Share

Hampir Ketahuan

Author: minaya
last update Last Updated: 2025-07-25 09:58:26

“Kenapa diam saja? Apa kau berniat ingin melamar pekerjaan?” tanya salah satu petinggi perusahaan yang duduk tepat di samping CEO. Direktur Utama, Indra.

Thana masih terdiam, dia awalnya menatap Sergio dengan tatapan tak percaya sebelum akhirnya memutus tatapan mereka dan menarik napasnya dalam-dalam.

Ya tuhan, keadaan macam apa ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Semakin Thana memperhatikan, pria ini, yang ternyata namanya adalah Sergio, semakin ia terlihat seperti duplicat dari Elio dan Enzo. Bentuk wajahnya, alisnya, tatapan matanya, membuat Thana kesulitan untuk bisa fokus.

“M-maaf Pak s-saya akan memulai perkenalannya,” ujar Thana sekuat mungkin. Dia berusaha menghindari tatapan Sergio yang sangat menjurus ke arahnya.

Entahlah apa pria itu mengingatnya atau tidak tetapi Thana ingat jelas dengan wajahnya itu karena di pagi harinya, Thana sendirilah yang bangun duluan dan kabur.

Thana tidak bisa berhenti disini. Perusahaan Andreson adalah harapannya satu-satunya agar bisa mendapatkan penghasilan yang layak karena dia sudah berhutang budi dan materi yang tidak ternilai dengan Bu Wati selama 7 tahun ini.

Namun kenapa tuhan harus mempertemukannya disaat saat genting seperti ini?

“Baik silahkan, jangan mmebuang waktu lagi,” ujar Indra. Memang yang banyak mewawancarai adalah direktur utama, sementara CEO hanya mengamati dan bertanya lebih lanjut jika perlu.

Thana menarik napasnya dalam-dalam sembari meremas jarinya sendiri. Jantungnya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Sedetik kemudian, Thana tersenyum dengan profesional dan menganggap dia tidak kenal pria didepannya ini, yang masih menatapnya intens.

“Baik, selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya–“

“Berhenti!”

Thana membeku lagi ini karena yang berbicara bukanlah Direktur Utamanya lagi melainkan Sergio Andreson.

Ah, habislah Thana kali ini.

“A-apa ada kesalahan, Pak?” cicit Thana, semua petinggi perusahaan yang ada disana juga ikut menatap Sergio dengan kebingungan.

“Kamu, ikut ke ruangan saya. Sekarang!” ujar Sergio dengan nada ketusnya dan tatapan yang tidak dapat dijelaskan.

Apa ini? Apa ketakutannya benar? Sergio ternyata mengenalinya?

“T-tapi Pak Sergio wawancara bagaimana?” tanya Indra dengan sopan.

Sergio langsung berdiri. “Kalian lanjutkan saja wawancaranya, bawa list hasil teratas paling lambat besok pagi ke ruangan saya,” titahnya.

Sementara itu, Sergio berjalan terlebih dahulu ke pintu keluar dan petinggi perusahaan itu langsung menyuruh Thana untuk mengikut pria itu.

Thana mengekor di belakang Sergio, dengan keadaan heelsnya yang patah dan dia terus berjalan berjinjit untuk menyamai heels yang dikaki kirinya. Ah, benar-benar kesialan yang berlipat ganda untuk hari ini.

Sekarang apa yang akan terjadi? Bisa-bisa Thana langsung didepak pergi bahkan sebelum bisa bekerja disini.

Ting!

Lift terbuka dan Thana dengan gesit langsung masuk dan berdiri dibelakang pria itu. Aroma semerbak mint bercampur lavender menguar didalam lift itu dan saat Thana memberanikan diri mendongak dia baru menyadari seberapa tinggi pria ini.

Wanita cantik dengan ikatan ponny tail itu menelan ludahnya susah payah. Keadaan di lift sangat canggung, dan Thana bahkan tidak tahu kenapa wawancaranya dihentikan dan langsung diajak ke ruangannya.

Ting!

Lift terbuka, dan Sergio langsung berjalan keluar dengan penuh wibawa.

