Share

Kembang Desa di Lubang Buaya
Kembang Desa di Lubang Buaya
Penulis: Beyouna

BAB 1. Jerat Rentenir

Penulis: Beyouna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-23 14:14:33

Cuaca kelam berselimut kabut, gemuruh petir bersahut-sahutan menggelegar di angkasa. Seorang wanita muda masih duduk mematung di tepi sebuah makam yang masih baru. Ia sendirian di sana, para warga sudah beranjak sedari tadi, meninggalkannya dalam kepiluan seorang diri.

"Kakek, setelah ini aku harus kemana?" isak Wina di tengah derasnya hujan.

Wina akhirnya berdiri setelah sekian lama bertekur di sisi makam Kakeknya, melangkah gontai meninggalkan Pemakaman. Tubuhnya kini kuyub, ia menggigil kedinginan berjalan gontai untuk pulang.

Malam telah tiba, Wina kini sendirian di rumah peninggalan Kakeknya. Rumah yang sedari kecil ia tempati bersama Kakek dan Neneknya. Yang kini keduanya telah pergi meninggalkannya. Wina duduk di atas dipan tua, mengenang kembali masa-masa indah saat mereka berdua masih hidup.

Tok, tok, tok!

Sebuah ketukan kasar membuat Wina terhenyak dari lamunan nostalgianya. Ada orang di luar, yang seolah tak paham bahwa hari ini ia sedang berduka.

"Wina! buka pintunya!" teriak seorang Pria yang sepertinya familiar di telinga Wina.

"Sebentar!" jawab Wina sambil beranjak dari ranjang berderitnya.

Dengan malas pintu-pun ia buka, didapatinya pak Gondo, seorang Rentenir di Desa itu sedang berdiri di depan pintu bersama dua orang Bodyguardnya.

"Hai maniiis! sedang apa? menangisi kepergian tua bangka itu? ah, sudahlah! sebentar lagi, kau akan menjalani hidup bahagia bersamaku." ucap pak Gondo sembari menyesap cerutunya.

"Apa maksud Anda, Pak?" ucap Wina mengernyitkan dahinya.

"Ah, masa kau tak paham? tapi kau pasti tahu kalau Kakekmu bertahun-tahun memiliki hutang padaku? yaaa, untuk mengobati penyakitmu dahulu. Tentunya, dengan jaminan tanah dan rumah ini. Hanya saja, karena bunga-bunga dari hutang Kakekmu yang sudah menggunung, tanah dan rumah ini mana mungkin cukup melunasi itu semua." jelasnya sembari melangkah perlahan mendekati Wina.

"Apa?! Anda jangan mengada-ngada, Pak! setiap minggu Kakekku selalu menyetor pada Anda! dan Kakekku mengatakan kalau hutang-hutangnya pada Anda sebentar lagi akan lunas. Bagaimana mungkin, sekarang Anda malah mengatakan tanah dan rumah ini bahkan tak cukup untuk melunasi hutang-hutangnya?" jawab Wina tegas.

"Hahahaha! akan lunas?! lolucon macam apa itu?" jawab pak Gondo tertawa.

Pak Gondo mengisyaratkan kode pada Bodyguardnya untuk mengeluarkan sebuah berkas dari dalam tas yang ditentengnya. Berkas itu kemudian diberikan pada Wina.

"Nih, baca dan lihatlah! untuk bunga yang terus beranak pinak itu saja, Kakekmu mana mungkin sanggup membayarnya, bahkan sampai ia ditelan tanah sekalipun." ucap pak Gondo sambil menyeruput cerutunya .

"Tak mungkin!" ucap Wina tak percaya.

"Jadi, malam ini juga. Kau harus bersiap-siap untuk kuboyong ke rumahku." ucap pak Gondo dengan mata yang jelalatan dan lidah yang menjilati bibirnya.

"Hah, kenapa? kenapa saya harus ikut dengan Anda?" tukas Wina berontak saat kedua Bodyguard itu mendekati Wina dan memegang kedua tangannya.

