Share

BAB 7

Penulis: Little Forest
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-06 09:08:15

"Mommy..."

"Mommy.."

Suara itu menyambut Kate yang baru saja membuka pintu flatnya. Kate merentangkan kedua tangannya dan membungkuk untuk menerima pelukan dari dua malaikat kecil yang langsung menabrakan diri pada Kate.

"Emh.. wanginya anak-anak mommy", Kate mencium anak-anaknya secara bergantian. Angela dan Angelo, anak kembar berusia tiga tahun, harta paling berharga yang tidak ternilai.

"Sudah makan malam?" Kedua menggeleng.

"Baiklah, kita makan bersama. Lihat," Kate mengangkat plastik bergambar ayam. "Mommy beli chicken".

Kedua mata si kembar berbinar. Itu adalah makanan kesukaan mereka yang jarang Kate belikan karena Kate tak ingin anaknya terlau sering memakan makanan dari luar. Namun hari ini pengecualian.

Kate mencapit hidung Angel dan Jello bergantian dengan gemas. Kate berdiri. "Come, I'm starving.". Kate menggandeng membawa kedua tangan anaknya dan mendudukan mereka di kursi makan khusus anak balita yang dibelinya ketika sedang ada promo beli satu dapat dua.

"Apa itu?" Seorang pria muda muncul, berdiri di belakang si kembar, menunjuk kantong putih dengan logo samar yang dibawa Kate. Adalah Alan, adik satu-satunya dan anggota yang tersisa dalam hidupnya selain kedua anak kembarnya.

"Tadi aku mampir ke restoran

Fast food." Kate mengeluarkan ayam goreng, dan pekikan senang kedua anaknya terdengar.

Diperjalanan pulang Kate membeli makan siang di sebuah restoran cepat saji yang berada tak jauh di kawasan apartemen tua miliknya. Setelah mencuci tangan, mereka berempat duduk di kursi makan dengan mengelilingi meja makan persegi.

"Apa yang kau pikirkan, Kitty". Kate mendongak, menatap lelaki yang memandangnya dengan sorot penasaran. "Kau melamun sejak tadi".

Kate tidak hanya tersenyum menanggapi ucapan adiknya. "Hanya lelah".

Alan mengangguk. Lalu dia merogoh saku dan menyerahkan amplop berisi uang pada Kate.

“Simpan untukmu saja, Alan.” Tolak Kate.

Selama ini, memang Alan yang membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja di cafe temannya. Keberadaan Alan tidak hanya menguatkan Kate yang dulu sangat rapuh, tetapi juga membantunya memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

"Sudah, itu sisanya". 

Bohong. Kate tahu Alan menyerahkan semua gajinya. Sering sekali Kate dihujam rasa bersalah karena membiarkan sang adik bekerja alih-alih melanjutkan pendidikannya. Namun tak dipungkiri, pilihan Alan meringankan beban ekonomi Kate.

"Alan, sudah mempertimbangkan untuk kembali kuliah?" 

Sempat ada percakapan antara Kate dan Alan di suatu malam, dengan Kate yang mengatakan jika dirinya sudah memiliki pekerjaan yang mapan, ia ingin Alan kembali melanjutkan kuliahnya yang terputus untuk membantunya.

Alan menggeleng. "Aku sudah nyaman bekerja. Rasanya otakku sudah tidak bisa menerima pelajaran lagi, Kitty. Jadi jangan khawatirkan masalah itu. Aku tidak berniat kuliah". Santai Alan mengatakan hal itu, yang menimbulkan mimik protes Kate.

"Tidak, pokoknya ka-" Ucapan Kate terpotong oleh suara Jello, anak lelakinya yang berseru protes.

"No, no, no. chickiin Ello." Kate mengalihkan perhatiannya pada Jello yang merenguk tak terima. Adalah Angela yang menjadi alasan Jello hampir menangis.

Anak perempuannya merebut fried chicken milik Jello yang telah disisihkan dari kulitnya oleh Alan.

Padahal Alan juga membantu Angela menyisihkan ayamnya, dan daging ayam tanpa kulit di piring batita perempuan itu masih banyak, namun makanan milik saudaranya memang selalu terlihat lebih nikmat bagi Angela.

”Sssshhh, Kita sisihkan yang baru yah.” Hibur Kate setelah meraup Jello untuk dia gendong.

Sedang si pelaku, melihat kembarannya di gendong dan dipeluk merasa iri. Membuat ayam yang dia ambil lantas gantian dia yang menangis.

Kate yang melihat anak perempuannya yang kini ikut menangis padahal dia yang membuat masalah, hanya menghela napas panjang nan lelah. Sigap, Alan menggendong Angel.