“Selamat pagi Pak Sergio!” seluruh pegawai di lantai 10 itu kompak menunduk dan menyapa pria ini, tetapi tidak ada balasan satupun, bahkan sekedar senyuman.

Thana tersenyum kikuk ketika banyak pegawai wanita menatapnya dengan tatapa tajam dan bertanya-tanya.

“A-apa itu pacar baru Pak Sergio?”

“Siapa wanita itu?”

“Itu wanita pertama yang pernah dia bawa masuk ke ruangannya.”

Thana mendengar semua bisik-bisik itu dengan jelas dan itu membuatnya semakin ketakutan. Sepertinya memang benar, Sergio mengingat kejadian 7 tahun lalu itu dan sekarang ingin membuat perhitungan dengannya.

Ck, pasti pria ini mengira Thana sengaja menguntitnya sampai ke perusahaanya. Tidak, sebelum pria itu menendangnya keluar, Thana harus lebih dulu menjelaskan semuanya.

Ya, demi kelangsungan hidupnya, perusahaan ini adalah opsi terbaiknya. Tidak boleh kehilangan begitu saja.

Sergio membuka pintu ruangan CEO, dan Thana kembali mengekor. Sesampainya disana, Sergio dengan santainya melepas jasnya dan menyampirkannya dikursi kebesarannya.

Thana terpaku, melihat bentuk otot dada pria itu yang tercetak jelas dari kemeja putihnya. Buru-buru Thana mengalihkan pandangannya. Kemudian Sergio duduk di kursinya dengan penuh wibawa.

Thana, kau pasti bisa menghadapi ini.

“Sebelum saya berbicara, apa ada yang ingin kamu sampaikan terlebih dahulu?” tanya Sergio.

Tidak salah lagi. Ini pasti kode agar Thana yang menjelaskan terlebih dahulu. Ini berarti Sergio memberinya kesempatan bukan?

Thana menunduk hormat. “P-pak Sergio….saya benar-benar tidak ada maksud lain untuk datang kesini selain untuk bekerja, saya mohon anda jangan salah paham,” cicit Thana.

Pria itu terkekeh, membuat Thana semakin terindimidasi. “Kamu pikir saya akan percaya?”

Sial! Bagaimana ini?

“P-pak Sergio, ini bukan seperti apa yang anda pikirkan. Mengenai kejadian tujuh ta–”

“Jangan berbelit-belit, katakan saja apa kau mata mata dari Perusahaan Neondra atau bukan?” potong Sergio langsung.

Thana terdiam. Belum bisa menganalisis keadaan.

Apa maksudnya mata-mata?

Sergio kemudian menyodorkan sebuah file yang berisi biodata Thana dengan sangat detail.

“Kamu adalah mantan manager utama bagain design di Perusahaan Neondra, lalu setelah 5 tahun bekerja disana kau datang melamar kesini?” tanya Sergio, tatapannya sangat menjurus.

J-jadi pria ini menghentikan wawancaranya dan mengajaknya berbicara secara pribadi karena mengira dia mata-mata?

Ah, hampir saja Thana celaka. Untung dia belum mengatakan semuanya.

Sergio bangkit dari kursinya, dan berjalan mendekat ke arah Thana membuat wanita itu perlahan memundurkan langkahnya.

Hingga keduanya hanya berjarak beberapa senti dan Sergio benar-benar menatap wajahnya intens, “Kamu tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari sini, Thana Anabella.”

Deg!

Napas pria itu serasa berhembus tepat di ceruk lehernya. “M-maksud anda?”

Pria itu menyeringai dengan menyeramkan. “Entah kau mata-mata atau bukan, tetapi kau sudah masuk ke area milikku, dan setelah kau masuk, jangan harap bisa keluar dengan mudah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   Bab 48 Kenapa Papa?