"Untuk menjadi isteri kelimaku." ucap pak Gondo sambil membalikkan badan dan mengisyaratkan kode pada Bodyguardnya untuk membawa Wina masuk ke mobil.

Wina berteriak minta tolong, namun apalah daya? para tetangga yang berjarak sekitar puluhan meter dari kediaman Wina meski mereka mendengar teriakan Wina sekalipun, mereka tak akan berani pada pak Gondo. Lagipula, malam ini hujan masih saja cukup deras, deruan guruh dan kilat bersahut-sahutan di angkasa. Menyamarkan teriakan Wina yang minta tolong.

Wina segera disekap dan dimasukkan ke dalam mobil. Ia berkali-kali berontak, namun tiada berarti. Tubuh mungilnya semakin tampak ringkih saat kedua bodyguard itu duduk di sisi kiri dan kanannya di jok belakang.

Mobil melaju di tengah gelapnya jalan desa, hanya beberapa penerangan lampu jalan yang dibangun dengan jarak cukup jauh satu sama lain. Menjadikan cahaya dari lampu mobil jeep itu seakan menembus pekatnya malam dengan hujan deras di sepanjang jalan.

"Lepaskan saya, pak Gondo! saya tidak sudi dijadikan Istri Bapak! apalagi jadi yang kelima!" teriak Wina berontak.

"Hahahaha! berontaklah sayang! semakin kau berontak dan teriak, libid0ku semakin memuncak! tidakkah ini menggair4hkan?!" ucap pak Gondo tertawa bersama para Bodyguardnya.

Deru tawa di dalam mobil serempak meriuhkan suasana, namun tetap mencekam dan menakutkan bagi Wina.

"Tidakkah saya lebih muda dari Putri-putri Anda, pak Gondo? apakah Anda tidak malu? dimana naluri Anda!" ucap Wina kembali membentak dengan lelehan air mata membasahi wajahnya.

"Hahahahah! untuk sebuah selera dan hasrat, naluri bisa kukesampingkan dahulu. Yang jelas, sekarang aku akan melahap kembang desa kita ini sepuasnya! hahahahah!" sahut pak Gondo tertawa diiringi oleh para Bodyguardnya.

"B4jing4n!" herdik Wina sembari menaikkan tangannya mencoba meraih kepala pak Gondo.

"Hahahahah! teruskan Wina! teruskan! aku sangat menyukai kucing liar sepertimu! penuh emosi meluap-luap! Hahahaha! bukankah seharusnya kau bersyukur? kau kunikahi, bukan kuzin4hi. Ya, toh?!" ucap Pak Gondo kembali tertawa.

Ngiiiiiiittt....!

Tiba-tiba saja sebuah mobil offroad double cabin menyalip dan berhenti seketika memotong laju mobil milik pak Gondo, mobilpun spontan berhenti.

"Si4lan! kur4ng aj4r! kau bisa menyetir tidak?!" bentak Pak Gondo pada Sopirnya.

"Maaf, Tuan. Anu, di depan ada yang memotong jalan tiba-tiba." jawab Sopirnya gugup.

"Siapa itu?! kau, keluar! coba cek!" perintah Pak Gondo pada salah seorang Bodyguardnya.

"Siap, Pak!" jawabnya sembari membuka pintu mobil.

Bodyguard bertubuh gempal dan tinggi itu melangkah mendekati mobil yang berhenti di depan. Mengetuk kaca jendela mobil dan menunggu orang yang ada di dalam agar keluar.

Pintu mobil terbuka, dan tiga orang bertubuh besar keluar dari dalam mobil tampak bersiap menghadapi bodyguard pak Gondo.

"Siapa kalian?!" tanya Bodyguard pak Gondo lantang.

"Keluarkan gadis itu! biarkan kami membawanya." ucap salah seorang dari mereka.

"Hah! apakah Kakek gadis itu juga memiliki hutang pada kalian?" selidik Bodyguard pak Gondo.

