Share

BAB 2

Author: Little Forest
last update Last Updated: 2025-10-02 07:30:16

Suasana kereta bawah tanah pagi itu ramai seperti yang biasa. Tentu saja, sebab hari ini masih hari kerja, di mana orang-orang sibuk menuju tempat kerja melalui transportasi kereta bawah tanah.

Katherine, seorang wanita yang mencari tempat duduk mendesah lelah sebab tak dapat tempat duduk. Ia berdiri, tangannya menggapai pegangan di atas kepalanya.

Ia mendesah lega saat sampai tujuannya, segera keluar dari dalam kereta tersebut. Ia melewati pintu penghalang yang terbuka setelah menempelkan

accescard

di dompetnya. Melangkahkan kaki yang dibalut heels hitam setinggi 5cm. 

Ini hari ketiga Kate menjadi bagian orang-orang berpakaian rapi yang keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Setelah sekian lama mencari pekerjaan, empat hari lalu Kate diterima di sebuah perusahaan besar, mendapatkan posisi sebagai sekretaris Direktur. 

Entah perbuatan baik apa yang dilakukannya, sampai Kate, nama panggilan wanita itu, bisa mendapatkan posisi yang sangat bagus dengan gaji yang sangat cukup untuknya. Setelah sebelumnya, Kate bekerja sebagai kasir mini market dengan gaji yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Masih di perjalanan menuju kantor, saat Kate hendak menyebrang jalan kecil saat berbelok, dengan terburu-bur tanpa melihat ke kanan dan kiri, ia menyebrang begitu saja sampai abai dengan sebuah mobil sedan berwarna hitam datang dari tikungan dan suara klakson yang nyaring mengagetkannya.

"Ya Tuhan". Kate terkejut, tubuh luruh, tatapannya terpaku pada plat nomor putih tepat di depan matanya.

Hampir saja, hampir Kate tertabrak. Kesadarannya pulih saat sebuah suara bertanya dengan nada khawatir. "Nona, tidak apa-apa?"

Kate menengadah, menatap seorang pria berpakaian rapi yang menunduk memeriksanya.

"Nona?" panggilnya lagi karena Kate hanya diam.

Kate menemukan dirinya terduduk. Saking kagetnya, dia tidak sadar jika dirinya terjatuh. Kate menerima uluran tangan lelaki itu, ia bangun sembari menepuk bagian belakang roknya.

"Apa kita perlu ke rumah sakit?"

"Aku baik-baik saja." Kate melihat waktu di ponselnya.

“Sungguh?” katanya meyakinkan.

"Saya juga minta maaf," kata Kate lantas berlalu pergi meninggalkan pria itu.

Kate sadar betul dirinya juga salah karena menyebrang sembarangan. Namun ia juga sadar jika terlalu lama di sana, dia bisa terlambat masuk kerja, hal terakhir yang tidak diinginkannya. Kate tidak bisa dipecat begitu saja karena terlambat. 

Tanpa Kate sadari, di dalam mobil yang hampir menabraknya itu, ada seorang lelaki yang matanya terus mengawasi dari dalam. Senyumnya menyungging dan kemudian dia bermonolog pelan, “Katherine...”

Jika saja tak harus segera menghadiri rapat penting, dia sudah akan keluar untuk sekedar memastikan rasa penasarannya.

"Maaf atas kejadian barusan, pak," ujar pria tadi setelah kembali di balik stirnya. Dan melajukan mobilnya meninggalkan jalanan itu.

*** 

Kate menghembuskan napas lega seraya melirik jam tangan. Untunglah masih ada lima menit lagi sebelum atasannya datang. 

Atasannya bukan tipe pria kejam yang menyeramkan dan otoriter. Nicholas, nama atasannya, pria tampan dengan tatapan datar namun tegas. Jenis pria yang kaku dan workholic. Yang sangat ditakuti oleh hampir seluruh karyawannya. Takut karena jika pria itu sudah mengambil keputusan, tidak akan ada yang bisa membantahnya.

Seperti dua hari lalu saat Nicholas memecat seorang manajer di perusahaannya yang sudah membuat pria itu dan beberapa karyawan lain menunggu selama satu jam di ruang meeting.

Oh, Kate tidak mau bernasib sama karena terlambat. Ya walaupun sepertinya Kate tidak akan pernah sampai terlambat selama satu jam demi menuntaskan nafsunya. Yah, menajer yang dipecat ternyata selain memiliki performa buruk, juga sering membawa masuk wanita simpanannya. Dan hari itu dia lupa waktu saat bermain dengan wanita simpanannya.

Sosok Nicholas muncul seiring dengan bunyi lift yang terbuka. Lelaki itu berjalan, setiap langkahnya penuh wibawa. 

"Selamat pagi, pak".

"Pagi, Kate. Jadwalku hari ini?" Seperti biasa, setiap kali baru datang yang akan ditanyakan pria ini adalah jadwalnya.

