Home / Romansa / Kembang Desa di Lubang Buaya / Bab 5. Darius dan Ambisinya

Share

Bab 5. Darius dan Ambisinya

Author: Beyouna
last update Last Updated: 2025-02-23 17:25:53

***

Darius seketika melepas cengkramannya dari pinggang Wina. Wina sontak melangkah mundur menjauhi Darius yang seperti sedang kesetanan.

"Maaf! aku hilang kendali." ucap Darius kemudian.

"Apa yang Anda lakukan?! apakah maksud Anda menghadirkan saya di sini, hanya sekedar untuk melepaskan rasa rindu Anda pada Isteri Anda?! Hah! konyol sekali!" dengus Wina kesal.

"Tidak! baiklah. Maafkan aku karena penyambutanku tidak sopan. Bagaimana kalau kita bicarakan dengan duduk bersama di sini." ucap Darius sembari menarik kursi untuk Wina.

Wina menggeleng, namun ia tak punya pilihan. Masih jelas ingatannya saat Darius kehilangan kendali akan dirinya, Wina sempat melihat sorot mata Darius yang menyeramkan, sorot mata arogan dan beringas. Wina menelan ludah berkali-kali. Namun ia tetap berusaha melangkah mendekati kursi yang ditawarkan oleh Darius, sembari memandang ke arah Darius dengan waspada.

"Aku berjanji tidak akan mengulangi tindakanku tadi! duduklah!" pinta Darius mendadak lembut dan sopan.

Wina duduk dengan ragu dan khawatir, Dariuspun menarik kursi untuk ia duduk tepat di depan Wina. Mereka duduk berhadap-hadapan, dengan meja bundar kecil sebagai pemisah.

"Apa yang Anda inginkan dariku, Tuan?" tanya Wina tanpa basa basi.

"Persetujuan untuk menyelesaikan sebuah permainan." ucap Darius sembari meraih botol Anggur.

"Permainan?" tanya Wina bingung.

"Ya! aku membutuhkanmu untuk misi ini." ucap Darius sambil membuka tutup botol dan menuangkannya di kedua gelas kosong di depannya dan di depan Wina.

"Apa itu?" selidik Wina melirik kucuran anggur yang dituang ke gelasnya.

"Menjadi Isteriku Andrea." ucap Darius sambil meletakkan kembali botol itu.

"Sudah kuduga." ucap Wina.

"Tentu tidak sesederhana dugaanmu." tukas Darius sembari menyodorkan gelasnya ke depan Wina.

Wina mengangkat gelasnya, ia dekatkan ke gelas Darius dan kemudian Darius menempelkan gelasnya pada gelas Wina.

Ting!

Darius tersenyum, menatap ke arah Wina yang masih bingung dan meneguk anggurnya sampai habis.

"Minumlah!" pinta Darius pada Wina.

Wina hanya menggeleng, ia kembali memperhatikan Darius yang menuangkan kembali anggur ke gelasnya dan menenggaknya dalam sekali tenggak.

Seorang pria hampir paruh baya itu tampak tidak terlihat setua usianya. Namun tidak pula bisa dikatakan sebaya dengan Revan yang masih tiga puluh tahunan. Pria di depannya ini sungguh menawan, kharismanya memancar dan tentu saja tampan dan matang. Tak bisa dipungkiri kata-katanya tadi, bahwa Andrea tergila-gila padanya.

"Kenapa? kau terpukau padaku?" tanya Darius melihat Wina yang masih memperhatikannya.

Wina langsung terhenyak gelagapan. Ia salah tingkah dan langsung meminum anggur di gelasnya, ia seketika lupa akan traumanya.

"Aku, aku hanya penasaran. Ke, kenapa Andrea yang katanya sebaya denganku, bisa menjadi Isteri Anda, Tuan? bukankah kalian lebih cocok menjadi Paman dan Keponakan?" tanya Wina salah tingkah.

"Aaah, sebaya? kalian bahkan saudara kembar! bukankah kau sudah mendengar penjelasan itu dari Revan?" ucap Darius menatap Wina tajam.