"Tidak! tapi kami akan membayar hutang-hutang Kakek gadis itu seluruhnya hingga lunas. Berikan gadis itu pada kami!" ucap salah seorang dari mereka.

"Hahahahah! apa? memangnya kalian siapa? Lembaga Sosial? tidak, tidak, tidak! aku tak butuh duit kalian! aku akan segera menikahi gadis ini malam ini!" ucap Pak Gondo yang tiba-tiba keluar dari Mobil.

"Kalau begitu, Anda menginginkan kami melakukannya dengan kekerasan." ucap mereka dengan lantang.

"Hajar mereka!" perintah pak Gondo pada Bodyguard-bodyguardnya sambil berbalik badan hendak masuk ke mobil.

Namun, saat menyadari pintu mobil di sisinya terbuka, Wina segera mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri. Wina turun dari mobil dan menolak tubuh Pak Gondo yang hendak masuk ke dalam mobil.

"Hey jal4ng! mau kabur kemana kau!" teriak pak Gondo yang sudah terduduk di tanah karena ditolak Wina.

Wina berlari kencang, ia berharap bisa kabur dengan cepat. Namun, langkahnya tidaklah secepat itu. Sebuah suntikan berhasil mendarat di pundaknya. Suntikan yang ditembakkan oleh seorang Pria yang keluar dari dalam mobil offroad double cabin itu.

Wina berhenti melangkah, ia memegang pundaknya. Sebuah jarum suntik tengah menyalurkan cairan bius ke dalam tubuhnya. Pandangan Wina seketika buram, kakinya lemas dan langsung terkulai ambruk.

Demikian dengan kedua Bodyguard pak Gondo, dengan mudah dilumpuhkan oleh tiga orang bertubuh besar itu menggunakan tehnik professional, sedang pria yang menembakkan suntikan itu pada Wina, melangkah maju mendekati pak Gondo yang tampak gugup.

"Si, siapa Anda?!" tanya Pak Gondo gugup.

"Saya? hmm, seorang yang mengincar gadis itu. Tapi saya akan mengambilnya dengan adil." ucap Pria itu sambil mengisyaratkan kode pada salah seorang Bodyguardnya yang memegang sebuah koper kecil.

Bodyguard itu langsung membawa koper kecil itu mendekat, ia kemudian membuka koper itu. Di dalam koper itu tersusun rapi tumpukan uang Seratus Ribuan Rupiah.

"Hah, uang? untuk membeli gadis itu? hahahahah!" ucap Pak Gondo tertawa gugup.

"Ck, bukan untuk membeli, bod0h! hutang Kakek gadis itu awalnya hanya dua puluh lima juta. Selama dua puluh dua tahun, hanya dicicil bunganya saja, sementara pangkal dan bunga yang alpa sebulan terus berkembang dan beranak pinak. Dan kini, sudah menjadi Dua Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah. Ck, di koper ini ada Tiga Ratus Juta Rupiah. Ambil semuanya! dan jangan kau ganggu tanah dan rumah Kakeknya!" ucap Pria itu sembari menyodorkan koper itu pada Pak Gondo.

Pak Gondo tampak bimbang. Satu sisi ia sudah lama mengincar Wina dan menunggunya menjadi dewasa seperti saat ini. Wina adalah kembang desa yang meski sudah berusia dua puluh dua tahun, tetap tampak bak remaja yang baru menginjak usia belasan tahun. Semerbak aroma penghantar kabar kecantikannya sudah sampai ke desa-desa sebelah. Wajah cantiknya sangat khas, mirip dengan aktris cantik dari Negara Turky Ozge Yagiz. Di sisi lain, ia tidak mungkin menolak uang senilai Tiga Ratus Juta kontan itu.

"Bagaimana jika saya tidak bersedia?" tanya pak Gondo seolah melakukan negosiasi.

"Maka, kau harus bersiap mati di sini saat ini juga." ucap Pria itu sembari merogoh saku di balik jaket hitamnya, dan mengambil sebuah senjata api berupa pistol.

