Share

Kembalinya sang Pewaris Terkuat
Kembalinya sang Pewaris Terkuat
Author: Sarangheo

Bab. 1. Pria Asing

Di Rumah Sakit.

Suara ketukan indah silih berganti, dari sepatu hak tinggi milik seorang wanita cantik, suaranya bergema di lorong yang sunyi. Dia berjalan dengan anggun dan tenang.

"Bukankah dia Agnes Aditama, putri tertua dari keluarga Aditama? Wow, dia cantik sekali!" Salah satu orang di koridor berbisik.

"Benar, dia cantik. Dia adalah salah satu wanita paling terkenal di Kota A. Tapi ngak ada gunanya jadi cantik atau terkenal? Nasibnya ngak sebaik dirinya!" Yang lain menimpali.

"Sangat kasihan! Wanita secantik dia harus menjalani kehidupan yang buruk? Kecelakaan Arga telah membawa aib bagi keluarganya kali ini."

"Aku jadi penasaran, apa sih yang dipikirkan Tuan Aditama. Jelas-jelas keluarga Pratama sudah bangkrut, tetapi mereka masih saja membiarkan cucunya menikah dengan Arga Pratama, padahal dia merupakan pecundang besar!"

Meskipun keluarga Aditama bukan termasuk dalam daftar keluarga bangsawan, ia masih memegang posisi terhormat di Kota A karena kekayaannya. Agnes menguasai hati para pemuda. Dia cantik, cerdas, dan yang paling terpenting, dia berasal dari keluarga kaya. Pria muda dari berbagai keluarga terkaya di Kota A pun banyak yang tergila-gila padanya. Mereka menganggap Agnes bagaikan seorang dewi. Namun, semua orang sangat kecewa, saat, tiba-tiba keluarga Aditama mengumumkan pernikahan antara Agnes dengan Arga dua tahun yang lalu. Keduanya bertunangan sejak mereka masih kecil. Pernikahan mereka pun menjadi salah satu topik diskusi terpanas di kota A.

Agnes terus melangkah maju, mengabaikan diskusi di sekitarnya. Dalam dua tahun terakhir ini, orang-orang membuat begitu banyak versi cerita yang berbeda. Masing-masing dari mereka sepertinya memiliki alasan mengapa mereka menikah. Agnes bosan dengan gosip dan spekulasi yang tak henti-hentinya. Dia mengabaikan tatapan ingin tahu orang-orang terhadap dirinya, diam-diam dia mengikuti seorang perawat ke bangsal VIP.

Di dalam sebuah ruangan, seorang pria bertubuh tinggi dan memiliki wajah yang tampan sedang berbaring di atas tempat tidur. Matanya tampak terbuka lebar, dan dia kini perlahan duduk.

Kedipan mata Daniel yang cerdas mengamati seisi ruangan, seakan dia mewaspadai adanya bahaya. Setelah yakin aman, Daniel pun menghela nafas lega.

Kebingungan kini melintas di wajahnya, Daniel mengalihkan pandangannya ke tempat yang tidak dikenalnya. Dia ingat, dia jatuh ke laut saat itu. Terbangun di ranjang rumah sakit terasa aneh baginya, karena Daniel tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi padanya setelah dia jatuh ke laut.

"Oh sial!"

Daniel bergumam pada dirinya sendiri. Ada sedikit rasa dingin di mata cerahnya. Untuk seorang seniman bela diri tingkat atas seperti dia, beberapa bulan terakhir adalah waktu terburuk dalam hidupnya. Racun itu kini perlahan mulai menunjukkan efek. Daniel dipaksa untuk menikah. Selain itu, musuh-musuhnya terus mengejar dirinya, mencoba memburunya.

Seringai kejam mengembang di sudut bibirnya saat dia mengingat para pengawal dead di kapal pesiar itu.

Daniel memutar persendiannya, dan hendak menghubungi anak buahnya melalui alat komunikasi khusus miliknya.

Daniel ingin meminta mereka untuk menjemputnya. Tapi pada saat itu, kenop pintu tiba-tiba diputar. Merasakan akan ada seseorang yang hendak masuk, Daniel segera berbaring lagi di tempat tidur.

"Ms. Aditama, Tuan Arga baik-baik saja. Dia bisa menjalani prosedur pemulangan begitu dia bangun nanti." Seorang Perawat tersenyum simpatik.

Wajah Agnes tegang karena marah. Setelah keluarga Pratama bangkrut, Arga menikahinya. Pria itu menyebabkan masalah ke mana pun dia pergi, alih-alih berubah menjadi menantu yang baik untuk membalas kebaikan keluarganya. Arga pergi balapan waktu itu. Namun, sayangnya pria itu kehilangan kendali; mobilnya jatuh ke laut.

"Terima kasih suster."

Agnes memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya Agnes tidak ingin membuka pintu sampai dia benar-benar tenang.

Sementara Daniel di dalam sana dengan cepat mengatur ulang ekspresinya, memastikan untuk tidak memancarkan aura pembunuh. Berbaring di ranjang sakit, pria itu tampak lemah dan tidak kompeten.

Pintu bangsal kini terbuka. Aroma parfum yang samar bercampur dengan bau desinfektan di udara. Kemudian, Agnes berjalan masuk. Mata Daniel berbinar. Nafasnya seakan terhenti di tenggorokan. Daniel sudah menemukan banyak sekali wanita cantik di masa lalu. Namun, yang berdiri di depan membuat rahangnya jatuh. Dia adalah kecantikan yang menakjubkan.