"Ah, ya. Sudah! aku, hanya belum percaya akan hal itu." jawab Wina gugup.

"Apa kau perlu informasi DNA untuk meyakinkanmu?" ucap Darius.

"Apa sebenarnya maumu?" tanya Wina penasaran.

"Berpura-puralah menjadi Isteriku. Belajarlah menjadi pribadi Andrea, dan ikuti permainan ini sampai akhir. Singkatnya, aku membutuhkan wajah itu untuk misi ini." ucap Darius yang membuat Wina kembali mengernyitkan dahinya.

"Untuk apa?" tanya Wina penasaran.

"Agar aku bisa menguasai semua warisan yang ditinggalkan olehnya. Kau tahu, seluruh harta kekayaan Mahesa jatuh ke tangannya. Dan sebelum aku bisa menguasai semuanya, ia malah meninggal terlebih dahulu. Dan seluruh hartanya, malah dibekukan. Ck! kau tahu berapa nominal harta yang dibekukan itu? Satu Miliar Dollar lebih!" ucap Darius tersenyum menyeringai namun tampak kesal.

"Lantas, apa hubungannya denganku? bukankah ia sudah meninggal? bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal, bisa hidup kembali?" tanya Wina kesal.

"Entahlah, aku ingin permainan ini dimulai dengan menampilkan wujud Andrea dengan memakai wajahmu itu. Dan, skenario akan berjalan sesuai yang telah kurencanakan." ucapnya kembali meneguk anggur di gelasnya sampai habis.

Wina langsung terperangah, terkejut dan tidak menyangka. Bagaimana tidak? bukankah Andrea itu saudara kembarnya? lantas, bagaimana bisa ia akan membantu Darius menguasai semua aset warisan yang ditinggalkan saudara kembarnya itu?

"Bukankah katamu kami ini kembar? lantas, mengapa aku harus bersedia melakukan itu untukmu? bukankah secara biologis, aku juga darah daging dari Ayah kandungku yaitu tuan Mahesa?" tanya Wina mencoba tenang.

"Hahahahah! tak kusangka ternyata kau cukup kritis, Wina! bukankah ini menarik?" ucap Darius tertawa.

Darius kemudian beranjak dari duduknya, ia mendekati Wina, menyandarkan kedua tangannya di meja sambil membungkuk, hingga wajahnya dan wajah Wina saling menatap dalam jarak yang dekat.

"Jangan terlalu dekat begini, Tuan!" ucap Wina khawatir dan risih.

"Jika kau bersedia membantuku, maka masa depanmu akan terjamin. Masa lalumu yang suram itu akan kau tinggalkan jauh sejauh jauhnya." ucap Darius menatap wajah Wina tajam.

"Bagaimana kalau aku tidak bersedia?" tanya Wina mencoba tenang.

"Hm, maka kau akan menyusul saudarimu dalam waktu dekat. Atau, jika aku berlembut hati sedikit, kau akan kembali kuhantarkan pada Rentenir itu dan menarik kembali uang yang telah kuberikan padanya! Aku tidak bercanda, Wina! jangan fikir aku memiliki simpati atau empati seperti manusia kebanyakan! aku adalah Pebisnis yang ambisius. Siapapun takkan kubiarkan menghalangi rencanaku." ucap Darius menatap Wina dengan tatapan mengintimidasi.

Wina meremas gaunnya gemetar, ia telan ludahnya berat. Jantungnya berdesir kencang. Terlebih, tubuh Darius bagian dada sangat dekat sekali ke wajahnya. Aroma khas pria menyeruak dari tubuh atletisnya.

"Jika memang begitu, mengapa kau harus repot-repot begini meminta persetujuanku?" tanya Wina mencoba tetap tenang.

"Saudarimu bahkan tergila-gila padaku, berkali-kali aku mengatakan bahwa jarak umur kami begitu jauh, tapi ia tetap bersikeras ingin aku menikahinya. Apakah getaran perasaan itu sama sekali tak menyentuh hatimu?" tanya Darius menatap mata Wina seolah mencari jawaban.

"Tidak! sama sekali tidak!" ucap Wina gemetar dan risih.

