Bandara Internasional Northen.
Kota Northen Vale.Sosok pria yang mengenakan kaos dan celana jeans hitam berjalan turun dari dalam pesawat, pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya dan menyeret sebuah koper yang sudah usang. Penampilannya sangat sederhana, hal itu membuatnya terlihat sangat mencolok di antara orang-orang yang berlalu lalang."Ah …. Setelah lima tahun …."Nathan Sykes, yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya bebas dengan hasil remisi yang dia dapatkan. Pria itu menghirup udara segar yang sudah lama tidak dia dapatkan. Dia dipenjara di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Mistik, sebuah hukuman yang seharusnya tidak dia dapatkan."Ma …. Setelah lima tahun, aku akhirnya bisa melihatmu," Nathan berjalan seraya menyeret koper usangnya keluar dari bandara.Kring~~Saat sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.[Tuan, apakah Anda sudah sampai?]Terdengar sebuah pertanyaan yang lantang dari ujung panggilan telepon itu, membuat Nathan menjawab. "Ya, aku baru saja turun dari pesawat, aku akan pergi ke parkiran."Nathan berdiri di area parkir untuk menunggu seseorang menjemputnya, kemudian Nathan berkata. "Aku sudah berada di parkiran, aku—"BRAK!"Ah!"Terdengar jeritan seorang wanita cantik, Nathan yang mendengar itu menolehkan kepalanya."Sayang!" Kembali terdengar seorang pria berteriak, pria itu memakai jas rapi dan bergegas menuju ke arah wanita yang tersungkur di lantai. "Kamu tidak apa-apa, sayang?" Lirihnya seraya membantu wanita itu berdiri."Brengsek, apa kamu bodoh!?" Teriak pria asing itu dengan kesal, hal itu membuat orang-orang yang berlalu-lalang mengalihkan pandangannya ke arah mereka."Kalau berdiri itu jangan sembarangan! Ini area ramai pejalan kaki, tuh, lihat! Ada tempat duduk untuk area penjemputan!" Maki pria itu dengan kesal, melihat wanitanya yang kesakitan, pria itu kembali berkata. "Minta maaf!"Nathan tercengang saat mendengar ucapan pria itu. 'Hah? Jelas-jelas wanita itu yang menabrakku, gak punya mata, apa?!'Saat Nathan sedang bertanya-tanya hal yang membuatnya seakan-akan bersalah, dia mendengar orang-orang saling berbisik. "Bukankah pria itu ahli waris keluarga Forger, Marcel Forger?!""Benar, dia adalah Marcel Forger! Direktur dari Forger Company, perusahaan nomor satu di Northen Vale!"Ketika Nathan sedang mendengarkan bisikan orang-orang, Marcel kembali berkata dengan penuh makian. "Brengsek! Beraninya kau tidak mendengarku?! Aku bilang, minta maaf!"Wanita yang tersungkur itu mendengus dengan kesal saat melirik ke arah Nathan. "Dasar pria miskin! Sombong sekali, ya?"Nathan menatap Marcel dengan datar, dia berkata. "Hah? Aku rasa kamu salah paham, jelas-jelas wanitamu yang menabrakku, untuk apa aku meminta maaf?" Dia kembali memalingkan wajahnya melihat mobil jemputannya, namun tidak juga datang. "Sial sekali hari ini!" gerutunya dengan kesal."A-apa? Apa kamu bilang!?" seru Marcel dengan nada tinggi.Orang-orang yang mendengar ucapan Nathan kembali berseru. "Apa aku tidak salah dengar? Berani sekali dia berkata seperti itu kepada Tuan Muda Forger?! Apa otaknya terbentur barusan?""Aku baru melihat pria itu, dia terlihat sombong dan juga arogan!" Sahut seseorang. "Aku ingin melihatnya bersujud dan meminta maaf, hahaha ….""Sayang, apa dia benar-benar bodoh? Beri saja dia pelajaran, agar dia tahu siapa kamu!" ujar Wanita itu dengan kesal.Mendengar ucapan wanita itu, Marcel segera melambaikan tangannya, sekitar lima atau enam orang bergegas mendekatinya."Beri pemuda itu pelajaran! Aku ingin dia menyesal karena telah bersikap tidak sopan terhadapku!" Titah Marcel dengan lantang.Ketika para pengawal Marcel mendengar perintah itu, mereka langsung bergegas mengepung Nathan."Apa kalian serius?" ucap Nathan dengan datar, tatapannya terlihat sangat dingin dan mematikan.Sebelum mereka sempat mengepung Nathan, tiba-tiba para pengawal itu