Melihat kerutan di dahi Nathan, Irarki buru-buru menambahkan, "Mereka adalah keluarga konglomerat yang cukup berpengaruh di Kota Orbit. Dulu mereka tidak berani mengusik kami, tapi sekarang... yah..." Irarki membiarkan kalimatnya menggantung, membiarkan Nathan menarik kesimpulannya sendiri. Sebuah taktik klasik, biarkan lawan mengisi bagian yang kosong dengan asumsinya sendiri. Realitas dunia bela diri adalah hukum rimba. Yang kuat berkuasa, yang lemah menjadi mangsa."Kalau begitu," kata Nathan, nadanya masih datar, "Apakah ada kemungkinan orang dari keluarga Himalaya yang menculik Nona Sheerena dalam perjalanan pulangnya?"Pertanyaan itu seperti tusukan pedang. Irarki merasakan jantungnya berhenti sesaat. "Itu… saya tidak berani menduga, Tuan Nathan. Saya sungguh tidak tahu." Dia menggelengkan kepalanya, berusaha terlihat tulus dan bingung.Nathan kembali menatapnya dalam diam. Kali ini lebih lama. Keheningan merayap, mencekik. Irarki bisa merasakan kemeja di punggungnya basah oleh
Sesampainya di ambang pintu koridor samping, Irarki menempelkan tubuhnya ke dinding yang dingin, mengintip melalui celah ukiran kayu. Dan di sanalah dia. Berdiri di bawah cahaya rembulan yang menerobos gerbang utama, sosok Nathan tampak tenang, namun ketenangan itu memancarkan aura tekanan yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Alisnya sedikit mengernyit, sebuah detail kecil yang mengirimkan gelombang es ke seluruh tubuh Irarki.Di luar, Nathan menarik napas dalam-dalam, aroma dupa dan ramuan kering dari Sekte Herbivor tercium olehnya, namun ada aroma lain di baliknya—sesuatu yang samar, seperti ketakutan yang basi. "Irarki... sudah tahu aku di sini, mengapa begitu bertele-tele?" batinnya, kesabarannya mulai menipis.Dengan satu pikiran, kesadaran spiritualnya menyebar seperti jaring sutra yang tak terlihat, menembus dinding dan pilar, langsung menemukan sosok gemetar Irarki yang bersembunyi di koridor.Nathan tertegun sejenak. “Mengapa dia bersembunyi?”Pertanyaan itu muncul,
"Aku tahu!" isak Sheena di dadanya. "Aku tahu kau pasti belum mati! Aku tahu!"Nathan benar-benar bingung sekarang. "Mati? Siapa yang bilang aku mati?""Martial Shrine!" jawab Sheena sambil menyeka air matanya. "Mereka membuat pengumuman resmi di forum bela diri. Katanya... katanya Ketua Sancho sendiri yang sudah membunuhmu."Kening Nathan berkerut. ‘Dasar Sancho,’ pikirnya geli campur kesal.Tapi di sisi lain, ini sebenarnya bagusuntuk Nathan. Status mati memberinya kebebasan untuk bergerak tanpa diawasi."Hahaha," Nathan tertawa kecil. "Memangnya aku bisa dibunuh semudah itu? Kau percaya dengan omongan mereka?" Ia membelai rambut Sheena dengan lembut."Aku tidak percaya!" kata Sheena cepat. "Kakak juga tidak percaya! Dia bahkan menyuruhku untuk menjaga gua baik-baik, katanya kau pasti akan kembali."Mendengar itu, tatapan Nathan melembut. "Ngomong-ngomong, selarut ini kau mau bawa pasukan ke mana?"Wajah Sheena langsung kembali cemas. "Aku mau cari Kakak! Dia pergi ke Sekte Herbivor
Ia mengulurkan tangannya yang gemuk, hendak menyentuh pipi Sheerena."Nona, kabur!"Dua murid Sekte Bloody yang sejak tadi berdiri kaku di belakang Sheerena akhirnya bergerak. Dengan teriakan perang, mereka menghunus pedang dan menerjang Hideo dari dua sisi. Sebuah serangan terakhir yang gagah berani.Hideo hanya mendengus. Ia bahkan tidak repot-repot menghindar. Dengan kecepatan yang tak disangka-sangka, kedua tangannya menyambar bilah pedang mereka, menangkapnya di udara.KLANG!Dengan sekali pelintiran, kedua pedang itu patah. Hideo tidak membuang sisa pedang itu. Dengan satu gerakan memutar yang santai, ia mengayunkan kedua bilah patahan itu. Dua kilatan cahaya dingin melintas.Leher kedua murid setia itu menyemburkan darah. Mereka jatuh ke tanah bahkan tanpa sempat bersuara.Mata Sheerena membelalak ngeri melihat pemandangan itu. Dengan sisa-sisa tenaga terakhirnya, ia menghantamkan satu pukulan lemah ke arah Hideo.Hideo menangkap pergelangan tangannya dengan mudah. "Brengsek! L
"Ah, jangan terburu-buru," kata Irarki sambil menunjuk ke kursi di hadapannya. "Duduk dulu, kita ngobrol sambil minum teh. Aku sudah siapkan teh terbaik khusus untukmu."Sheerena duduk, tapi ia tidak menyentuh cangkir tehnya. Perasaannya sedikit tidak enak. "Sebaiknya kau langsung saja ke intinya, Irarki. Ada apa sebenarnya?"Irarki menghela napas panjang, wajahnya dipenuhi ekspresi gundah yang sangat meyakinkan. "Begini, Nona Shereena. Tadi... Hideo dari Keluarga Himalaya datang kemari."Sheerena mengangguk. "Aku tahu dia. Si buaya darat itu, kan? Yang istrinya sudah selusin? Kenapa dia?""Dia... dia bilang dia menyukai Anda," kata Irarki, seolah berat untuk mengucapkannya. "Dia memintaku untuk jadi mak comblang, untuk membantunya mendekatimu."Irarki lalu mengepalkan tangannya. "Tentu saja saya menolaknya mentah-mentah! Kita ini aliansi! Saya bilang padanya, Sheerena itu rekanku, bukan barang dagangan!."Mendengar itu, kewaspadaan di wajah Sheerena langsung luluh, digantikan oleh ra
Di Sekte Bloody, suasana terasa muram. Hujan gerimis seolah ikut menangisi kepergian pahlawan mereka."Kak," bisik Sheena, matanya sembap. "Apa Kak Nathan sudah mati? Aku tidak percaya. Siapa tahu Martial Shrine hanya bohong, kan?"Sheerena yang sedang menatap kosong ke tetesan hujan di jendela, tidak menjawab. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu organisasi sebesar Martial Shrine tidak akan menyebar berita bohong soal hal sepenting ini. Tapi, ada sepercik harapan kecil yang menolak padam. Ia ingat malam itu, saat ia mengira Nathan sudah tewas, tapi kemudian langit dan bumi justru bergetar saat pemuda itu melakukan terobosan.‘Orang seperti dia,’ pikir Sheerena, tidak mungkin mati semudah itu.Saat mereka sedang terdiam, seorang murid datang melapor. "Nyonya, ada utusan dari Sekte Herbivor."Sheerena buru-buru menghapus jejak kesedihannya. "Persilakan masuk."Sejak mereka beraliansi, hubungan kedua sekte memang menjadi lebih erat. Utusan itu masuk, membungkuk hormat, dan menyampaikan pesan.