”Kenapa kamu juga ikut menangis

baby girl? Bukankah kamu tadi yang merebut ayam Jello, hem?” tanya Alan, dan Angel mana mau disalahkan.

“Dasar perempuan,” kekeh Alan., mengelus pelan punggung keponakannya.

Dua keponakan kembar yang amat di sayanginya.

Dua keponakan kembarnya yang kehadirannya membawa cinta kasih di tengah kekeringan

Mau tak mau, Alan teringat kejadian empat tahun lalu saat tanpa sengaja mengetahui Kate mengandung. Fakta yang membuatnya merasa gagal menjadi seorang adik yang tidak bisa melindungi kakaknya.

Fakta yang tak pernah Alan tahu keberanannya. Kebenaran yang hingga kini di sembunyikan oleh Kate tentang ayah kandung Angel dan Angelo.

Selama Kate dan Alan bekerja, Angela dan Angelo di titipkan di tempat penitipan anak yang dekat apartement tua mereka.

Alan merupakan satu-satunya dan anggota keluarga yang masih ia miliki selain kedua anak kembarnya. Alan mengangkat wajahnya sejenak, lalu mengangguk atas ucapan Kate.

Senyum tipis terulas di bibirnya, membuat Kate merasakan kehangatan yang sederhana.

Di tengah kesibukannya sebagai seorang ibu, Kate tahu bahwa ia masih punya satu bahu tempatnya bisa bersandar, meski Alan sendiri masih muda.

Dan yang paling dia syukuri, Alan tidak pernah membencinya, meski Kate tahu adiknya sempat kecewa.

*** 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 92

    Kedua mata Kate terpejam perlahan ketika bibir Matt memangut pelan bibirnya. Setiap sentuhan pria itu merayap di kulitnya, pelan, mantap, namun cukup kuat untuk menggoyahkan pertahanannya. Ciuman itu bukan sekadar pagutan, itu adalah godaan, sebuah tarikan halus yang menenggelamkan kesadarannya sedikit demi sedikit.Jari-jari Matt naik dari pinggangnya, menelusuri tubuh Kate seakan ingin mengingat kembali setiap lekuk yang pernah ia sentuh dan ia rindukan selama ini. Sentuhan itu membuat napas Kate terhenti sejenak, dengan tubuh yang perlahan terasa ringan, nyaris melayang.sentuhan yang selalu berhasil membuatnya goyah. Ada sesuatu yang begitu familiar dalam cara Matt memperlakukannya, dan ia benci mengakui bahwa ia menyukainya. Terlalu menyukainya.“Matt…” bisiknya, bukan teguran, lebih seperti keluhan yang terjatuh tanpa ia sengaja.Matt menautkan wajahnya lebih dekat, bibirnya kembali menyentuh sudut bibir Kate, pelan ia memperingati. “Don’t stop me,” katanya berat, napasnya hanga

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 91

    Hari ini merupakan kepindahan Kate dan anak-anak ke rumah besar yang dibelikan Matt untuk mereka.Rumah itu seperti yang diingatnya beberapa waktu lalu, sangat besar dengan halaman yang luas dan interior yang membuat Kate sekali lagi tersenyum karena terpesona.Dulu rumahnya juga besar, halamannya pun luas dengan perabotan modern yang menambah keindahan di rumahnya. Tetapi Kate jelas ingat rumah orangtuanya dulu tidak semewah rumah yang dibeli Matt ini.Jello menggoyangkan tangannya membuat Kate menunduk untuk menatap sang anak. Senyum Jello menandakan jika anak itu suka dengan rumah ini, Kate ikut menyunggingkan senyumnya. "Jello suka?" tanya Kate memastikan.Jello mengangguk-angguk, gigi depan yang tunggal sampai terlihat kala bibirnya melebar senyum. Kate menaikan lagi pandangan untuk mencari Angel yang tadi digendong Matt. Kate dan Jello rupanya tertinggal dibelakang, mereka masih berdiri di ruang tamu. Kate menuntun Jello menjelajahi ruang lainnya tetapi Kate tidak melihat Angel