Darius tampak tersinggung, ia mengepalkan jemarinya kemudian ia pukulkan di meja dekat gelas milik Wina. Dagu Wina langsung ia cengkram hingga wajah Wina mendongak ke atas menatap langsung wajah Darius yang tengah menahan emosi.

"Kenapa Anda kasar sekali, Tuan? bagaimana bisa Andrea jatuh cinta pada lelaki kasar seperti Anda?!" tukas Wina melepaskan cengkraman tangan Darius di dagunya.

Darius tak mau mendengarkan ocehan Wina lebih banyak lagi. Segera ia raih pinggul Wina dan ia angkat seketika. Tubuh Wina segera ia bawa dan langkah kakinya yang lebar melangkah cepat menuju ranjang. Tubuh Wina segera dihempaskan di atas ranjang.

Darius melepaskan dua buah kancing kemeja putihnya segera. Dada berbulu yang bidang dan sekal itu menyembul di balik kemeja itu. Tali pinggangnya segera ia lepaskan dan dilempar sembarang saja. Sementara Wina berusaha bangkit dari ranjang, namun berapa kalipun ia berusaha turun dari Ranjang, Darius dengan mudah kembali menghempaskannya ke atas ranjang.

_____________

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Eksekusi Bulan Madu

    ***"Hah, sepertinya kau tak perlu berusaha lebih keras agar aku mengabulkan keinginanmu, Wina!" ucap Darius sambil menutup panggilan di ponselnya."Kenapa?""Bibi Wina mengancamku bahwa dia akan mendatangkan Polisi ke rumahku, Jika aku tak melepaskan Revan sekarang juga.""Hah! apa orang sepertimu takut dengan Polisi? luar biasa sekali, itu sama sekali bukanlah dirimu yang kukenal.""Tidak! hanya rasa malas saja memperumit keadaan. Lagipula, aku dan kau akan bersenang-senang, bukan?""Bersenang-senang apaan?""Kau dan aku akan berbulan madu, sayang!"Darius kembali menggenggam jemari Wina, dan menariknya ke mobil. Membuka pintu depan dan menaruh telapak tangannya ke atas kepala Wina dan menekan kepala Wina agar menunduk ke bawah untuk masuk ke dalam mobil."Kenapa kau selalu memaksa!?" ucap Wina kesal setelah tubuhnya berhasil masuk ke dalam mobil."Karna aku sangat senang jika kau kesal dan b

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Negosiasi

    ***Wina membuka matanya perlahan, dahinya berkerut saat menyadari dirinya sedang terbaring di ruangan asing namun familiar."Dimana ini?" gumamnya sambil memegang dahinya yang terasa pusing.Ia melihat di punggung tangannya tertancap jarum infus, sementara saat ia menggerakkan tangannya yang satunya, ia merasa ada yang menahan. Ia menoleh, dan melihat seorang Pria tengah tertidur sambil duduk di sisi ranjangnya dengan memegang sebalah tangannya."Tuan Darius? kenapa dia malah tertidur di sini?"Wina memperhatikan sosok pria yang tertidur di sisinya itu. Sosok yang selalu membuatnya stress dan marah. Sosok yang ia benci itu malah duduk tertidur seakan sedari tadi menungguinya sampai sadar."Kalau diperhatikan sedang tertidur begini, kenapa wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan wajah seorang yang begitu mengesalkan? bengis dan kejam? dia tampak polos saat tidur." batin Wina memperhatikan wajah Darius yang sedang tertidur.