mematung kala pandangan mereka menatap netra hitam milik Nathan.Marcel yang melihat para pengawalnya tiba-tiba berhenti, dia berteriak. "Brengsek! Kenapa kalian diam saja!? Dasar tidak berguna!" Makian itu membuat para pengawalnya kembali tersadar. "Siapapun yang mampu mematahkan lengannya, aku akan memberikan sepuluh juta!""Sepuluh juta!" Tiba-tiba seorang pengawal Marcel menerjang ke arah Nathan dengan ganas.BUGH! BRAK! KRAK!Dentuman pukulan yang begitu keras dapat terdengar, pengawal itu terpental beberapa meter dan menabrak sebuah kursi, diikuti suara retakan tulang punggung yang memilukan telinga."A-apa?!""Bagaimana mungkin?!"Marcel yang melihat kejadian itu membelalakkan matanya, dia sama sekali tidak dapat melihat apa yang terjadi barusan. Kejadian itu berlangsung secepat kilat!"Kalian, kenapa kalian diam saja? Cepat hajar pria itu!" Teriak Marcel penuh amarah.Para pengawal itu saling memandang, mereka akhirnya melesat ke arah Nathan secara serentak.BUGH! BRAK! KRAAK!Kembali, dapat terdengar suara pukulan yang memilukan di area parkiran itu, para pengawal Marcel terpental beberapa meter sebelum akhirnya terkulai lemas di atas lantai."Hah? I-ini …." Marcel merasakan tubuhnya mati rasa. "K-kenapa bisa begini?!" serunya dengan tubuh gemetar.BRUK!Kala Nathan memalingkan kepalanya, pandangan mereka berdua saling beradu, yang membuat Marcel tiba-tiba terduduk dengan lemas. Aura membunuh tiba-tiba menguar dengan kuat dari dalam tubuh Nathan. Orang-orang disekitar yang merasakan itu mundur karena takut akan terseret dalam masalah ini.'S-siapa orang ini?!'Marcel menatap netra hitam nan dingin pria itu dengan gemetar."S-siapa kamu?" Marcel dengan sekuat tenaga bangkit berdiri. "Beraninya kamu melakukan ini kepada pengawalku!" Bentaknya dengan sedikit gemetar.Mendengar bentakan dari Marcel, Nathan melangkahkan kakinya dengan kuat menuju ke arah Marcel. Melihat pria itu yang berjalan menghampirinya dengan mantap, tanpa sadar Marcel dan kekasihnya mundur satu langkah.Nathan tersenyum dingin, saat jarak antara mereka tersisa beberapa meter, Nathan menjulurkan tangannya ke arah Marcel. Seakan-akan, tangan sang pencabut nyawa menghampiri merekanya. Namun, ketika jemarinya hampir mencengkram wajah tampan Marcel, terdengar suara yang memekakkan telinga."Ada apa ini?"Nathan yang mendengar itu menghentikan tangannya di udara, pria itu memalingkan wajahnya ke arah suara tersebut. Terlihat, sosok pria yang tinggi besar dan gagah berjalan menghampiri mereka sembari membelah kerumunan orang-orang.Marcel yang melihat sosok pria itu langsung berlari sembari matanya berbinar. 'Bukankah itu Tuan Paul?' Marcel tersenyum melihat sang dewa penyelamat datang menghampiri. "Tuan Paul," sapa Marcel dengan sopan. "Tolong, bantu aku!""Paul? Bukankah dia seorang Jendral tingkat tinggi Northen? Paul Cartney!""Untuk apa sosok Jendral setingkat Paul datang kemari?" bisik seseorang membicarakan Paul yang merupakan seorang Panglima perang negara Northen."Aku yakin Tuan Forger mengenalnya, dia pasti akan membantunya!" Sahut penonton lainnya. Dia melirik ke arah Nathan dan mendengus. "Hidup pemuda itu sudah habis!"Marcel segera mendengus dengan kesal. "Tuan Paul! Beruntung sekali Anda datang, pria itu entah berasal dari planet mana, diatelah memukuli pengawalku, bahkan dia ingin memukulku!" Dia menunjuk ke arah Nathan dengan senyuman picik, tatapannya seakan penuh dengan kemenangan. "Kamu harus memberinya pelajaran! Dia—"PLAK!Tiba-tiba, sebuah tamparan yang sangat keras bergema di tempat itu, hal itu membuat Marcel terjatuh ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya."Berani sekali kamu!" Bentak Paul dengan suara menggelegar. "Siapa kamu? Hanya seorang pewaris keluarga Forger, bukan?" sahutnya dengan tatapan mengintimidasi. "Berani sekali berbicara lancang terhadap Tuan Ace?!""Apa?!""Paul menampar Tuan Forger?!""Apa yang terjadi, siapa