Share

Bab 91

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-04-04 21:11:32

“Oh iya, kenapa Paman dan Bibi tidak tinggal di Villa Ascalon lagi? Bukankah lingkungan disana cukup baik?” Sarah tiba-tiba teringat kalau ayah dan ibunya Nathan bersikeras meninggalkan Villa Ascalon langsung menanyakannya.

“Itu, aku juga tidak tahu!” Nathan menggelengkan kepalanya, Nathan sampai sekarang tidak tahu kenapa orang tuanya bersikeras meninggalkan Villa Ascalon dan mengatakan hal-hal itu kepadanya. “Hanya saja, aku rasa ada orang yang mengatakan sesuatu pada mereka, makanya mereka memutuskan untuk pergi!”

Setelah mendengar penjelasan Nathan, Sarah seketika menyadari sesuatu. “Sepertinya, pasti ini ulah Anton, keterlaluan sekali, dia kira dengan melakukan hal ini akan membuatku suka padanya, dia sudah melewati batasnya!”

“Anton?” Nathan tercengang. “Manajer umum itu?”

Nathan sekarang juga paham, kenapa saat dia sedang wawancara, Antonius tiba-tiba muncul dan memutuskan untuk menerimanya, ternyata dia sudah mengetahui identitasnya, tahu hubungannya dengan Sarah.

“Benar, dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1391

    "Aku akan mengeluarkanmu dari sana," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri daripada pada sosok beku di hadapannya.Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kristal es itu. Seketika, hawa dingin yang begitu menusuk hingga terasa membakar menjalari ujung jarinya, melesat naik ke lengannya. Hawa dingin ini bukan sekadar suhu rendah, seperti kematian itu sendiri, sebuah kekosongan purba yang merenggut semua kehangatan. Ia menarik tangannya kembali dengan cepat.Nathan menarik napas dalam-dalam, memfokuskan sisa kekuatan spiritualnya. Nyala api berwarna biru mulai menari-nari di atas kedua telapak tangannya, menciptakan aura kehangatan yang rapuh di tengah kota yang dingin dan mati.Perlahan, ia mendekat lagi. Kedua tangannya yang diselimuti api biru menyentuh permukaan es dengan lembut. Hawa dingin yang menusuk kembali menyerang, bertarung hebat dengan api spiritualnya.Nathan mengertakkan gigi, mencoba memblokir rasa dingin itu sambil menyalurkan energi spiritualnya yang

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1390

    "AHHH!"Sebuah teriakan pilu yang sarat akan kesedihan merobek keheningan istana emas itu. Nathan tersentak dari kultivasinya, matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah seolah ia baru saja berlari melintasi zaman. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.Visi itu terasa begitu nyata.Ia melihat sekeliling.Sebagian besar butiran darah spiritual di lantai telah kehilangan cahayanya, esensi kehidupan mereka telah diserap olehnya. Namun, anehnya, peningkatan kekuatannya tidak terlalu signifikan. Kebutuhan energi spiritualnya untuk setiap kemajuan kini telah mencapai tingkat yang di luar nalar. Ribuan butir esensi darah ini, yang bagi orang lain adalah harta karun tak ternilai, baginya hanyalah seteguk air di tengah gurun."Apakah tadi itu hanya mimpi?" bisiknya, menyeka keringat di keningnya.Matanya tanpa sadar tertuju pada patung raja duyung di atas singgasana. Patung itu masih di sana, diam dan membatu, seolah mengejek ingatannya.Setelah mengambil beberapa napas dalam-dalam u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1389

    Seketika, ekspresi setiap orang di aula berubah menjadi baja. Mereka menghunus senjata mereka serempak, sebuah gerakan yang terkoordinasi oleh takdir yang tak terhindarkan. Prisly juga mengeluarkan pedang tipis yang berkilauan, wajahnya yang cantik kini dihiasi oleh tekad yang tak kenal takut. Mereka semua tahu apa yang akan datang.Di kedua sisi aula, ukiran naga raksasa yang melingkari pilar-pilar istana mulai bersinar. Di tengah guncangan dahsyat itu, mata mereka yang terbuat dari permata menyala, dan tubuh batu mereka menjadi sisik dan daging. Dengan raungan yang mengguncang surga, kedua naga itu melepaskan diri dari pilar dan melayang-layang di udara.Nathan menatap kedua naga itu dengan mata terbelalak. "Naga Yin dan Yang?" Ia langsung mengenali kedua makhluk legendaris itu.BRUAK! BRUAK!Ledakan keras dari luar membuat istana berguncang semakin hebat. Dinding-dinding mulai retak. Semua orang berhamburan keluar dari istana untuk menyambut takdir mereka. Pada saat yang sama, kesa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1388

