. Pukulan tadi terasa seperti menghantam sebuah lubang hitam dan kekuatannya tidak hanya ditahan, tetapi juga diserap.Di seberangnya, tiga meter jauhnya, Kaidar berdiri tanpa goresan, jubahnya berkibar pelan.‘Ini bukan Kaidar,’ pikir Nathan. ‘Kekuatan ini terlalu jahat.’"Kau hanya seorang Villain baru," kata Nathan, suaranya berat, mencoba memancing reaksi. "Bagaimana mungkin kau bisa memiliki kekuatan dan tubuh fisik sekuat ini? Siapa kau sebenarnya?""Kau tidak perlu tahu siapa aku," jawab entitas itu melalui mulut Kaidar, suaranya tenang dan merendahkan. "Kau hanya perlu tahu bahwa hari ini adalah hari kematianmu."Auranya meledak. Bukan lagi aura seorang kultivator, melainkan tekanan absolut seorang raja kegelapan, seolah seluruh dunia harus bersujud di hadapannya."Aku justru penasaran, siapa yang akan mati lebih dulu," balas Nathan, menolak untuk terintimidasi.Ia
Kraaak!Nathan menepis lengannya, mematahkannya dengan suara yang memuakkan, lalu tanpa jeda, tangannya yang terbungkus cahaya keemasan menembus dada Kaidar.Waktu seolah berhenti. Nathan mengangkat tubuh Kaidar dari tanah, tangannya masih menancap di dada pemuda itu. Darah hangat mengalir di sela-sela jarinya.Kaidar menatap ke bawah, ke lubang menganga di dadanya, matanya membelalak tak percaya. Anehnya, ia tidak merasakan sakit. Hanya rasa dingin yang aneh.[Dasar tidak berguna!]Suara tua yang ia kenal meraung di dalam benaknya, kali ini bukan lagi bisikan, melainkan badai yang mengamuk.[Lihat dirimu! Penuh dengan ketakutan! Daging yang kuat hanya akan menjadi lemah jika diisi oleh jiwa seorang pengecut! Serahkan tubuh ini padaku! Biarkan aku yang menghadapinya!]Kaidar ingin berteriak, ingin melawan, tetapi ia tidak bisa. Kesadarannya ditarik paksa ke dalam jurang kegelapan, sensasi terakhirnya adalah perasaan dirinya sedang dilahap dari dalam.Di depan mata Nathan, sesuatu yang
[Hanya ada satu jalan pintas menuju kekuatan sejati, Nak.] [Menyerap kekuatan orang lain. Menjadikan esensi hidup mereka sebagai anak tangga untuk pendakianmu.]“Kau... kau ingin aku menjadi seorang kultivator sesat?" tanya Kaidar, ada sedikit keraguan dalam suaranya.Suara itu tertawa, sebuah tawa kering tanpa humor. "Kultivator sesat? Istilah yang diciptakan oleh orang-orang munafik. Apa bedanya dengan keluarga bela diri kalian yang menjarah sumber daya dari yang lebih lemah? Di dunia ini, hanya ada pemangsa dan mangsa. Kekuatan adalah satu-satunya kebenaran. Kau pikir para master agung yang kau kagumi itu tangannya bersih?"Kaidar terdiam. Logika bengkok itu meresap ke dalam hatinya yang sudah dipenuhi iri dan benci. "Jika aku mengikuti jalanmu, seberapa kuat aku? Bisakah aku membunuh Nathan?""Hahahaha! Nathan?" Suara itu tertawa terbahak-bahak, getarannya membuat kepala Kaidar pusing. "Kau membandingkan elang dengan seekor semut. Dengarkan aku, patuhi aku, dan aku akan membuatmu
Tiba-tiba, aura Lasso yang tadinya padam, kembali menyala. Luka-lukanya yang mengerikan mulai menutup dengan kecepatan yang terlihat oleh mata, tulang-tulangnya yang patah berbunyi krak saat kembali ke posisi semula.Nathan sadar. Lasso tidak hanya meminum air biasa."Tidak akan kubiarkan!"Ia melesat maju untuk menghentikan proses itu. Namun, dengan seringai terakhir yang gila, Lasso melemparkan teko pusaka itu ke udara.Teko itu berputar dengan kecepatan tinggi, dan dari mulutnya, sisa-sisa Embun Surgawi menyembur keluar. Cairan itu tidak jatuh ke tanah. Di udara, ia berubah menjadi ribuan anak panah air yang tajam, masing-masing bersinar dengan kekuatan langit dan bumi. Hujan Panah Surgawi."Senjata ajaib multi-fungsi?" gumam Nathan tak percaya.Hujan panah itu turun dengan deras, menyelimuti Nathan sepenuhnya.TING! TING! TING! TING! TING!Suara gemerincing yang tak terhitung jumlahnya terdengar saat panah-panah air itu menghantam Tubuh Vajra Naga Emas-nya. Setiap panah mungkin ti