Share

Kembalinya sang Dewa Perang
Kembalinya sang Dewa Perang
Author: Imgnmln

Bab 1

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2023-12-27 01:02:13

Bandara Internasional Northen.

Kota Northen Vale.

Sosok pria yang mengenakan kaos dan celana jeans hitam berjalan turun dari dalam pesawat, pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya dan menyeret sebuah koper yang sudah usang. Penampilannya sangat sederhana, hal itu membuatnya terlihat sangat mencolok di antara orang-orang yang berlalu lalang.

"Ah …. Setelah lima tahun …."

Nathan Sykes, yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya bebas dengan hasil remisi yang dia dapatkan. Pria itu menghirup udara segar yang sudah lama tidak dia dapatkan. Dia dipenjara di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Mistik, sebuah hukuman yang seharusnya tidak dia dapatkan.

"Ma …. Setelah lima tahun, aku akhirnya bisa melihatmu," Nathan berjalan seraya menyeret koper usangnya keluar dari bandara.

Kring~~

Saat sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

[Tuan, apakah Anda sudah sampai?]

Terdengar sebuah pertanyaan yang lantang dari ujung panggilan telepon itu, membuat Nathan menjawab. "Ya, aku baru saja turun dari pesawat, aku akan pergi ke parkiran."

Nathan berdiri di area parkir untuk menunggu seseorang menjemputnya, kemudian Nathan berkata. "Aku sudah berada di parkiran, aku—"

BRAK!

"Ah!"

Terdengar jeritan seorang wanita cantik, Nathan yang mendengar itu menolehkan kepalanya.

"Sayang!" Kembali terdengar seorang pria berteriak, pria itu memakai jas rapi dan bergegas menuju ke arah wanita yang tersungkur di lantai. "Kamu tidak apa-apa, sayang?" Lirihnya seraya membantu wanita itu berdiri.

"Brengsek, apa kamu bodoh!?" Teriak pria asing itu dengan kesal, hal itu membuat orang-orang yang berlalu-lalang mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

"Kalau berdiri itu jangan sembarangan! Ini area ramai pejalan kaki, tuh, lihat! Ada tempat duduk untuk area penjemputan!" Maki pria itu dengan kesal, melihat wanitanya yang kesakitan, pria itu kembali berkata. "Minta maaf!"

Nathan tercengang saat mendengar ucapan pria itu. 'Hah? Jelas-jelas wanita itu yang menabrakku, gak punya mata, apa?!'

Saat Nathan sedang bertanya-tanya hal yang membuatnya seakan-akan bersalah, dia mendengar orang-orang saling berbisik. "Bukankah pria itu ahli waris keluarga Forger, Marcel Forger?!"

"Benar, dia adalah Marcel Forger! Direktur dari Forger Company, perusahaan nomor satu di Northen Vale!"

Ketika Nathan sedang mendengarkan bisikan orang-orang, Marcel kembali berkata dengan penuh makian. "Brengsek! Beraninya kau tidak mendengarku?! Aku bilang, minta maaf!"

Wanita yang tersungkur itu mendengus dengan kesal saat melirik ke arah Nathan. "Dasar pria miskin! Sombong sekali, ya?"

Nathan menatap Marcel dengan datar, dia berkata. "Hah? Aku rasa kamu salah paham, jelas-jelas wanitamu yang menabrakku, untuk apa aku meminta maaf?" Dia kembali memalingkan wajahnya melihat mobil jemputannya, namun tidak juga datang. "Sial sekali hari ini!" gerutunya dengan kesal.

"A-apa? Apa kamu bilang!?" seru Marcel dengan nada tinggi.

Orang-orang yang mendengar ucapan Nathan kembali berseru. "Apa aku tidak salah dengar? Berani sekali dia berkata seperti itu kepada Tuan Muda Forger?! Apa otaknya terbentur barusan?"