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Dia Milikku

    *** Drrttt..., drttttt, drtttt! Bibi Noni meraih ponselnya dari saku dressnya. Ia melepaskan pelukannya dari Andrea yang sudah mulai tenang dan berbaring di tempat tidur. Bibi Noni beranjak dari sisi ranjang, melangkah menjauhi Andrea untuk mengangkat panggilan telfon itu. "Ada apa? kenapa kau baru menghubungiku sekarang? kau tak tahu, di sini banyak sekali drama yang telah terjadi!" ["Maafkan aku, Bibi. Sekarang aku ada di sekitar rumah besar. Bisakah Bibi datang kemari?"] "Kau gila? aku sudah katakan bahwa di sini banyak sekali drama dan huru hara yang baru saja terjadi." ["Apa itu, Bibi?"] "Wina dinyatakan hamil, Andrea dan Draius berhubungan intim, Wina berkali-kali pingsan dan sekarang dia dilarikan ke Rumah Sakit oleh Darius. Dan Andrea yang mengetahui itu mengamuk dan menggila." ["Hamil? se, sejak kapan?"] "Kenapa? apa kau curiga bahwa itu anakmu?" ["Apa maksud, Bibi?"] "Bahkan Darius curiga bahwa janin yang sekarang dikandung oleh Wina, bukanlah darah dagi

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Ratu di Hatimu

    ***Cklek!Pintu dibuka, Wina masuk ke kamar utama setelah uring-uringan di ruang tamu dan taman. Satu tempatpun tak ada yang membuatnya merasa cocok. Perasaan pusing dan mual serta tak nyaman, kerap ia rasakan di setiap langkah di rumah besar itu.Saat dirinya telah berada di dalam kamar, matanya kemudian mengitari sekitar. Perasaan kagum dan heran ia rasakan saat melihat keadaan kamar saat itu. Semua perabotan kamar telah diganti, termasuk ranjang tidur. Yang awalnya memakai dipan model klasik dengan ukiran yang berat khas Jepara. Kini berubah menjadi ranjang minimalis namun tetap tampak mewah. Semua prabotan seolah dimodernisasi. Yang sebelumnya menggunakan perabotan klassik dengan ukiran-ukiran berat dan rumit, sekarang berubah menjadi serba modern dan minimalis."Aku hanya berada di luar kamar selama dua jam. Kapan mereka memperbarui kamar ini? aku tak melihat ada mobil pengangkutan yang membawa perabotan-perabotan ini semua? atau, apakah aku

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Godaan Andrea

    *** Andrea mendongak ke atas jendelanya. Ia melihat bulan tepat berada di atas kepalanya. "Aku bosan melihat bulan, kapan aku bisa menatap matahari yang bersinar di kepalaku? pasti sangat silau dan panas sekali." Andrea melangkah pelan, gemericik air di kolam ikan koi yang berada di sampingnya, seolah mengiringi alunan lagu berjudul Yours dari alat pemutar musik di sisi kirinya mengalun lembut. Suara merdu dari Jin BTS sangat sopan masuk ke telinga dan membuat berwarna ruangan yang sebelumnya sangat sepi itu. Every night I see you in my heart {setiap malam aku lihat dirimu dalam hati ku} Every time I do I end up crying {setiap aku melakukan sesuatu selalu berakhir dengan tangis} eodum soge neoreul bulleojumyeon {aku panggil dirimu dalam gelap} naegero deullyeooneun geon {apa yang telah didengar telinga ku}

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Gundik dan Fakta Bibi Noni

    ***"Lantas, apa kau akan mendengarkanku?" tanya Bibi Noni dengan wajah tegang."Ya! tentu saja! bukankah selama ini aku selalu mendengarkanmu?! kita bahkan tak memiliki hubungan darah, namun kau seolah seorang yang lebih berharga bagiku dari orangtuaku sendiri."Bibi Noni tersenyum tipis,"Di saat kau dicampakkan oleh keluarga Mahesa, hanya aku Orangtua yang datang mendekatimu, memintamu kembali dan menginginkan keberadaanmu di rumah ini. Di saat kau membutuhkan Pahlawan saat kebakaran dahulu, hanya Andrea yang datang tanpa ragu, tanpa perduli akan nyawanya sendiri untuk menolongmu. Dan jangan lupakan Revan! dia juga sama dengan Andrea! banyak turun tangan untuk membantumu, Tuan!""Dan, apakah Anda ingin aku menyelamatkan ketiga orang itu, dan mengabaikan Wina?""Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita semua.""Bukankah Wina adalah Isteriku?""Kau bahkan bersetubuh dengan Andrea, Tuan! tanpa menikahinya! tegany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status