Pak Gondo langsung mendelik, ia mundur beberapa langkah. Bagaimanapun, ia hanyalah seorang Rentenir yang hanya memiliki power di desanya. Melihat lawannya saat ini, ia yakin, jika pria ini adalah seorang yang memiliki kuasa selevel dengan Mafia di Kota.

"Ba, baiklah! persetan dengan gadis itu! se, serahkan uang itu padaku! dan bawa saja dia bersama kalian!" ucap Pak Gondo gugup.

"Ck, aku sudah katakan sebelumnya, aku akan adil untuk meminta gadis itu darimu. Kenapa harus berbelit-belit begini?" ucap Pria itu seraya mengisyaratkan pada Bodyguardnya agar membawa Wina dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Apakah saya boleh tahu, Anda ini siapa? ke, kenapa Anda bahkan tahu tentang hutang-hutang Kakeknya gadis itu?" selidik Pak Gondo.

_______________

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Eksekusi Bulan Madu

    ***"Hah, sepertinya kau tak perlu berusaha lebih keras agar aku mengabulkan keinginanmu, Wina!" ucap Darius sambil menutup panggilan di ponselnya."Kenapa?""Bibi Wina mengancamku bahwa dia akan mendatangkan Polisi ke rumahku, Jika aku tak melepaskan Revan sekarang juga.""Hah! apa orang sepertimu takut dengan Polisi? luar biasa sekali, itu sama sekali bukanlah dirimu yang kukenal.""Tidak! hanya rasa malas saja memperumit keadaan. Lagipula, aku dan kau akan bersenang-senang, bukan?""Bersenang-senang apaan?""Kau dan aku akan berbulan madu, sayang!"Darius kembali menggenggam jemari Wina, dan menariknya ke mobil. Membuka pintu depan dan menaruh telapak tangannya ke atas kepala Wina dan menekan kepala Wina agar menunduk ke bawah untuk masuk ke dalam mobil."Kenapa kau selalu memaksa!?" ucap Wina kesal setelah tubuhnya berhasil masuk ke dalam mobil."Karna aku sangat senang jika kau kesal dan b

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Negosiasi

    ***Wina membuka matanya perlahan, dahinya berkerut saat menyadari dirinya sedang terbaring di ruangan asing namun familiar."Dimana ini?" gumamnya sambil memegang dahinya yang terasa pusing.Ia melihat di punggung tangannya tertancap jarum infus, sementara saat ia menggerakkan tangannya yang satunya, ia merasa ada yang menahan. Ia menoleh, dan melihat seorang Pria tengah tertidur sambil duduk di sisi ranjangnya dengan memegang sebalah tangannya."Tuan Darius? kenapa dia malah tertidur di sini?"Wina memperhatikan sosok pria yang tertidur di sisinya itu. Sosok yang selalu membuatnya stress dan marah. Sosok yang ia benci itu malah duduk tertidur seakan sedari tadi menungguinya sampai sadar."Kalau diperhatikan sedang tertidur begini, kenapa wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan wajah seorang yang begitu mengesalkan? bengis dan kejam? dia tampak polos saat tidur." batin Wina memperhatikan wajah Darius yang sedang tertidur.

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Dia Milikku

    *** Drrttt..., drttttt, drtttt! Bibi Noni meraih ponselnya dari saku dressnya. Ia melepaskan pelukannya dari Andrea yang sudah mulai tenang dan berbaring di tempat tidur. Bibi Noni beranjak dari sisi ranjang, melangkah menjauhi Andrea untuk mengangkat panggilan telfon itu. "Ada apa? kenapa kau baru menghubungiku sekarang? kau tak tahu, di sini banyak sekali drama yang telah terjadi!" ["Maafkan aku, Bibi. Sekarang aku ada di sekitar rumah besar. Bisakah Bibi datang kemari?"] "Kau gila? aku sudah katakan bahwa di sini banyak sekali drama dan huru hara yang baru saja terjadi." ["Apa itu, Bibi?"] "Wina dinyatakan hamil, Andrea dan Draius berhubungan intim, Wina berkali-kali pingsan dan sekarang dia dilarikan ke Rumah Sakit oleh Darius. Dan Andrea yang mengetahui itu mengamuk dan menggila." ["Hamil? se, sejak kapan?"] "Kenapa? apa kau curiga bahwa itu anakmu?" ["Apa maksud, Bibi?"] "Bahkan Darius curiga bahwa janin yang sekarang dikandung oleh Wina, bukanlah darah dagi

