Share

Bab 332

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-07-16 18:44:52

"Baik," Alan mengangguk, dan mengeluarkan kaca pembesar, lalu sebuah palu kecil, dan mulai berjalan ke tumpukan batu dan memilih secara acak.

Ada begitu banyak batu kasar, kalau memeriksanya satu per satu itu tidak masuk akal. Jadi, Stefano hanya bisa memilih belasan batu secara acak, dan membiarkan Alan memeriksanya. Dan belasan batu itu tidak mewakili kualitas batu dari seisi mobil tadi, siapa pun tidak bisa memastikan, ini semua tergantung pada keberuntungan, perjudian batu giok sendiri juga mengandalkan keberuntungan.

Dan saat Alan memeriksa batu-batu kasar dengan hati-hati, Nathan tiba-tiba mengernyit, dia berjalan ke tumpukan batu kasar lalu membungkuk dan mulai memilah.

Melihat itu, Hagen melirik Nathan, dan tidak menghentikannya, dia mengira Nathan adalah bawahan yang dibawa oleh Stefano. Nathan terus memungut batu kasar yang ada di depannya, dan tidak lama kemudian, sebuah batu dengan permukaan halus dan berbentuk oval muncul di hadapan Nathan.

Ada keterkejutan di mata Na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1466

    Cahaya pedang mereka berbenturan di udara, menciptakan ledakan energi yang menyebar ke segala arah. Namun, dalam sekejap, wujud naga emas itu hancur, dihantam oleh cahaya yang lahir dari kekuatan puluhan tahun. Sisa kekuatan tebasan itu tidak berkurang sama sekali dan melesat lurus ke arah Nathan.SLASH!Sebuah luka sayatan yang dalam langsung muncul di dada Nathan, membuatnya terlempar ke belakang. Sebelum ia sempat bangkit, Hemin kembali mengayunkan pedangnya.Swoosh! Swoosh! Swoosh!Tebasan-tebasan pedang yang tajam menghujani tubuh Nathan, merobek dagingnya dan membuat darah mengucur deras. Dalam sekejap, tubuhnya penuh dengan luka. Tubuh Vajra Naga Emas miliknya hancur total, dan tubuh fisiknya yang kuat tidak mampu menahan ketajaman bilah pedang itu."Dengan kekuatan sekecil ini," cibir Hemin, "Kau bisa menjungkirbalikkan dunia bela diri Kota Moniyan? Sepertinya dunia bela diri benar-benar sudah merosot."Nathan tidak menjawab, menggertakkan giginya dan kembali berdiri. Ia tahu

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1465

    "Yang bernama Nathan, tetap di sini," kata Hemin, suaranya dingin. "Yang lain, enyahlah! Suasana hatiku sedang baik, aku tidak ingin menambah jumlah korban.""Kapten Milan, pergilah," kata Nathan. "Kalian di sini hanya akan mati sia-sia.""Tuan Nathan, hati-hati," bisik Milan, suaranya bergetar. "Hemin sudah mencapai tahap Villain—Surga—dua puluh tahun yang lalu. Sekarang, kekuatannya mungkin sudah mencapai tahap Sovereign."Setelah Milan dan anak buahnya kabur, Hemin menatap Nathan, matanya seperti burung nasar. "Masih begitu muda, tapi sudah sehebat ini. Kau pasti punya rahasia besar, Nak. Hari ini, rahasiamu akan menjadi kesempatanku.""Mengapa kau ingin membunuhku?" tanya Nathan, tidak mengerti mengapa ketua Kultivator Iblis legendaris ini tiba-tiba muncul untuk membunuhnya."Alasan tidak penting," jawab Hemin. "Yang penting adalah kau akan segera mati. Serahkan semua rahasiamu, dan mungkin aku akan membuat kematianmu lebih nyaman."Nathan menyipitkan matanya, tangannya tanpa sada