"Aku baru melihat pria itu, dia terlihat sombong dan juga arogan!" Sahut seseorang. "Aku ingin melihatnya bersujud dan meminta maaf, hahaha …."

"Sayang, apa dia benar-benar bodoh? Beri saja dia pelajaran, agar dia tahu siapa kamu!" ujar Wanita itu dengan kesal.

Mendengar ucapan wanita itu, Marcel segera melambaikan tangannya, sekitar lima atau enam orang bergegas mendekatinya.

"Beri pemuda itu pelajaran! Aku ingin dia menyesal karena telah bersikap tidak sopan terhadapku!" Titah Marcel dengan lantang.

Ketika para pengawal Marcel mendengar perintah itu, mereka langsung bergegas mengepung Nathan.

"Apa kalian serius?" ucap Nathan dengan datar, tatapannya terlihat sangat dingin dan mematikan.

Sebelum mereka sempat mengepung Nathan, tiba-tiba para pengawal itu mematung kala pandangan mereka menatap netra hitam milik Nathan.

Marcel yang melihat para pengawalnya tiba-tiba berhenti, dia berteriak. "Brengsek! Kenapa kalian diam saja!? Dasar tidak berguna!" Makian itu membuat para pengawalnya kembali tersadar. "Siapapun yang mampu mematahkan lengannya, aku akan memberikan sepuluh juta!"

"Sepuluh juta!" Tiba-tiba seorang pengawal Marcel menerjang ke arah Nathan dengan ganas.

BUGH! BRAK! KRAK!

Dentuman pukulan yang begitu keras dapat terdengar, pengawal itu terpental beberapa meter dan menabrak sebuah kursi, diikuti suara retakan tulang punggung yang memilukan telinga.

"A-apa?!"

"Bagaimana mungkin?!"

Marcel yang melihat kejadian itu membelalakkan matanya, dia sama sekali tidak dapat melihat apa yang terjadi barusan. Kejadian itu berlangsung secepat kilat!

"Kalian, kenapa kalian diam saja? Cepat hajar pria itu!" Teriak Marcel penuh amarah.

Para pengawal itu saling memandang, mereka akhirnya melesat ke arah Nathan secara serentak.

BUGH! BRAK! KRAAK!

Kembali, dapat terdengar suara pukulan yang memilukan di area parkiran itu, para pengawal Marcel terpental beberapa meter sebelum akhirnya terkulai lemas di atas lantai.

"Hah? I-ini …." Marcel merasakan tubuhnya mati rasa. "K-kenapa bisa begini?!" serunya dengan tubuh gemetar.

BRUK!

Kala Nathan memalingkan kepalanya, pandangan mereka berdua saling beradu, yang membuat Marcel tiba-tiba terduduk dengan lemas. Aura membunuh tiba-tiba menguar dengan kuat dari dalam tubuh Nathan. Orang-orang disekitar yang merasakan itu mundur karena takut akan terseret dalam masalah ini.

'S-siapa orang ini?!'

Marcel menatap netra hitam nan dingin pria itu dengan gemetar.

"S-siapa kamu?" Marcel dengan sekuat tenaga bangkit berdiri. "Beraninya kamu melakukan ini kepada pengawalku!" Bentaknya dengan sedikit gemetar.

Mendengar bentakan dari Marcel, Nathan melangkahkan kakinya dengan kuat menuju ke arah Marcel. Melihat pria itu yang berjalan menghampirinya dengan mantap, tanpa sadar Marcel dan kekasihnya mundur satu langkah.

Nathan tersenyum dingin, saat jarak antara mereka tersisa beberapa meter, Nathan menjulurkan tangannya ke arah Marcel. Seakan-akan, tangan sang pencabut nyawa menghampiri merekanya. Namun, ketika jemarinya hampir mencengkram wajah tampan Marcel, terdengar suara yang memekakkan telinga.

"Ada apa ini?"