pria itu?!""Ace? Aku baru mendengarnya."Orang-orang menatap Paul dengan tatapan terkejut, seiring keterkejutannya mereka mengalihkan pandangan terhadap Nathan. Tiba-tiba mereka melihat Paul membungkukkan kepalanya dengan sopan kepada Nathan, hal itu membuat orang-orang yang melihat kejadian itu terkejut bukan main."Tuan Ace! Maaf atas ketidaknyamanan ini, aku akan memberinya pelajaran kepadanya nanti," ujar Paul dengan sopan.Nathan yang melihat Paul membungkukkan kepalanya kemudian berkata dengan dingin. "Berdiri dengan tegak, ini bukan dirimu."Setelah mengatakan itu, Nathan mengalihkan pandangannya yang dingin ke arah Marcel. "Terlambat satu detik lagi, mungkin saja wajahnya sudah hancur. Atau, bisa saja pewaris keluarga Forger yang kalian sebut itu akan kehilangan sang pewarisnya!"Mendengar ucapan itu, membuat Marcel yang terduduk di lantai gemetar hebat. Pria itu mengusap darah yang terus mengalir dari mulutnya. Bahkan, orang-orang termasuk Paul yang mendengar ucapan Nathan bergidik ketakutan.Pria di hadapan mereka ini bukanlah sosok manusia biasa, dia tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, sosok Paul yang merupakan panglima militer tingkat tinggi pun ketakutan mendengar ucapan Nathan."M-maaf, Tuan Ace, saya—"Tidak mau mendengar basa-basi lagi, Nathan memotong ucapan Paul dengan suara yang dingin. "Cukup! Ayo pergi!"Mendengar ucapan yang begitu mendominasi, Paul langsung tertunduk. "B-baik! Lewat sini, Tuan."Mereka akhirnya meninggalkan area parkir menaiki sebuah mobil militer. Kepergian mereka membuat orang-orang yang masih terkejut itu terperangah.'Siapa pria itu?!' gumam Marcel yang masih terkejut dengan kejadian ini. 'Bahkan, Paul yang merupakan seorang panglima militer tingkat tinggi begitu menghormatinya?!'"Kau beruntung aku tidak membunuhmu waktu itu," balas Nathan, nadanya sedingin es. "Hari ini, keberuntunganmu sudah habis."Setelah selesai berbicara, cahaya keemasan menyelimuti tinju Nathan. Ia tahu pertarungan ini tidak bisa dihindari. Kekuatan spiritualnya belum pulih sepenuhnya setelah pertarungan dengan kraken. Ia harus menyerang lebih dulu dan menyelesaikannya dengan cepat. Dengan satu hentakan, ia melesat maju dan menghantamkan tinjunya ke arah Ryuki.Ryuki tidak menyangka Nathan akan menyerang tiba-tiba. Ia tidak sempat menghindar, dan pukulan itu mendarat telak di dadanya, membuatnya terlempar ke belakang. Jika bukan karena Lewis dan tiga orang lainnya yang sigap menangkapnya, ia mungkin sudah terlempar ke dalam laut.Ryuki menatap Nathan dengan marah, rasa sakit yang tajam di dadanya membuatnya meringis. "AAAAHHH!" Ia meraung, dan aura hitam pekat meledak dari tubuhnya saat ia balas menyerang.Nathan menyambutnya dengan tinju emasnya sendiri.BANG!Kedua tinju itu berbentur
Di tengah kerumunan, Ryuki merasakan sedikit rasa tidak aman di dalam hatinya. Kekuatan Nathan ini berkali-kali lipat lebih hebat dari yang ia duga. Di dalam kamarnya, Sancho menatap pemandangan itu dari jendela, wajahnya sangat jelek. Niat membunuh di dalam hatinya semakin kental.‘Anak ini... tidak boleh dibiarkan hidup!’Nathan perlahan-lahan turun dan mendarat di atas dek. Anehnya, tidak ada orang yang memperhatikannya. Mata semua orang yang tadinya terpaku padanya, kini tertuju pada satu hal lain yang lebih menarik—bangkai kraken di lautan. Mereka mungkin tidak bisa mendapatkan darah hewan spiritual, tetapi daging dari monster itu adalah sumber daya kultivasi yang luar biasa langka.Keserakahan mengalahkan rasa takut. Satu per satu, para Tuan Muda dan Nona dari berbagai keluarga bela diri itu melompat ke laut, membantai hiu-hiu yang mengganggu dengan gila-gilaan.Dalam sekejap, suasana berubah menjadi perburuan sisa-sisa yang kacau. Mereka saling memperebutkan setiap bagian dari
