Bus kota berwarna merah tampak berhenti di sebuah halte di depan taman kota. Dari dalam sana, tampak keluar dua anak kecil bersama beberapa orang yang lalu lalang tak memperhatikan Diego dan Adele. Dylan dan dua kembarannya di taman, mereka selalu sigap melihat dengan cermat tiap ada bus yang datang. Dan mereka bertiga pun terlihat heboh saat tahu Diego dan Adele turun dari bus. "Itu mereka!" seru Alvano. "Diego ... Adele!" teriak Dylan melambaikan tangannya di seberang jalan. "Hei! Kami di sini!" Alvino melambai-lambaikan tangannya. Di seberang jalan, Diego dan Adeke mulanya kebingungan mencari-cari, tetapi begitu mereka melihat ketiga kembarannya di depan sana. Kedua anak itu langsung tersenyum. Mereka berlari menyeberangi jalan menuju pada ketiga kembarannya. "Wahh, akhirnya datang juga kalian! Bagaimana, aman?" tanya Dylan menatap Diego dan Adele. "Aman, dong! Siapa dulu!" Diego mengacungkan jempolnya. Di sebelahnya ada Adele yang cemberut. Hal itu dibalas oleh t
Hari yang dinanti-nantikan oleh si kembar telah tiba. Seperti yang telah mereka rencanakan, pagi ini Dylan berlari menyelinap masuk ke dalam kamar rumah sakit seorang diri. Dylan mencari-cari di mana Alvino kini dirawat. Dan di sisi lain, ia juga perlu waspada agar tidak ada orang yang melihat mereka berdua. "Kamar ini ‘kah?" lirih Dylan menatap kamar rawat inap di hadapannya. "Sepertinya iya. Aku sudah cek ruangan anak-anak semuanya dan tidak ada. Semoga yang ini..." Perlahan-lahan, Dylan membuka pintu di hadapannya. Kedua pupil matanya melebar saat melihat Alvino duduk di atas ranjang rumah sakit dan menggantung kakinya. "Alvino!" Dylan membuka pintu itu cepat. Merasa namanya dipanggil, Alvino langsung menoleh cepat. Ia terdiam dan menebak siapa yang datang. Namun, dari style kembarannya yang berkacamata, Alvino tahu siapa salah satu dari kembarannya itu. "Dylan..." Dylan mendekati Alvino dan memeluknya dengan erat. Mereka saling tatap dan wajah Dylan terlihat cemas.
Chloe berpamitan pada si kembar untuk melanjutkan pekerjaannya dan meninggalkan si kembar. Diego keluar dari dalam kamar rawat inap Alvino dan duduk di bangku tunggu di depan. Anak itu diam membayangkan betapa terkejutnya Chloe saat melihat kelima anaknya nanti pulang bersama-sama. "Pasti seru sekali," gumam Diego sambil tersenyum. "Rumah Mommy pasti akan sangat ramai!" Saat anak itu terkikik sendirian, tiba-tiba saja datanglah Caesar mendekati Diego di sana. Ekspresi Diego yang tadinya berseri-seri, seketika berubah dingin saat Papanya mendekat. "Sedang apa di sini sendirian, Sayang? Kenapa tidak di dalam saja dengan Alvino dan Adele?" tanya Caesar merangkul pundak mungil Diego. Anak itu melepaskan tangan Papanya dari pundaknya. "Alvano sedang memikirkan Daddy yang jahat sekali sama Mommy!" seru anak itu, ia menaikkan dagunya dan membuang muka dengan sebal. Caesar tercengang mendengar jawaban putra kecilnya. Ia merangkul Diego dan menatapnya dengan lekat. "Jahat bagai
Setelah kembali dari penitipan anak, Diego dan Adele berjalan masuk ke dalam ruang sakit. Kedua anak itu berlari menuju ke ruangan Chloe, dari sana mereka tahu ruangan khusus anak-anak. Diego mengintip di balik pintu-pintu hingga ia menemukan ruangan di mana Alvino dirawat. "Alvino..." Diego memanggilnya pelan sambil membuka pintu. Alvino langsung menoleh cepat ke arah Diego yang baru saja membuka pintu. "Kakak..." Adele berlari masuk ke dalam sana diikuti oleh Diego. Diego dan Adele langsung memeluknya dengan erat. Sejak semalam mereka tidak bertemu, tentu saja Adele dan Diego sangat merindukannya. "Alvino, ada sesuatu yang mengejutkan, apa kau tahu?" Diego duduk di sampingnya. "Ada apa? Aku baru bangun, aku tidak tahu apa-apa," jawab Alvino bingung. "Mommy kita, Kakak," cicit Adele menatapnya. "Mommy kita mau dibawa ke kantor polisi dan dipenjara sama Daddy. Karena Daddy dan Nenek Sihir Jelek bilang kalau Mommy memberikan obat yang salah pada Kakak." Kedua mata Alvi
Chloe duduk di sebuah sofa di dalam sebuah ruangan khusus, pagi ini ia datang ke rumah sakitnya tanpa memakai jas putihnya. Chloe duduk tertunduk, di hadapannya ada Caesar dan Vidia yang siap mendengarkan hasil pemeriksaan dan pengecekan yang dilakukan dengan cepat. "Kami telah mengumpulkan semua bukti pengecekan tentang obat-obatan dokter Chloe. Dari semua resepnya yang beliau tulis, hingga daftar obatnya di dalam apotek rumah sakit ini maupun di dua apotek luar, terbukti kalau Dokter Chloe tidak memiliki resep obat ini." Dokter Jhonson meletakkan obat milik Vidia kemarin di atas meja. "Semuanya sudah jelas. Kami juga tidak tahu dari mana obat ini berasal. Yang jelas, semua daftar obat-obatan untuk dokter spesialis anak, tidak ada terdaftar nama obat ini. Karena ini memang bukan untuk anak-anak. Dan setiap obat yang diresepkan oleh Dokter Chloe, pasti akan tercatat, sekalipun pada Alvino pasien khususnya." Vidia menatap geram pada Chloe di hadapannya saat ini. Sedangkan Chloe h
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Seperti biasa, Chloe mengantarkan Dylan dan Diego ke penitipan anak. Chloe masih bisa tersenyum di hadapan Dylan dan Alvano pagi ini, menutupi semuanya seolah tidak ada apa-apa tanpa mereka tahu kalau si kembar mengetahui segalanya. "Kalian jangan nakal ya, Sayang. Mommy nanti siang akan ke sini lagi, kita pergi makan siang di luar," ujar Chloe mengelus pipi Dylan dan Alvano.Kedua anak itu menatapnya dengan penuh cemas. "Mommy yakin baik-baik saja?" tanya Alvano meraih tangan Chloe. Tatapan mata si kembar itu terlihat sangat khawatir. Chloe tahu, perasaan sedihnya mungkin akan dirasakan juga oleh mereka berdua. Tetapi, ia tetap tidak mampu untuk mengatakan hal yang sejujurnya pada kedua buah hatinya ini. "Mommy tidak apa-apa, Sayang. Mommy akan baik-baik saja. Anak-anak pintarnya Mommy tidak perlu khawatir," jawab Chloe, wanita itu memeluk kedua anaknya dengan erat. Jemari Dylan terasa meremas punggung Chloe. "Kalau ada orang yang macam-macam ata