Nathan yang mendengar itu menghentikan tangannya di udara, pria itu memalingkan wajahnya ke arah suara tersebut. Terlihat, sosok pria yang tinggi besar dan gagah berjalan menghampiri mereka sembari membelah kerumunan orang-orang.

Marcel yang melihat sosok pria itu langsung berlari sembari matanya berbinar. 'Bukankah itu Tuan Paul?' Marcel tersenyum melihat sang dewa penyelamat datang menghampiri. "Tuan Paul," sapa Marcel dengan sopan. "Tolong, bantu aku!"

"Paul? Bukankah dia seorang Jendral tingkat tinggi Northen? Paul Cartney!"

"Untuk apa sosok Jendral setingkat Paul datang kemari?" bisik seseorang membicarakan Paul yang merupakan seorang Panglima perang negara Northen.

"Aku yakin Tuan Forger mengenalnya, dia pasti akan membantunya!" Sahut penonton lainnya. Dia melirik ke arah Nathan dan mendengus. "Hidup pemuda itu sudah habis!"

Marcel segera mendengus dengan kesal. "Tuan Paul! Beruntung sekali Anda datang, pria itu entah berasal dari planet mana, diatelah memukuli pengawalku, bahkan dia ingin memukulku!" Dia menunjuk ke arah Nathan dengan senyuman picik, tatapannya seakan penuh dengan kemenangan. "Kamu harus memberinya pelajaran! Dia—"

PLAK!

Tiba-tiba, sebuah tamparan yang sangat keras bergema di tempat itu, hal itu membuat Marcel terjatuh ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Berani sekali kamu!" Bentak Paul dengan suara menggelegar. "Siapa kamu? Hanya seorang pewaris keluarga Forger, bukan?" sahutnya dengan tatapan mengintimidasi. "Berani sekali berbicara lancang terhadap Tuan Ace?!"

"Apa?!"

"Paul menampar Tuan Forger?!"

"Apa yang terjadi, siapa pria itu?!"

"Ace? Aku baru mendengarnya."

Orang-orang menatap Paul dengan tatapan terkejut, seiring keterkejutannya mereka mengalihkan pandangan terhadap Nathan. Tiba-tiba mereka melihat Paul membungkukkan kepalanya dengan sopan kepada Nathan, hal itu membuat orang-orang yang melihat kejadian itu terkejut bukan main.

"Tuan Ace! Maaf atas ketidaknyamanan ini, aku akan memberinya pelajaran kepadanya nanti," ujar Paul dengan sopan.

Nathan yang melihat Paul membungkukkan kepalanya kemudian berkata dengan dingin. "Berdiri dengan tegak, ini bukan dirimu."

Setelah mengatakan itu, Nathan mengalihkan pandangannya yang dingin ke arah Marcel. "Terlambat satu detik lagi, mungkin saja wajahnya sudah hancur. Atau, bisa saja pewaris keluarga Forger yang kalian sebut itu akan kehilangan sang pewarisnya!"

Mendengar ucapan itu, membuat Marcel yang terduduk di lantai gemetar hebat. Pria itu mengusap darah yang terus mengalir dari mulutnya. Bahkan, orang-orang termasuk Paul yang mendengar ucapan Nathan bergidik ketakutan.

Pria di hadapan mereka ini bukanlah sosok manusia biasa, dia tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, sosok Paul yang merupakan panglima militer tingkat tinggi pun ketakutan mendengar ucapan Nathan.

"M-maaf, Tuan Ace, saya—"

Tidak mau mendengar basa-basi lagi, Nathan memotong ucapan Paul dengan suara yang dingin. "Cukup! Ayo pergi!"

Mendengar ucapan yang begitu mendominasi, Paul langsung tertunduk. "B-baik! Lewat sini, Tuan."

Mereka akhirnya meninggalkan area parkir menaiki sebuah mobil militer. Kepergian mereka membuat orang-orang yang masih terkejut itu terperangah.