Melihat Nathan kini berada di dalam jangkauannya, kraken itu menghantamkan tentakelnya ke bawah dengan sekuat tenaga.BOOM!Tentakel raksasa itu menghantam air dengan keras, menciptakan ledakan air raksasa yang mengirimkan ombak besar ke arah kapal pesiar. Kapal kembali bergoyang-goyang. Semua orang di atas kapal menjulurkan kepala mereka, mencoba melihat apa yang terjadi pada Nathan. Namun, saat air kembali tenang, di permukaan laut yang bergolak itu, tidak terlihat lagi sosok Nathan."Tidak mungkin! Nathan tidak akan mati semudah ini, bukan?""Kraken itu memang terlalu hebat. Bahkan jenius seperti Nathan saja bisa dibunuh dengan mudah.""Sayang sekali, orang yang disebut-sebut sebagai yang paling berbakat, akhirnya mati dengan tragis di sini."Kerumunan mulai berdiskusi.Sementara itu, Ryuki menyipitkan matanya, terus menatap ke arah laut. Ia sedikit tidak percaya Nathan akan mati begitu saja.Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, permukaan air yang tadinya bergolak h
Chelsea meliriknya. "Jangan berpikir terlalu indah. Kekuatan monster ini sangat luar biasa, ia bisa menghentikan kapal sebesar ini hanya dengan arusnya. Tentakel-tentakelnya sangat lengket dan berbahaya. Sebagian besar orang disini bahkan tidak akan bisa menyentuhnya."Peringatan Chelsea justru semakin memicu semangat juang Nathan. Namun, sebelum ia sempat bergerak, seseorang dari tengah kerumunan sudah melompat lebih dulu. Orang itu adalah seorang pemuda dengan kekuatan setengah Villain. Godaan untuk mendapatkan darah hewan spiritual itu terlalu besar baginya. Jika berhasil, ia bisa langsung menerobos ke tahap Villain, sebuah pencapaian yang mungkin tidak akan pernah ia raih seumur hidupnya.Pemuda itu melompat tinggi ke udara, lalu melayangkan kedua tinjunya secara serempak. Aliran energi yang kuat meledak dari kepalan tangannya, menghantam lurus ke arah kepala kraken itu.BAM! BAM! BAM!Ledakan yang keras terdengar, menciptakan gelombang besar di permukaan air. Namun, saat air kemb
Di atas panggung, Jazer memulai pengarahannya, diakhiri dengan semua peserta yang harus menandatangani surat perjanjian hidup dan mati. Setelah semua formalitas selesai, kerumunan itu pun mulai berangkat. Perjalanan mereka akan dimulai dengan pesawat menuju Kota Mantik, lalu dilanjutkan dengan kapal pesiar mewah menuju Pulau Draken.Di atas kapal pesiar yang berlayar membelah lautan, di dalam sebuah ruangan suite yang mewah, Sancho duduk tenang sambil menyeruput tehnya. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Ryuki berjalan masuk, diikuti oleh empat pemuda berwajah kosong yang mengenakan seragam biru tua."Tuan Muda Ryuki, silahkan duduk," kata Sancho."Ketua Sancho, kapan kita akan menyerang Nathan?" tanya Ryuki tidak sabar."Tenang," jawab Sancho sambil tersenyum dingin. "Pulau itu adalah sebuah sangkar yang sempurna. Begitu kita tiba di sana, kita akan punya banyak waktu untuk bermain dengannya. Dengan begitu banyak orang di pihak kita, bahkan jika Nathan memiliki seribu nyawa sekal
"Brengsek!" umpat Bachira dengan marah. "Keluarga Zellon benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya mereka meracuni para Tuan Muda dari seluruh klan dan keluarga di Moniyan! Apa mereka ingin menjadi musuh seluruh dunia bela diri?!" Ia melempar obat di tangannya ke lantai dengan jijik.Alasan mengapa tidak ada orang lain yang curiga adalah karena logika sederhana, meracuni pewaris dari hampir seluruh keluarga kuat di kota adalah tindakan bunuh diri. Tidak ada yang percaya keluarga Zellon akan sebodoh itu.Tidak jauh dari sana, Chelsea yang sejak tadi mengamati, melihat Nathan dan Bachira tidak memakan obat mereka. Dengan gerakan yang sangat halus dan tidak terlihat, ia juga diam-diam membuang di tangannya ke tanah. Di atas panggung, Jazer melihat kerumunan orang yang telah menelan pilnya tanpa ragu, dan sebuah senyuman tipis yang penuh kemenangan muncul di wajahnya.Setelah pembagian obat selesai, empat orang pemuda berbadan tegap yang mengenakan seragam berwarna biru tua berjalan me