Share

Bab 64

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-17 19:57:36

Hanya pemuda yang baru saja berbicara dengan Nathan, dia memandang Nathan dengan sedikit aneh lalu berbisik. "Hei, apakah kamu memiliki kerabat dan masuk melalui orang dalam?"

Nathan tertegun sejenak, tidak tahu mengapa pemuda ini bisa bertanya seperti itu.

“Kamu pasti lewat ordal, jika tidak kenapa kamu tidak menyiapkan CV? Dan, orang yang membawamu ke sini tadi, aku lihat dia adalah eksekutif di perusahaan ini, pantas saja kamu begitu tenang!” senyuman terpampang di wajah pemuda itu. Sambil tersenyum, dia mengeluarkan sekotak permen karet dari sakunya untuk diberikan kepada Nathan.

Nathan tanpa sungkan mengambilnya dan langsung memasukkan permen karet itu ke mulutnya.

"Hei, jika kamu benar-benar punya kerabat, bisakah kamu mengatakan hal yang baik tentangku nanti? Jika aku diterima, aku akan mentraktirmu untuk makan di hotel besar!" Pria muda itu menatap Nathan dengan penuh harap.

Nathan tersenyum sedikit. "Oke, jika aku berhasil, aku akan menyampaikan hal-hal baik tentangmu!"

"Teri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1389

    Seketika, ekspresi setiap orang di aula berubah menjadi baja. Mereka menghunus senjata mereka serempak, sebuah gerakan yang terkoordinasi oleh takdir yang tak terhindarkan. Prisly juga mengeluarkan pedang tipis yang berkilauan, wajahnya yang cantik kini dihiasi oleh tekad yang tak kenal takut. Mereka semua tahu apa yang akan datang.Di kedua sisi aula, ukiran naga raksasa yang melingkari pilar-pilar istana mulai bersinar. Di tengah guncangan dahsyat itu, mata mereka yang terbuat dari permata menyala, dan tubuh batu mereka menjadi sisik dan daging. Dengan raungan yang mengguncang surga, kedua naga itu melepaskan diri dari pilar dan melayang-layang di udara.Nathan menatap kedua naga itu dengan mata terbelalak. "Naga Yin dan Yang?" Ia langsung mengenali kedua makhluk legendaris itu.BRUAK! BRUAK!Ledakan keras dari luar membuat istana berguncang semakin hebat. Dinding-dinding mulai retak. Semua orang berhamburan keluar dari istana untuk menyambut takdir mereka. Pada saat yang sama, kesa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1388

    Ia melangkah melewati gerbang, dan pemandangan di dalamnya membuatnya semakin terkesima. Kota ini hidup dan damai. Para pedagang menjajakan barang-barang aneh—buah-buahan yang bersinar dari dalam, permata yang melayang-layang di atas bantalannya.Bangunan-bangunan kuno yang anggun menjulang ke langit, arsitekturnya seolah meniru bentuk-bentuk terumbu karang. Dan orang-orangnya, semua orang tersenyum, wajah mereka memancarkan kebahagiaan yang tulus.Namun, bukan itu yang paling mengejutkannya. Saat ia memfokuskan indranya, ia bisa merasakan aura samar yang terpancar dari semua orang. Bahkan anak-anak yang berlarian mengejar kupu-kupu bercahaya, bahkan pedagang tua yang meneriakkan dagangannya—mereka semua adalah kultivator. Tubuh mereka dialiri oleh kekuatan spiritual."Jadi... ribuan tahun yang lalu, menjadi seorang kultivator adalah hal yang biasa?" bisik Nathan pada dirinya sendiri, rasa takjubnya bercampur dengan sejenis kesedihan yang mendalam.Perlahan, ia menyeberangi kota itu,