'Siapa pria itu?!' gumam Marcel yang masih terkejut dengan kejadian ini. 'Bahkan, Paul yang merupakan seorang panglima militer tingkat tinggi begitu menghormatinya?!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Bani Adam
ceritanya bagus...lanjutkan dan teruslah berkarya ...
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
mungkin dia presiden haha
goodnovel comment avatar
Nyamuk Kecil
itu baru permulaan,belum seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1124

    Sementara itu, Beverly, yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca, akhirnya berkata lirih. “Bolehkah aku ikut bersamamu? Aku tak sanggup tinggal di sini, hanya untuk terus mengkhawatirkanmu ….”Nathan menatapnya dengan lembut, lalu menggeleng pelan. “Tidak, Eve, Jika kau bersamaku, kau justru dalam bahaya. Aku tak cukup kuat untuk melindungi orang lain saat ini. Dan kau pun harus mulai melatih dirimu sendiri. Siapa tahu, nanti, aku yang akan membutuhkan perlindungan darimu.” Ucapannya dibungkus senyum hangat.Beverly tahu, itu adalah keputusan final. “Ya, Tetua Herold juga sedang meracik banyak ramuan obat untukku,” katanya sambil mencoba tersenyum. “Aku akan berlatih keras.”Nathan mengangguk, lalu membuka cincin ruangnya. Dari dalamnya, dia mengeluarkan lukisan aliran sunyi. “Ini untukmu. Kamu tahu cara menggunakannya, kan? Ini akan mempercepat kultivasimu.”Beverly terkejut. “Kenapa kamu memberikannya padaku? Bukankah kamu lebih membutuhkannya?”Nathan tertawa kecil. “Aku su

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1123

    Bagi Nathan, bisa berkultivasi dengan tenang seperti para pendekar lainnya adalah kemewahan yang nyaris mustahil.Dunia tak memberinya waktu untuk bernapas.Satu-satunya harapan saat ini adalah meminjam perlindungan organisasi Matilda, tempat terakhir yang mungkin bisa memberinya waktu untuk tumbuh.Saat Nathan mengutarakan niatnya pada Zephir untuk menyelamatkan ibunya dari Keluarga Zellon dan Sarah dari Martial Shrine sebelum tahun naru.Zephir hanya menggeleng, sorot matanya serius. “Nathan, jangan bodoh. Ini bukan sekadar misi penyelamatan. Ini perang melawan dua kekuatan terbesar di dunia bela diri!”“Keluarga Zellon dan Martial Shrine. Mereka bukan hanya apa yang terlihat di permukaan. Kau hanya melihat puncak gunung esnya!” Zephir berjalan pelan ke arah jendela, menatap langit kelam. “Kau tahu kenapa Ryujin begitu ingin melindungimu sekarang? Dia sedang memakai tanganmu untuk mengguncang dunia.”“Semakin kau menggila, semakin banyak monster lama keluar dari persembunyian mereka

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1122

    Pecahnya pertempuran antara Kaidar dan Gill langsung menyeret semua anak buah ke dalam kekacauan. Dua kubu berbenturan seperti ombak ganas di malam yang gelap, tinju, pedang, dan energi spiritual bertabrakan hingga langit mendesah.Gill, meskipun jumlah anak buahnya lebih sedikit, memiliki kekuatan luar biasa. Kedua tinjunya bersinar terang, mengirimkan gelombang energi setiap kali menghantam lawan. Di sisi lain, Kaidar mengandalkan jumlah dan strategi licik untuk mengimbangi kekuatan brutal Gill.Namun, Nathan tidak tinggal untuk menyaksikan hasilnya. Baginya, siapa yang menang atau kalah, tidak ada bedanya. Tanpa suara, dia berbalik dan menghilang ke kegelapan, meninggalkan medan tempur berdarah.***Saibu Care.Udara di dalam Saibu Care terasa tenang namun tegang saat Nathan muncul dengan pakaian compang-camping, wajah pucat, dan langkah terhuyung."Nathan?!" Zephir, Herold, dan yang lainnya berdiri terkejut.Beverly yang sudah hampir sebulan tak melihat Nathan, menutup mulutnya de

