Nathan seolah tidak mendengarnya. Dunia di sekelilingnya telah lenyap. Yang ada hanyalah anak tangga berikutnya. Darah segar mulai menetes dari tubuhnya, meninggalkan jejak merah yang panjang di atas tangga giok yang putih bersih."Arrrghhh!"Dengan raungan terakhir yang penuh penderitaan, dia mengambil langkah terakhir. Dia merasakan darah di sekujur tubuhnya seakan mendidih. Dengan sisa-sisa tenaganya, dia menerjang ke depan dan ambruk di lantai puncak tangga itu.Seketika, semua tekanan itu lenyap. Hilangnya tekanan secara mendadak itu justru menimbulkan gelombang rasa sakit yang baru, membuat otot-ototnya kejang dan berkontraksi dengan hebat. Dia terbaring di sana, terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat.Setelah beberapa saat, barulah dia perlahan-lahan bangkit. Dia menatap takhta giok putih di hadapannya. Di sandarannya terukir dua ekor naga yang saling melilit dengan indah. Selain itu, tidak ada apa-apa. Takhta itu juga menyatu dengan lantai, mustahil untuk dipindahkan.
Dengan gesit, dia melesat menaiki beberapa anak tangga. Namun, saat dia mencapai anak tangga kelima, tekanan yang sama kembali menghantamnya, kali ini sepuluh kali lebih kuat.KRAK!Bonang lengah. Dia terpaksa jatuh menumpu pada satu lututnya, dan tekanan itu begitu kuat hingga menyebabkan anak tangga giok yang kokoh itu retak. Jimat di dadanya seketika terbakar menjadi abu.Dia merasakan beban seberat gunung menimpa punggungnya, membuatnya tidak bisa berdiri. Sambil menggertakkan giginya, dengan susah payah dia mendorong dirinya bangkit dan berhasil melangkah satu anak tangga lagi.Namun, satu langkah itu adalah kesalahan fatal. Sebuah gelombang kekuatan yang lebih dahsyat lagi meledak dari tangga itu, membuatnya kehilangan keseimbangan.BRAKK!Tubuh Bonang terlempar ke belakang seperti boneka kain, menabrak lantai batu dengan keras. Untungnya dia tidak jatuh dari tempat yang terlalu tinggi, namun hantaman itu sudah cukup untuk membuatnya memuntahkan seteguk darah segar. Dia terbarin
Bonang mendengus, seolah tidak percaya dengan kenaifan Nathan. "Meskipun ini makam palsu, kau benar-benar meremehkan kemegahan seorang Manusia Abadi jika kau pikir isinya hanya sebatang rumput spiritual kecil. Ayo." Dia melompat dari pulau mati itu, kembali ke tepi perairan.Nathan yang hatinya kini dipenuhi oleh semangat baru, segera mengikuti di belakang."Pola Tata Tujuh Bintang Mengunci Sang Surya ini," jelas Bonang sambil berjalan, "Tujuh bintang hanyalah hiasannya. Bagian terpenting dari namanya adalah mengunci surya. Setiap makam ini memiliki jantung-nya sendiri, sebuah ruang terakhir di mana harta karun utamanya disimpan. Rumput Hijau Daun tadi hanyalah penjaga gerbangnya."Pikiran Nathan seketika melayang. Jika harta karun di makam palsu saja sudah seperti ini, betapa luar biasanya isi dari makam utama yang sebenarnya? Jika ada kesempatan, dia bersumpah akan menemukannya suatu hari nanti.Bonang kini memimpin jalan dengan tujuan yang jelas. Mereka melewati sebuah gundukan mak
Sementara itu, di kediaman keluarga Zellon.Wajah Jazer terlihat kuyu dan tegang selama beberapa hari terakhir. Sejak mengetahui jiwa putranya telah tercemar oleh roh jahat, ketenangan telah meninggalkannya."Ayah, apa yang kau katakan itu benar!" Ryuki masuk ke dalam ruang kerjanya dengan langkah penuh semangat, wajahnya berseri-seri dengan kegembiraan yang mengerikan. "Nathan memang masih hidup! Sepertinya, aku bisa membalaskan dendamku dengan tanganku sendiri!""Ryuki," kata Jazer dengan nada memperingatkan. "Kekuatan Nathan telah tumbuh pesat. Bahkan Sancho pun tidak bisa membunuhnya. Kau tidak boleh meremehkannya.""Ayah, tenang saja," jawab Ryuki dengan percaya diri yang berlebihan. "Kekuatannya mungkin meningkat, tapi peningkatanku juga tidak lambat. Aku hanya butuh sedikit bantuan. Aku perlu beberapa rekan berlatih untuk menguji kemampuanku."Jazer langsung mengerti makna tersembunyi di balik kata-kata itu. Ryuki ingin menyerap kekuatan para ahli bela diri lain untuk mempercep
Nathan terdiam ragu. Setengah tahun adalah waktu yang terlalu lama. Namun, kesempatan seperti ini mungkin tidak akan datang dua kali seumur hidup. Akhirnya, sebuah kompromi terbentuk di benaknya."Baiklah," katanya, mengangguk mantap. "Kita berkultivasi di sini."Dia akan tinggal selama satu bulan. Tidak lebih. Sebanyak apa pun energi yang bisa ia serap dalam waktu itu, itu sudah cukup. Setelah itu, dia harus pergi.Tanpa membuang waktu lagi, Nathan dan Bonang duduk bersila di kedua sisi pohon giok itu. Mereka memejamkan mata, mengaktifkan teknik kultivasi mereka, dan seketika, sebuah aliran energi yang luar biasa murni mulai mengalir ke dalam tubuh mereka.***Sementara itu, di Martial Shrine, Kota Moniyan.BRAKK!Sebuah meja kayu jati yang kokoh hancur berkeping-keping, tidak mampu menahan amarah Sancho. Wajahnya merah padam, dan napasnya memburu. Berita itu telah menyebar seperti wabah, Nathan masih hidup. Dan kini, Sancho telah menjadi bahan lelucon di seluruh komunitas bela diri.
Wajah Nathan berubah muram. Cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya saat Zirah Vajra Naga Emas aktif. Dia memutuskan untuk mengabaikan serangan ikan-ikan iblis itu dan langsung menerobos ke tujuannya.Belasan proyektil cair itu menghantam zirahnya. Dampaknya terasa aneh, lemah. Seperti tetesan air hujan.‘Serangan macam apa ini?!’ pikir Nathan meremehkan.Bahkan manusia biasa pun mungkin tidak akan terluka oleh ini.Tepat saat pikiran itu melintas di benaknya, dia merasakan sensasi aneh. Rasa sesak yang gatal di sekujur tubuhnya. Disusul oleh suara desisan yang mengerikan, seperti suara air yang diteteskan ke atas lempengan besi panas. Dia menunduk dan matanya membelalak ngeri. Zirah Vajra Naga Emasnya yang agung dan tak terkalahkan sedang meleleh.Sisik-sisik emasnya larut seperti gula, menampakkan kulit di bawahnya. Dan di mana pun proyektil cair itu menyentuh kulitnya, dagingnya mulai berasap dan melepuh, memercikkan darah."Hati-hati, anak bodoh!" raung Bonang dari kejauhan. "Panah a