    Ia melangkah melewati gerbang, dan pemandangan di dalamnya membuatnya semakin terkesima. Kota ini hidup dan damai. Para pedagang menjajakan barang-barang aneh—buah-buahan yang bersinar dari dalam, permata yang melayang-layang di atas bantalannya.Bangunan-bangunan kuno yang anggun menjulang ke langit, arsitekturnya seolah meniru bentuk-bentuk terumbu karang. Dan orang-orangnya, semua orang tersenyum, wajah mereka memancarkan kebahagiaan yang tulus.Namun, bukan itu yang paling mengejutkannya. Saat ia memfokuskan indranya, ia bisa merasakan aura samar yang terpancar dari semua orang. Bahkan anak-anak yang berlarian mengejar kupu-kupu bercahaya, bahkan pedagang tua yang meneriakkan dagangannya—mereka semua adalah kultivator. Tubuh mereka dialiri oleh kekuatan spiritual."Jadi... ribuan tahun yang lalu, menjadi seorang kultivator adalah hal yang biasa?" bisik Nathan pada dirinya sendiri, rasa takjubnya bercampur dengan sejenis kesedihan yang mendalam.Perlahan, ia menyeberangi kota itu,

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1387

    Cahaya keemasan yang begitu murni dan menyilaukan langsung menusuk matanya yang belum terbiasa. Rasanya begitu hangat dan damai, membuatnya secara naluriah menutupinya dengan tangan."Di mana aku?" bisiknya, suaranya serak dan pecah. "Apakah ini... surga?"Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, mencoba mengusir kabut yang menyelimuti benaknya. Dengan susah payah, ia memaksa tubuhnya yang remuk untuk bangkit duduk. Saat itulah ia melihat sekelilingnya, dan napasnya tertahan. Ia berada di sebuah aula istana yang begitu megah dan mewah hingga melampaui imajinasinya.Seketika ia sadar. Ini bukan surga. Ia tidak mati.Nathan mengamati sekelilingnya dengan saksama. Dinding, pilar, bahkan lantainya tampak seolah-olah diukir dari emas padat, memancarkan cahaya keemasan yang agung. Di ujung aula, sebuah singgasana raksasa berdiri dengan megah. Namun, ada yang terasa janggal. Di atas singgasana yang begitu agung itu, duduk sesosok patung raja duyung, kehadirannya terasa aneh dan tidak pada t

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1386

    Di sebuah tempat di luar jangkauan waktu dan akal, Nathan terbaring di lantai pualam sebuah istana yang bermandikan cahaya lembut dan abadi.Darah yang mengering di sekujur tubuhnya tampak seperti peta penderitaan yang mengerikan. Ia tidak bergerak, napasnya begitu dangkal hingga nyaris tiada, terombang-ambing di lautan antara hidup dan mati.Di ujung ruangan megah itu, di atas sebuah singgasana yang terbuat dari emas murni, duduklah sesosok patung yang aneh sekaligus agung. Bagian atasnya adalah bagian tubuh seorang raja pejuang yang gagah, sementara bagian bawahnya adalah ekor ikan raksasa yang bersisik.Di tangannya, ia menggenggam sebuah trisula yang seolah dialiri kekuatan samudra. Patung itu begitu hidup, matanya seolah menatap keabadian.Di sekeliling singgasana, tersebar cekungan-cekungan dangkal di lantai, masing-masing terisi penuh oleh darah spiritual yang memancarkan cahaya redup—koleksi esensi kehidupan dari berbagai monster purba.Tiba-tiba, di tengah keheningan sakral i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status