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1121

    "Kami bukan bagian dari Keluarga Wilford," salah satu dari mereka berkata datar."Kami di sini hanya untuk harta karun. Hidup atau matinya Gill, bukan urusan kami."Gill menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kalian .... sialan, kalian mengkhianatiku?"Sebelum sempat mendapat jawaban, suara tawa berat dan bergema memecah malam, menambah tekanan di dada siapa pun yang mendengarnya."Hahaha! Ucapan bawahanmu ternyata benar juga."Sosok Kaidar muncul dari balik kabut bersama sekelompok pria berbaju hitam berikat lengan lambang Keluarga Winaya. Matanya menyala saat melihat Gill dalam posisi lemah."Gill, kau memang Tuan Muda Keluarga Wilford. Tapi di sini, di Kota Moniyan, siapa kau sebenarnya? Tanpa Wilford, kau hanyalah seekor anjing pincang!"Gill meraung marah. "Kaidar! Kita punya kesepakatan! Harta dibagi rata!""Kesepakatan? Itu hanya kata-kata bodoh untuk membuatmu bekerja untukku. Ini wilayahku, Gill. Bukan Wilford! Aku ingin semuanya! Termasuk kepala Nathan!"Nathan menyi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1120

    Empat, bukan, enam—Nathan mengoreksi perhitungannya dalam hati. Dua di antaranya bahkan lebih kuat dari Gill. Mereka semua adalah puncak penguasa Ingras tingkat akhir, kekuatan elit yang bisa menghancurkan kota dalam satu malam.Nathan mengerutkan kening. Dalam keadaan biasa, dia mungkin bisa bertarung—atau setidaknya melarikan diri. Tapi inti spiritualnya nyaris kering, seperti api kecil yang hampir padam. Tidak ada waktu untuk pulih.Gill melihat wajah Nathan yang menegang. Dia tertawa lebih keras, menyeringai dengan kesenangan seorang pemburu yang tahu mangsanya tak punya jalan keluar. "Serahkan semua yang kau miliki, dan mungkin aku akan memberimu kematian yang cepat," ucap Gill, suaranya menukik tajam."Kau yang membuat Menara Kegelapan runtuh, bukan? Harta karun dari dalamnya pasti sudah ada di tanganmu. Tak ada alasan lain menara itu bisa hancur."Nathan tetap diam. Namun dalam diam itu, pikirannya bergerak cepat. Matanya bergerak, menilai posisi musuh, jarak pohon terdekat, ar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1119

    Sementara itu, Nathan berlari di tengah jalan setapak Kota Moniyan yang mulai lengang saat senja turun. Angin membawa aroma debu dan darah, membalut tubuhnya yang lelah dan penuh luka."Aku terlalu bodoh," Nathan mengumpat dalam hati. Dia mengira Moniyan sudah aman, bahwa badai telah berlalu. Namun hari ini membuktikan sebaliknya, Moniyan hanyalah danau tenang yang di dasarnya tersembunyi ratusan hiu lapar.Di bawah cahaya bulan pucat, Nathan mengarahkan langkah ke Saibu Care. Tujuannya jelas, membawa Zephir pergi, kembali ke organisasi Matilda, satu-satunya tempat yang bisa memberinya perlindungan nyata. Namun belum separuh jalan, hawa tajam menyayat udara di sekitarnya. Nathan berhenti mendadak.Delapan aura kuat tiba-tiba mengurungnya dari segala arah.“Secepat itu?” pikirnya, bibirnya menyeringai getir. “Arteta benar-benar tidak tahu malu!” Dia mempercepat langkahnya, namun tubuhnya tak kooperatif.Tenaga spiritualnya telah menipis, dan taiju-nya hampir habis. Satu-satunya yang ma