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Ratu di Hatimu

    ***Cklek!Pintu dibuka, Wina masuk ke kamar utama setelah uring-uringan di ruang tamu dan taman. Satu tempatpun tak ada yang membuatnya merasa cocok. Perasaan pusing dan mual serta tak nyaman, kerap ia rasakan di setiap langkah di rumah besar itu.Saat dirinya telah berada di dalam kamar, matanya kemudian mengitari sekitar. Perasaan kagum dan heran ia rasakan saat melihat keadaan kamar saat itu. Semua perabotan kamar telah diganti, termasuk ranjang tidur. Yang awalnya memakai dipan model klasik dengan ukiran yang berat khas Jepara. Kini berubah menjadi ranjang minimalis namun tetap tampak mewah. Semua prabotan seolah dimodernisasi. Yang sebelumnya menggunakan perabotan klassik dengan ukiran-ukiran berat dan rumit, sekarang berubah menjadi serba modern dan minimalis."Aku hanya berada di luar kamar selama dua jam. Kapan mereka memperbarui kamar ini? aku tak melihat ada mobil pengangkutan yang membawa perabotan-perabotan ini semua? atau, apakah aku

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Godaan Andrea

    *** Andrea mendongak ke atas jendelanya. Ia melihat bulan tepat berada di atas kepalanya. "Aku bosan melihat bulan, kapan aku bisa menatap matahari yang bersinar di kepalaku? pasti sangat silau dan panas sekali." Andrea melangkah pelan, gemericik air di kolam ikan koi yang berada di sampingnya, seolah mengiringi alunan lagu berjudul Yours dari alat pemutar musik di sisi kirinya mengalun lembut. Suara merdu dari Jin BTS sangat sopan masuk ke telinga dan membuat berwarna ruangan yang sebelumnya sangat sepi itu. Every night I see you in my heart {setiap malam aku lihat dirimu dalam hati ku} Every time I do I end up crying {setiap aku melakukan sesuatu selalu berakhir dengan tangis} eodum soge neoreul bulleojumyeon {aku panggil dirimu dalam gelap} naegero deullyeooneun geon {apa yang telah didengar telinga ku}

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Gundik dan Fakta Bibi Noni

    ***"Lantas, apa kau akan mendengarkanku?" tanya Bibi Noni dengan wajah tegang."Ya! tentu saja! bukankah selama ini aku selalu mendengarkanmu?! kita bahkan tak memiliki hubungan darah, namun kau seolah seorang yang lebih berharga bagiku dari orangtuaku sendiri."Bibi Noni tersenyum tipis,"Di saat kau dicampakkan oleh keluarga Mahesa, hanya aku Orangtua yang datang mendekatimu, memintamu kembali dan menginginkan keberadaanmu di rumah ini. Di saat kau membutuhkan Pahlawan saat kebakaran dahulu, hanya Andrea yang datang tanpa ragu, tanpa perduli akan nyawanya sendiri untuk menolongmu. Dan jangan lupakan Revan! dia juga sama dengan Andrea! banyak turun tangan untuk membantumu, Tuan!""Dan, apakah Anda ingin aku menyelamatkan ketiga orang itu, dan mengabaikan Wina?""Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita semua.""Bukankah Wina adalah Isteriku?""Kau bahkan bersetubuh dengan Andrea, Tuan! tanpa menikahinya! tegany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status