Share

Bab 77

Author: Hana Pangestu
Beberapa hari terakhir ini, Shireen mulai mengalami gejala awal kehamilan. Dia tidak bisa makan, susah tidur, dan sering merasa mual hingga muntah. Dalam hitungan hari saja tubuhnya terlihat jauh lebih kurus, wajahnya yang memang kecil pun kini jadi semakin tirus.

Melihat kondisinya seperti itu, hati Ralph sedikit tergerak.

Namun, kata-kata perhatian dan belas kasih seperti itu ... sudah bukan tempatnya lagi untuk dia ucapkan.

"Shireen, dulu memang aku yang salah. Setelah kamu menikah, seharusnya aku menjaga jarak. Tapi aku gagal mengendalikan diri hingga membuat banyak kesalahpahaman dan akhirnya orang-orang di sekitar kita jadi ikut terseret dan terluka." Ralph memutuskan memanfaatkan kesempatan ini untuk bicara terus terang.

Mulai sekarang, mereka cukup menjadi teman biasa saja. Paling maksimal, anggap saja seperti adik angkat.

Bulu mata Shireen terangkat, ekspresinya makin terluka. "Apa maksudmu? Kamu benar-benar ingin menjaga jarak dariku?"

"Kurang lebih begitu. Ini demi kebaikanm
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 218

    Ralph menggendong putrinya yang menangis keras sambil keluar dari kamar mandi. Pikirannya terlalu kalut sampai lupa menenangkan anak. Hingga saat Nikki buru-buru mengenakan piama dan keluar dari ruang ganti, barulah dia perlahan tersadar kembali. Pandangannya sekali lagi jatuh pada wanita itu.Belum sempat mengeringkan rambut, Nikki melangkah maju, langsung mengambil anak dari gendongan Ralph. Begitu pelukannya kosong, tangisan menjauh, Ralph baru benar-benar tersadar. Kedua tangannya tak tahu harus ditaruh di mana, akhirnya hanya bisa diselipkan ke saku celana. Dia pun berdeham dengan canggung.Nikki sama sekali tidak berani menatapnya, juga tidak mau membayangkan apa yang ada di pikirannya. Dia hanya sibuk menimang dan menenangkan bayi. Setelah menyusui si kecil dan tangisan mulai reda, Ralph perlahan menghampiri dari belakang."Kamu ... rambutmu belum dikeringkan." Suaranya serak, berat, terdengar canggung.Tentu saja Nikki tahu, tetapi mana sempat dia memikirkan itu sekarang. Jadi,

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 217

    Ralph menyadari, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman menggoda. Dia tidak berkata apa-apa, hanya mengambil handuk rambut, lalu menyodorkannya, "Nih!"Nikki benar-benar malu setengah mati. Mau tak mau, dia memutar badan, membuka pintu sedikit untuk menerima itu. Kemudian, dia cepat-cepat kembali membelakangi Ralph sambil membungkus rambutnya.Terlalu memalukan! Terlalu bikin mati gaya!Dia sudah tidak ada minat untuk mandi dengan tenang. Setelah menggosok tubuhnya seadanya, dia terburu-buru membasuh tubuh.Ralph tentu saja melihat itu dan sengaja berkata, "Shani sudah berhenti menangis, ngapain kamu terburu-buru? Kalau nggak dibilas bersih, nanti badanmu bau."Nikki malas meladeni. Setelah membasuh bagian atas tubuhnya, dia membungkuk untuk mencuci kaki.Melihat gerakan itu, pikiran Ralph langsung terisi bayangan-bayangan lain. Mereka sudah lama menikah, tetapi benar-benar hidup seperti suami istri baru terjadi setelah anak-anak lewat 100 hari.Ditambah lagi sering bertengkar ata