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1118

    Scholar menggeleng kagum, namun tetap mematikan. “Kau hebat, sangat hebat. Di generasi muda, hanya kau yang bisa menahan seranganku sejauh ini.”“Tapi justru karena itu, aku tidak bisa membiarkanmu hidup,” aura Scholar kembali melonjak dengan ekstrem.Aura di sekelilingnya menggila.Dengan satu lambaian tangannya, sebuah pagoda besar layaknya candi muncul di udara.! Udara terdistorsi dan pagoda itu berotasi, menghisap kekuatan langit dan bumi, menciptakan pusaran udara raksasa di langit, seperti kuburan abadi yang siap menyegel siapa pun yang menyentuhnya."Penjara Pagoda Suci!"Langit retak oleh seruan itu. Sebuah cahaya suci turun dari awan keemasan, membentuk pagoda raksasa yang perlahan melayang turun, memancarkan aura damai namun menyesakkan. Tubuh Nathan gemetar, bukan karena takut, tapi karena tekanan spiritual yang melumpuhkan. Cahaya itu merangsek ke dalam aliran energi tubuhnya, mengoyak konsentrasi, melemahkan auranya.Namun di tengah kesunyian itu, sesuatu dalam diri Natha

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1117

    Energi pedang luar biasa itu kembali lenyap dalam sekejap ketika bersentuhan dengan aura Scholar, seperti ditelan dimensi kosong. Tidak tersisa apa pun, kecuali sisa panas membakar di udara."Seolah-olah tebasan itu tak pernah ada," Scholar melangkah ringan, tanpa tergores sedikit pun. “Kau hanya seorang puncak penguasa Ingras,” ucapnya pelan. "Artefak sebanyak apa pun tak ada artinya di hadapanku.”Klang!Kemudian, dia mengangkat tangan seperti pedang, dan menebaskannya ke arah Nathan. Cahaya pedang menembus udara seperti kilat petir surgawi.Nathan bereaksi cepat—melompat menghindar, tapi terlambat setengah detik.Srakk!Pedang energi itu menggores punggung Nathan. Sisik-sisik emas beterbangan, dan luka dalam muncul. Tubuh Nathan terjatuh menghantam tanah. Nafasnya berat, pundaknya berguncang."Bahkan fisik bajamu itu tidak mampu menahan serangan itu."Nathan tahu, ini adalah perbedaan mutlak antara dirinya dan seorang Villain sejati.“Kenapa? Hanya sampai sini?” Scholar mencibir. “

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1116

    Saat dia melompat ke udara, Scholar mengayunkan tangannya. “Kau mau kabur?”Dalam sekejap, jaring energi raksasa muncul dari langit, menutupi seluruh jalan keluar seperti penjara transparan yang kokoh.BANG!Nathan menghantamnya dengan tinju, memecah jaring itu menjadi titik-titik cahaya, namun tubuhnya terpental keras ke tanah. Debu berhamburan, dan lantai retak di sekelilingnya.Nathan menggeram pelan."Kesempatan terbaik telah lewat."Tak ada pilihan. Menyerang adalah satu-satunya pertahanan yang tersisa.Dengan raungan keras, kekuatan taiju meledak dari tubuhnya. Cahaya keemasan mengalir dari pori-porinya. Kulitnya mulai berubah mengeras seperti baja, dan sisik emas tumbuh cepat menyelimuti tubuhnya.“Tinju Peledak!”BANG! BANG! BANG!Serangkaian bayangan tinju membelah udara menuju Scholar. Langit di atas vila Keluarga Arteta tampak bergetar hebat. Aura menghancurkan menyebar, membuat tanaman di sekitar kering seketika.Scholar sempat menyipitkan mata, ekspresi wajahnya berubah s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status