Agnes masih berusia dua puluhan. Dia mengenakan setelan tradisional yang modis, pakaian itu menempel cocok di tubuh rampingnya. Rambutnya yang panjang dan keriting bergoyang dalam setiap gerakan. Semua wajah Agnes diukir sempurna seolah-olah Agnes adalah bidadari yang turun ke bumi. Kulit putihnya tidak memiliki cacat sama sekali—Agnes begitu cantik alami.

'Siapa dia? Astaga! Dia terlihat sangat alami!'

Daniel berpikir dalam hati. Dia baru saja menatap wanita itu tetapi Daniel sudah menumbuhkan rasa suka padanya. Namun, kemarahan di mata Agnes membingungkannya.

"Kau... kau sangat menyebalkan!"

Agnes ingin mengumpat, tapi tatapan Daniel menghentikan dari keinginannya untuk mengatakan sesuatu yang kasar, namun Agnes tidak bisa mengendalikan rasa kekecewaannya. Melihat Arga tentu saja sudah membuat Arga kesal berlipat-lipat.

Daniel menatapnya dengan tatapan bertanya. Dia berkedip dan memeriksa wajahnya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Daniel memutar otak.

'Apakah aku pernah melihatnya?'

Daniel menyimpulkan bahwa dia belum pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya karena Daniel tidak akan mungkin melupakan wanita secantik Agnes dalam hidupnya.

"Sayang, aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

Cara terbaik untuk menangani situasi seperti ini adalah dengan berpura-pura tidak tahu dan bodoh.

"Kau baru saja memanggilku apa?" Agnes mencibir. Dia mengepalkan telapak tangannya, karena dia hampir tidak bisa menahan amarah dan frustrasinya.

"Arga Pratama, apakah kau berpura-pura kehilangan ingatanmu?"

Kerutan di dahi Daniel semakin dalam. Dia merasa bahwa Agnes telah salah mengira dia sebagai orang lain.

"Kurasa ada kesalahpahaman. Namaku Daniel Khan, bukan Arga Pratama!"

"Salah paham kau bilang?" Kemarahan Agnes berada di puncaknya.

"Apakah kau pikir dengan mengubah namamu akan mengubah segalanya tentangmu? Aku bisa mengenalimu bahkan jika kau berubah jadi abu! kau masih memiliki hati nuranikan? Mengapa kau selalu menemukan cara untuk menciptakan masalah baru? Apakah keluarga kami pernah memperlakukanmu dengan buruk?"

Kebingungan di wajah Daniel membuatnya marah. Agnes mengira pria itu berpura-pura tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia melangkah ke tempat tidur dan menunjuk dahinya.

"Kau pergi balapan, bukan? Apakah kau menganggap dirimu sebagai putra kaya dari keluarga Pratama? Pegang kendali, Arga! Kau harus tahu bahwa kesehatan kakekku memburuk karenamu?"

Rahang Daniel mengeras. Dia terus menatap wanita itu, tidak tahu mengapa Agnes terus berteriak padanya. Tidak ada yang berani menunjuk ke arahnya, tetapi wanita itu telah meneriaki dirinya sejak dia masuk ke kamar.

"Keluargaku telah membayar semua pengeluaranmu, setiap rupiah yang kau belanjakan adalah milik keluargaku. Keluargaku membersihkan kekacauan yang dibuat keluargamu. Keluargaku tidak berhutang apa pun padamu! Kau menjijikkan, Arga! Kakekku bahkan menikahkan kita setelah keluargamu bangkrut. Dia memperlakukanmu seperti cucunya sendiri. Apa lagi yang kau inginkan, dasar bajingan yang tidak tahu berterima kasih! Apakah kau tidak bahagia menikah denganku? Coba tebak? Bahkan aku tidak tertarik dengan pernikahan ini. Aku tidak menyukaimu! Tapi kau harus tahu kenapa aku sangat membencimu? Itu karena kau pengecut! Kau tidak berharga, tidak berguna, egois! Pernahkah kau peduli padaku dan keluargaku setelah kita menikah? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Kakek mencintai dan menghormatimu. Tapi pernahkah kau memikirkan perasaannya?"

Hati Daniel melunak saat melihat rasa sakit dan kegelisahan di mata Agnes. Daniel merasa kasihan padanya. Tapi Daniel tidak bisa mengerti mengapa wanita cantik itu menganggapnya sebagai suaminya.

'Apakah Aku terlihat seperti suaminya?'

"Sayang, maafkan aku, tapi kau salah mengira. Aku bukan Arga Pratama."

Meskipun Agnes sempurna baginya dalam segala hal, tapi dia tidak tertarik padanya karena dia sudah menikah.

"Kau masih tetap tidak akan mengakui kebenarannya, kan?" Wajah Agnes memerah karena marah. Tubuhnya mulai bergetar.

"Lihat ini. Apakah kau akan mengatakan ini bukan dirimu?"

Dia mengeluarkan kartu identitas dan melemparkannya ke wajah Daniel. Daniel mengerutkan kening dan mengambilnya. Matanya terbelalak saat melihat gambar di kartu itu.

'Apa-apaan ini!'

Jika bukan karena nama "Arga Pratama" di kartu identitas tersebut, Daniel akan percaya bahwa itu adalah dia. Arga adalah kembaran dirinya. Keduanya tampak sama.

"Apakah kau masih akan mengatakan bahwa kau bukan Arga?" Agnes mendengus dingin. Ekspresi terkejut di wajah Daniel membuat Agnes marah.

"Jika kau mengulanginya lagi, aku akan menceraikanmu seperti apa yang dikatakan Kakek!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status