Kate keluar dari kubikel kerjanya, mengikuti Nicholas yang berjalan menuju ruangan, masuk dan duduk di kursi kerja setelah membuka jas dan menyampirkannya di gantungan.

"Di mana meeting siang ini?" pertanyaan Nicholas mengalihkan pikiran kecil Kate.

Berdiri di depan meja kerja Nicholas, Kate memeriksa lagi ipad di tangannya. "Siang ini Pak Nicholas ada meeting di Hotel Campbell..." Kalimat Kate terpotong seketika, ia baru menyadari jika dirinya mengenali nama hotel tersebut. Kate kembali melihat Ipadnya, dan pandangannya terpaku pada layar tersebut sampai tidak sadar jika ia dipanggil atasanya.

"Katherine?"

Kate tersadar dari lamunan singkatnya. "Ah, iya Pak."

"Jam berapa meeting dengan Mr. Campbell?"

"Setengah jam lagi, pak". Mereka harusnya bertemu sore ini, namun sekretaris dari pria bernama Mr. Campbell menjadwal ulang pertemuan, yang untungnya sang atasan tidak keberatan sebab tidak banyak jadwal keluar hari ini.

"Kita berangkat sekarang kalau begitu". Memakai lagi jasnya. Kate mengikuti Nicholas keluar ruangan lalu masuk kedalam lift yang membawa mereka sampai loby.

Dalam perjalanannya menuju mobil yang sudah menunggu di depan, Kate masih memikirkan kemungkinan jika nama hotel yang akan mereka datangi itu adalah hotel yang berbeda yang sering di kunjunginya dulu.

Kate melamun lagi, bayangan mengenai hotel dengan nama familiar itu menyeret Kate pada kenangan yang susah payah ia lupakan. Sial, bayangan wajah laki-laki mengerikan itu kembali muncul!

Pintu mobil yang terbuka menyentak Kate dari lamunan.

Ah, ternyata mereka sudah sampai.

Kate membuka pintu mobil, turun bersama Nicholas yang keluar dari pintu penumpang belakang. Kate menelan ludah gugup saat masuk melewati pintu loby yang dulu sering dilewatinya.

Berjalan mengikuti Nicholas menuju tempat rapat di salah satu ruangan di hotel ini. Namun seketika langkah Kate terhenti.

Dan mendadak saja ia merasa aliran darahnya berhenti di leher. Wajah Kate pusat pasi, dan saluran pernapasannya seolah tersendat, matanya tak bisa menyembunyikan keterkejutan kala ia bertatapan dengan pria yang berdiri di depannya menyambut kedatangannya, bukan dengan sambutan sopan, melainkan menghujaninya dengan tatapan tajam yang meremangkan bulu kuduknya.

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 11

    Di luar pintu toilet, Kate berhenti sejenak. Matanya menangkap pemandangan yang begitu manis, Alan duduk di sofa dengan dua bocah kecil di pangkuannya.Angel duduk tenang di sisi kanan, memeluk boneka kecil di dadanya, sementara Angelo bersandar manja di dada Alan. Di depan mereka, layar televisi menayangkan kartun lucu dengan warna cerah dan lagu ceria yang terus berulang.“Ankel, itu pasti sakit,” seru Angelo. Dahi kecilnya mengerut melihat salah satu karakter kartun itu terjatuh. Si adik memang seorang anak yang perasa."Gak nanis, gak takit," sahut Angel."Itu pasti sakit," keukeuh Angelo yang pernah jatuh dan merasakan sakit waktu itu. "Kalau itu kau, pasti menanis!"Angelo bangkit dan buru-buru membela diri, “Nggak nangis! ail matanya kelual”.Alan terkekeh melihat perdebatan lucu kedua keponakannya. Semantara Kate yang mendengar itu buru-buru mendekat dan bertanya, "Apa Jelo pernah jatuh? Kapan? di mana?" tanyanya agak khawatir.Angel mengangguk. "Jelo jatuh, menanis"."Tapi i

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 10

    Matt tidak pernah setertarik ini kepada Kate. Maksudnya, dari dulu Kate memang menarik untuknya, namun tak lebih sebatas fisik saja.Dulu ia tidak akan begitu peduli di mana wanita itu tinggal, bagaimana keluarganya, dan sampai mana pendidikannya. Dan karena kurangnya informasi tersebut, membuat Matt sempat kehilangan jejak Kate untuk beberapa tahun.Pertemuan itu membangkitkan bara lama dalam diri Matt, hasrat untuk sekali lagi menjadikan Kate miliknya, begitu kuat hingga nyaris tak tertahankan. Perlahan tapi pasti, Matt bertekad meruntuhkan pertahanan Kate yang sejak bertemunya lagi, wanita itu dengan terang-terangan menolak dirinya. Dan kali ini, ia berniat merebutnya kembali dari pria yang berani mengambil tempat di sisinya.Ia akan merebut Kate dari pria yang mungkin saja menjadi alasan kepergiannya dulu. Bagi Matt, kepergian Kate bukan sekadar kehilangan, itu adalah tamparan keras pada egonya. Sebab sepanjang hidupnya, tak ada satu pun wanita yang berani meninggalkannya begitu