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 216

    Begitu mendengarnya, Nikki langsung meledak. "Mana bisa! Aku lagi mandi!"Dalam keadaan tanpa sehelai benang pun! Masa Ralph menggendong putri mereka sambil berdiri di samping, menontonnya keramas dan mandi?Kalau hubungan suami istri mesra, itu tidak masalah. Jangankan menonton istri mandi, berendam bareng juga tidak masalah. Namun mereka berdua ... sekarang sudah di ujung perceraian!"Kenapa memangnya? Dia sudah nangis sampai begini!" Ralph kasihan pada putrinya, mana sempat peduli si ibu setuju atau tidak. Belum selesai berbicara, dia sudah memutar gagang dan membuka pintu kamar mandi.Nikki melihat ayah dan anak itu masuk. Dia refleks ingin meraih handuk untuk menutup tubuhnya. Sayang handuknya tergantung di rak, tak terjangkau. Karena panik, dia hanya bisa buru-buru menutupi bagian atas dan bawah dengan kedua tangan, canggung dan malu luar biasa.Ralph menggendong Shani sampai berdiri di depan kaca pintu shower. Melihat gerakan gugup Nikki, dia tak menahan diri untuk menyindir, "A

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 215

    Saat itu, di antara keduanya tidak ada lagi jarak. Mereka sama-sama fokus memikirkan bagaimana cara menenangkan anak-anak dengan baik.Nikki melihat dirinya yang penuh noda ASI dan tak bisa dibersihkan. Dia hanya bisa menutupi dengan tisu, menunggu sampai pulang agar bisa mandi dan ganti baju."Shani gimana? Nggak tersedak, 'kan?" Nikki menatap putrinya sambil meletakkan tisu di bawah tubuhnya.Ralph menggendong Shani tegak, menoleh sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Alis hitamnya mengerut. "Seharusnya nggak, tapi yang baru saja diminum malah dimuntahkan semua.""Ya, nanti kasih minum lagi di rumah."Nikki berusaha merapikan dirinya sendiri. Melihat Shani terus menangis dan menjulurkan tangan, jelas ingin digendong ibu, Nikki pun buru-buru menggendongnya lagi.Baju kecil Shani juga basah semua. Di mobil tidak praktis untuk diganti. Nikki menaruh tisu lembut di leher dan dada Shani, memisahkannya dari baju yang basah.Shavin juga menangis, tetapi Nikki penuh noda ASI. Kondisinya ber

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 214

    Memikirkan itu, Ralph tak tahan lagi. Mulutnya pun mulai mengomel, "Ngapain sembunyi begitu? Siapa yang mau lihat?"Mendengar itu, Nikki tidak berbicara, tetapi telinganya langsung memerah. Bukan karena dia manja, tetapi karena sweter rajut yang dipakai hari ini tidak praktis. Saat menyusui, harus diangkat semua sehingga terlalu banyak yang terlihat.Siang bolong begini, apalagi di mobil. Meskipun kabin belakang tertutup, tetap saja mereka sedang berada di tempat terbuka.Setelah Shani mulai makan, tangisannya berangsur mereda. Hanya terdengar suara menelan dan napas. Jelas sekali dia kelaparan sehingga makannya terburu-buru.Nikki khawatir Shani tersedak, jadi menekannya sedikit. Bahan sweter rajut licin, sulit untuk tetap di tempat. Meskipun digulung, kain tetap akan jatuh menutupi wajah Shani, membuatnya merasa tak nyaman.Shani mengangkat tangan kecilnya dan meraba-raba. Nikki pun harus menarik sweter ke atas lagi, mencoba menekannya dengan dagu agar tetap di tempat.Ralph duduk di

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 213

    Kenapa tidak bisa tetap di rumah saja merawat anak? Harus keluar bekerja dengan susah payah, membawa ASI perah, lalu menyebabkan ASI terkontaminasi karena kesalahan yang tidak diketahui.Nikki jelas kaget mendengar kata "keracunan makanan". Ekspresinya langsung berubah. Dia semakin kasihan melihat putrinya."Dokter benar-benar bilang begitu? Yakin ini masalah ASI?" Nikki bukan ingin menolak tanggung jawab, tetapi ingin tahu sumber masalahnya agar bisa diantisipasi di kemudian hari. Kalau tidak, insiden ini bisa terulang lagi.Ralph menggendong putra mereka berjalan di depan. Setelah masuk lift, dia baru berkata, "Imran sudah pulang mengambil sisa ASI, nanti dibawa ke rumah sakit untuk diuji. Setelah itu, kita baru bisa tahu penyebab pastinya."Ucapan itu belum selesai, dia menoleh sebentar ke Nikki dan menambahkan, "Aku tetap berharap kamu bisa segera pulang, fokus merawat anak. Aku akan mentransfer uang ke kartumu setiap bulan, anggap saja gaji."Dia berpikir, kalau memberi kartu send

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status