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1387

    Cahaya keemasan yang begitu murni dan menyilaukan langsung menusuk matanya yang belum terbiasa. Rasanya begitu hangat dan damai, membuatnya secara naluriah menutupinya dengan tangan."Di mana aku?" bisiknya, suaranya serak dan pecah. "Apakah ini... surga?"Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, mencoba mengusir kabut yang menyelimuti benaknya. Dengan susah payah, ia memaksa tubuhnya yang remuk untuk bangkit duduk. Saat itulah ia melihat sekelilingnya, dan napasnya tertahan. Ia berada di sebuah aula istana yang begitu megah dan mewah hingga melampaui imajinasinya.Seketika ia sadar. Ini bukan surga. Ia tidak mati.Nathan mengamati sekelilingnya dengan saksama. Dinding, pilar, bahkan lantainya tampak seolah-olah diukir dari emas padat, memancarkan cahaya keemasan yang agung. Di ujung aula, sebuah singgasana raksasa berdiri dengan megah. Namun, ada yang terasa janggal. Di atas singgasana yang begitu agung itu, duduk sesosok patung raja duyung, kehadirannya terasa aneh dan tidak pada t

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1386

    Di sebuah tempat di luar jangkauan waktu dan akal, Nathan terbaring di lantai pualam sebuah istana yang bermandikan cahaya lembut dan abadi.Darah yang mengering di sekujur tubuhnya tampak seperti peta penderitaan yang mengerikan. Ia tidak bergerak, napasnya begitu dangkal hingga nyaris tiada, terombang-ambing di lautan antara hidup dan mati.Di ujung ruangan megah itu, di atas sebuah singgasana yang terbuat dari emas murni, duduklah sesosok patung yang aneh sekaligus agung. Bagian atasnya adalah bagian tubuh seorang raja pejuang yang gagah, sementara bagian bawahnya adalah ekor ikan raksasa yang bersisik.Di tangannya, ia menggenggam sebuah trisula yang seolah dialiri kekuatan samudra. Patung itu begitu hidup, matanya seolah menatap keabadian.Di sekeliling singgasana, tersebar cekungan-cekungan dangkal di lantai, masing-masing terisi penuh oleh darah spiritual yang memancarkan cahaya redup—koleksi esensi kehidupan dari berbagai monster purba.Tiba-tiba, di tengah keheningan sakral i

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1385

    Ryuki mengerutkan kening, ia tidak mengerti. Namun, ia tidak peduli. Tinjunya menghantam dada Nathan dengan kekuatan penuh.Sebuah daya ledak yang dahsyat membuat tubuh Nathan terlempar jauh ke belakang seperti bola meriam. Namun kali ini, Nathan sama sekali tidak menggunakan kekuatan spiritualnya untuk bertahan. Ia membiarkan kekuatan penuh Ryuki menghantamnya, mengubah serangan mematikan itu menjadi sebuah daya dorong untuk melontarkan dirinya menjauh dari medan pertempuran.Dunia Nathan berubah dari api menjadi es. Saat ia menghantam permukaan laut dengan kekuatan yang membuat organ-organ dalamnya serasa bergejolak. Rasa asin yang pekat bercampur dengan rasa darah di mulutnya saat ia memuntahkan sisa-sisa napasnya.Tubuhnya yang hancur tenggelam seperti batu ke dalam kegelapan yang dingin dan sunyi. Ini adalah bagian dari rencananya—sebuah pertaruhan putus asa. Di darat, Sancho akan membakarnya menjadi abu, memastikan Inti Naga Sejatinya musnah selamanya. Di laut, setidaknya ada se

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1384

    Namun, saat mereka menunduk, napas mereka tercekat.Di tengah-tengah kawah yang menghitam, sesosok tubuh terbaring.. Tubuhnya hangus dan berlumuran darah, dagingnya robek di banyak tempat, memperlihatkan serpihan tulang putih yang mencuat seperti cabang-cabang pohon mati. Ia lebih mirip sisa-sisa korban kebakaran daripada seorang manusia."Tubuh fisiknya... bahkan setelah semua ini, tubuhnya tidak hancur berkeping-keping!" bisik salah seorang Tuan Muda, suaranya bergetar karena ngeri dan takjub."Sekuat apa pun, apa gunanya sekarang?" balas yang lain dengan nada mencemooh, berusaha menyembunyikan rasa takutnya. "Dia sudah pasti mati. Inilah akibatnya jika berani memprovokasi Martial Shrine dan keluarga Zellon.""Benar, bahkan dewa penyembuh pun tidak akan bisa menyatukan kembali tubuh seperti itu."Ryuki menghela napas panjang, sebuah beban berat terangkat dari pundaknya. Akhirnya, selesai sudah. Ia telah membalaskan dendamnya. Meskipun ia tidak mendapatkan harta karun Nathan, melihat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status