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 90

    Kate menelan ludah kasar. Gugup merajai dirinya. Ia menarik napas, berusaha menstabilkan suaranya. Tetapi tidak ada kalimat yang bisa dia katakan pada adiknya.Kate menunduk, merasakan dadanya menghangat sekaligus berat—seolah ada sesuatu yang mulai retak dari dalam dirinya. Dengan suara yang hampir tak terdengar, ia berbisik, “Kalau… kalau hubungan itu tidak menyakitiku?”Keheningan menyusup di antara mereka. Jeda panjang. Sangat panjang.Sampai-sampai Kate bisa mendengar detak jantungnya sendiri berdentum di telinganya, seperti menuntut jawaban yang bahkan ia sendiri takutkan.Akhirnya, Alan menghela napas pelan. Ada rasa pasrah, tapi juga kejujuran yang tidak pernah ia tutupi dari Kate. “Kalau begitu,” katanya pelan, “aku tidak berhak melarang.”Kate memejamkan mata kuat-kuat. Sulit baginya mempercayai kata-kata itu keluar dari Alan, pria yang selama ini paling protektif, paling sering berdiri sebagai tembok antara dirinya dan rasa sakit dunia“Kitty…” suara Alan kembali muncul, le

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 89

    "Hai, Ava. Mana si kembar?”“Uncle!” Jello langsung mendekat ketika wajah Alan muncul di layar ponsel Ava. Tangan mungilnya yang bebas dari cangkir susu melambai semangat.“Kau ditanya sedang apa,” ujar Ava sambil menahan tawa.“Jello minum susu,” jawab bocah itu polos.“Oh ya? Susu apa itu?” tanya Alan.“Susu manis,” balas Jello mantap.Alan mengangguk seolah sedang membahas sesuatu yang sangat penting. Lalu matanya bergerak mencari seseorang. “Mana kembaranmu?” Biasanya, jika Alan menelpon, selalu ada Angela dan Angelo berdampingan.“Angel sedang di toilet sama Kak Kate,” jawab Ava, masih memegang ponsel tanpa menampakkan wajahnya.Tak lama kemudian, terdengar suara cempreng Angel dari kejauhan. Angelo menoleh cepat dan mengatakan pada kembarannya bahwa sang paman sedang menelepon.“Uncleeeee!” teriak Angel begitu ia muncul, lalu langsung berlari dan memanjat kursi di samping Jello.“Woosh, slow down, sweety,” ujar Alan sambil tertawa kecil, menggeleng melihat tingkahnya.Tanpa aba-

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 88

    "Kau sudah bicara dengan Alan?" tanya Matt tanpa basa-basi, keluar dari kamar si kembar yang sudah terlelap di dalam. Ia mendekati Kate yang duduk di karpet ruang tengah, sedang menulis pengeluaran bulan ini.Tanpa melepas tatapan dari buku, Kate menggeleng pelan. "Belum sempat. Alan sangat sibuk beberapa hari ini.""Kalau begitu, biar aku yang bicara dengannya," ujar Matt cepat, suaranya datar tapi tegas. "Aku ingin kalian segera pindah."Kate mendongak. Ia menatap Matt dengan tatapan yang sulit diartikan. "Matt," panggilnya ragu. "Aku tak tahu apakah keputusan pindah itu tepat untukku dan anak-anak."Alis Matt terangkat. "Dan kenapa harus tidak tepat?""Karena ini terlalu mendadak," jawab Kate jujur, meski suaranya sedikit bergetar. "Aku perlu memikirkan semuanya dengan matang."Matt memiringkan kepalanya sedikit. "Apa yang membuatmu ragu?"Kate terdiam. Bibirnya terbuka, tapi tak ada satu pun kata keluar. Ruangan terasa terlalu sunyi, terlalu menekan. Tangannya saling menggenggam e

  • Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!   BAB 87

    "Oke sekarang aku mengerti." Di belakang Kate pria itu berseru. Dan Kate hanya mendengkus tanpa menghentikan langkagnya."Rona membantuku mencari rumah untukmu dan anak-anak kita, Katya." Langkah Kate memelan saat informasi itu menelusup ke indera telinganya. Perlahan, tubuhnya berbalik. Menatap Matt yang tersenyum konyol ke arahnya. "Sudah cukup sekali saja aku menjadi seorang ayah dadakan." Matt membuat mimik wajah serius. "Karena bermain aman pun bisa kebobolan," lanjutnya yang sukses membuat pipi Kate entah mengapa memerah."Apa maksudmu?""Yah, kau tahu kita sering-""Bukan." Kate memotong, tak ingin semakin malu karena ucapan Matt. "Apa maksudmu membelikanku rumah? Dan dia bukan simpananmu?"Matt mendelik kesal. "Tuduhanmu itu." Jelas tak terima dituduh seperti itu oleh Kate. "Lagipula, kenapa aku harus mencari wanita lain jika sudah ada kau?""Jangan membuang waktuku Matthew." Di belakang mereka, Rona menginterupsi, sesekali melirik jam di pergelangan tangannya."Tunggulah Ro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status