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 9

    Sejak Kate memutuskan untuk menghasilkan uang dengan manjadi simpanan seorang lelaki, dan saat itu kebutulan adalah Matt. Seorang lelaki yang sering datang ke klub tempatnya bekerja part time. Kate menawarkan diri, dan Matt menyambutnya. Hubungan yang Kate kira akan selesai dalam satu malam, namun ternyata berlangsung cukup lama.Kenyaman yang diberikan oleh Matt, membuai Kate. Terlebih perlakukan Matt dulu padanya, meski dirinya hanya sebagai penghangat ranjang Kate, dia diperlakukan cukup baik. Walaupun Kate sadar, sebaik apapun Matt, orang itu tetaplah pria yang hanya menginginkan tubuhnya. Dan tak lebih dari itu. Akan tetapi, jika dibandingkan sikap Matt dulu, jauh lebih baik daripada sikapnya beberapa waktu lalu, yang hampir melecehkannya di kamar mandi. Dan apakah bisa disebut melecehkan jika nyatanya Kate malah terbuai?Kate sudah melupakan kejadian di toilet tempo hari. Namun lagi-lagi pria itu bersikap kurang ajar padanya. Di tempat umum pula.Kate memejam erat. "Oke". bisik

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 8

    Ketukan sebanyak tiga kali pada pintu mengalihkan atensi Matthew dari berkas laporan di mejanya. Adalah Jerremy, sekretaris yang merangkap asistennya, masuk ke dalam ruangan dan mengingatkan tentang kunjungan ke salah satu bakal cabang hotel yang baru dibangun. Matthew memijat pelipisnya yang berdenyut."Apakah pak Matthew baik-baik saja?" tanya Jerremy, melihat atasannya tampak tak sehat."Apakah kau bisa menjadwal ulang agenda hari ini, Jerremy?" "Baik, Pak". Lalu Jerremy keluar.Dering ponsel di meja membuat Matt berdecak. Ia matikan panggilan dari ayahnya yang membuat kepalanya semakin derdentam. Matthew mendesah panjang. Sakit di kepalanya pastilah akibat dirinya yang mabuk semalaman. Dan dia hanya beristirahat selama dua jam. Dan ketika dirinya terbangun, sakit kepala menyerangnya. selain itu, rapat pagi membuatnya melupakan sarapan.Matthew memijat tengkuknya yang juga terasa berat, pekerjaannya yang semakin hari semakin terasa menjadi beban. Sejak ayahnya memutuskan keluar

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 7

    "Mommy...""Mommy.."Suara itu menyambut Kate yang baru saja membuka pintu flatnya. Kate merentangkan kedua tangannya dan membungkuk untuk menerima pelukan dari dua malaikat kecil yang langsung menabrakan diri pada Kate."Emh.. wanginya anak-anak mommy", Kate mencium anak-anaknya secara bergantian. Angela dan Angelo, anak kembar berusia tiga tahun, harta paling berharga yang tidak ternilai."Sudah makan malam?" Kedua menggeleng."Baiklah, kita makan bersama. Lihat," Kate mengangkat plastik bergambar ayam. "Mommy beli chicken".Kedua mata si kembar berbinar. Itu adalah makanan kesukaan mereka yang jarang Kate belikan karena Kate tak ingin anaknya terlau sering memakan makanan dari luar. Namun hari ini pengecualian.Kate mencapit hidung Angel dan Jello bergantian dengan gemas. Kate berdiri. "Come, I'm starving.". Kate menggandeng membawa kedua tangan anaknya dan mendudukan mereka di kursi makan khusus anak balita yang dibelinya ketika sedang ada promo beli satu dapat dua."Apa itu?" Seo

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 6

    Sementara Matt, yang ditinggalkan Kate di balik bilik kamar mandi, memejamkan mata erat. Sungguh dia tersiksa. Oh, betapa sakit bagian tertentunya, sampai untuk tetap berdiri saja Matt harus mengepalkan sepuluh jarinya.Make out kilat tadi memberikan efek yang sangat luar biasa untuk Matt. Terutama bagi teman seumur hidupnya di bawah sana.Sialan! Matthew mengumpat dalam hati. Seharusnya dia menghukum wanita itu, bukan malah tergoda dan ingin memasukinya, jika saja...Sialan! lagi Matt mengumpat, menyugar rambutnya frustasi karena menahan gejolak gairah yang tidak bisa ia tuntaskan.Gairah dan amarah menyatu yang ditujukan untuk wanita itu.Siapa tadi namanya, Katherine? Matt terkekeh sinis.Wanita itu Katya, wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya selama dua tahun.Wanita yang secara tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Wanita yang muncul kembali setelah empat tahun lalu membuat Matt menggila karena kehilangan pelampiasan nafsunya.Wanita yang selalu ia sebut diakhir kelimasknya den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status