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1464

    KREEK!Jeruji besi yang telah diperkuat sihir itu bengkok dan patah seolah-olah terbuat dari adonan. Ia melangkah keluar dari selnya.Sancho menatap dengan ngeri, matanya membelalak. "Kau... bagaimana kau...""Kau ingin bertanya mengapa formasi sihir di sini tidak berguna bagiku?" Hemin tersenyum dingin. "Jawabannya sederhana, Sancho. Formasi ini tidak pernah berguna bagiku. Selama dua puluh tahun, aku di sini bukan karena terkurung. Aku di sini karena aku ingin."Ia meregangkan tubuhnya. "Tapi sekarang, aku bosan. Aku ingin keluar mencari kesempatan untuk menerobos ke tahap Sovereign. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menjagaku, aku akan membantumu satu kali. Setelah itu, utang kita lunas."Sancho menelan ludah, masih shock. "Aku ingin kau... membunuh seseorang untukku.""Berikan informasinya," jawab Hemin, bahkan tanpa bertanya siapa targetnya.Beberapa saat kemudian, setelah melihat profil Nathan, kening Hemin berkerut. "Seorang kultivator abadi?" serunya."Benar!" angguk Sa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1463

    Di dalam keheningan ruang dimensi yang agung, Nathan menatap Nalan dengan takjub. "Jadi... kita benar-benar bisa menjadi abadi? Tidak menua selamanya?"Nalan tersenyum tipis, sebuah senyum yang mengandung kebijaksanaan ribuan tahun. "Langit dan bumi mungkin abadi, tapi manusia tidak. Itu hanyalah kiasan, Nak. Kultivator abadi juga memiliki batas usia, meskipun sangat panjang. Ribuan, bahkan puluhan ribu tahun. Tapi hidup selamanya?" Ia menggeleng pelan. "Aku belum pernah mendengar atau melihatnya. Semua yang kukatakan padamu, hanyalah cerita para leluhur yang turun temurun."Tatapan Nalan menerawang, penuh dengan kerinduan akan era yang telah lama hilang. Nathan, di sisi lain, merasa dunianya dijungkirbalikkan. Semua rahasia ini, semua pengetahuan ini, terasa begitu berat."Kepala Keluarga Island," kata Nathan, mencoba memproses semuanya. "Lalu bagaimana dengan roh jahat di dalam tubuh orang-orang Martial Shrine? Keempat Ksatria Dosa yang melawanku... mereka semua dirasuki.""Roh-roh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1462

    Nama itu terasa asing di lidah Nathan, namun ia pernah mendengarnya sekali, dalam sebuah bisikan dari masa lalu. Ia mengangguk. "Benar. Paman Zephir pernah berkata, nama ibu saya adalah Brillie.""Pantas saja..." Nalan menghela napas panjang, sebuah desahan yang seolah membawa beban puluhan tahun. Ia menatap Nathan dengan pandangan baru, seolah kepingan-kepingan teka-teki yang rumit akhirnya mulai menyatu di benaknya. "Pantas saja...""Kepala Keluarga Island," sela Nathan, suaranya terdengar tergesa-gesa, penuh dengan harapan yang baru lahir. "Anda... Anda mengenal ibu saya?""Sedikit," jawab Nalan, tatapannya menerawang. "Ceritanya adalah sebuah kisah dari masa lalu yang kelam, sebuah tragedi yang hampir meratakan keluarga Zellon saat Klan Movi murka." Ia berhenti sejenak. "Tapi mengenai ayahmu... tidak ada yang ta

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1461

    Kesadaran kembali pada Nathan bukan dalam sebuah ledakan, melainkan seperti kabut pagi yang perlahan menipis. Hal pertama yang ia sadari bukanlah penglihatan atau suara, melainkan ketiadaan. Ketiadaan rasa sakit. Tubuhnya, yang ingatan terakhirnya adalah sebuah kanvas penderitaan—tulang yang retak, daging yang terkoyak—kini terasa utuh.Tenang~Perlahan, ia membuka matanya.Langit-langit di atasnya terbuat dari kayu jati yang dipernis hingga berkilauan, diukir dengan pola awan yang rumit. Ia merasakan kelembutan sutra di bawah punggungnya, sebuah kemewahan yang terasa asing bagi tubuhnya yang terbiasa dengan tanah keras dan medan perang. Udara di sekitarnya beraroma cendana dan bunga-bunga segar.Ia mengerutkan keningnya. ‘Di mana aku?’

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status