    “Elio inget ya rencana kita, ini kesempatan kita untuk membahagiakan mommy jangan sampai kita buat kesalahan,” ujar Enzo, mewanti-wanti kembarannya itu. Elio mengangguk paham, “Iya, aku paham kau tenang saja. Kita pastikan kali ini mommy bisa bahagia.” Enzo mengangguk dan tersenyum kearah Elio. Tetapi anak laki-laki itu malah termenung membuat enzo bertanya-tanya. “Ada apa?” tanya anak laki-laki itu, walau lebih pendiam tetapi Enzo sangat peka dan sensitif. Elio benar-benar terlihat sedih. “Jadi benar ya kata Daniel, sepertinya papa memang sudah berpisah dengan mommy dan tidak menginginkan kita lagi? Dan mommy juga bisa mencari pasangan lain?” Enzo ikut termenung juga, dia paham betul perasaan kembarannya itu. Walau sedih, Enzo berusaha menjadi kakak bagi Elio dengan merangkul pundaknya. “Kita harus yakin dengan keputusan mommy, Elio. Jika memang papa dan mommy sudah bercerai maka mungkin itu yang terbaik untuk kita semua,”

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   47. Keputusan Final

    Thana mencuci wajahnya dengan kasar. Dia menatap kearah cermin di toilet itu dengan khawatir.Dia benar-benar berada dijalan buntu sekarang. Besar kemungkinan Enzo akan mendapatkan juara dan sebagai seorang Ibu, bukannya merasa bahagia tetapi Thana malah khawatir.Khawatir semuanya akan menyorotnya dan Sergio melihatnya ada disana. Thana tidak pernah menyangka akan ada kemungkinan seperti ini.Sergio benar-benar ada dimana-mana.“Halo, Ibu, ini Thana.”Suara ibunya terdengar bersemangat. “Gimana hasil lomba Enzo? Dapet juara dia Than?” tanya ibunya tetapi bukan itu masalah utama sekarang.“Baru aja selesai Bu sesi lombanya masih nunggu pengumuman sekarang,” jawab Thana seadanya.Dia bergerak mondar mandir di toilet itu. “Ibu daritadi gak tenang makan gara-gara kepikiran enzo terus, nanti kabarin Ibu ya, Than hasilnya gimana.”Thana mengiyakan. “Bu, aku sebenarnya ingin membi

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   46. Rencana Si Kembar

    “Mom? Kenapa sih dari tadi kayak gak nyaman gitu? Jangan-jangan mommy juga sama kayak Enzo tegang mikir hasilnya?” tanya Elio keheranan ketika keduanya sudah duduk di area makan didekat gedung acara itu.Thana sengaja mengajak putranya untuk keluar membeli es krim sementara dia merenungkan nasib hidupnya.Sergio Andreson, ah kenapa pria itu ada dimana-mana? Pertama di acara pembukaan taman bermain yang ternyata adalah milik pamannya dan sekarang apa keluarga Andreson juga memiliki hubungan dengan pemilik acara lomba ini?Thana dengan gerakan secepat kilat langsung membuka ponselnya dan berusaha mencari bisnis apa saja yang sebenarnya dilakukan oleh keluarga Andreson. Dan fakta mengejutkan dia dapatkan, bukan hanya donatur utama dari kegiatan ini tetapi lebih parahnya lagi adalah Keluarga Andreson yang ternyata menjadi pemilik Alexandria Internasional School atau AIS.Sekolah tempat Elio dan Enzo sekolah. Sekujur tubuhnya melemas, semua hal mem

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   45. Takdir Berkata

    “Enzo kenapa rotimu tidak habis kau makan?” tanya Elio sembari menatap kembarannya itu dengan raut wajah keheranan. “Kalau tidak habis, sini biar aku saja yang makan aku masih lapar.”Seperti biasa, tanpa menunggu jawaban dari Enzo, Elio sudah langsung mencomot roti di kotak bekal milik kakaknya itu dengan gerakan cepat.Enzo diam, dia mengalah walau dia tidak memakannya bukan karena tidak lapar, melainkan hal lain.Hari ini, Elio, Enzo, dan Thana ada di sebuah aula tempat lomba olimpiade matematika untuk tingkat nasional diadakan. Thana sengaja menyempatkan dirinya mengambil izin untuk menemani Enzo sesuai janjinya.Akan tetapi pagi-pagi seperti ini keduanya sudah ribut-ribut saja, memang selalu ada tingkahnya. Apalagi jika ada Elio.“Enak gini buatan mommy malah gak dihabisin.” Elio ngedumel sendiri sembari mengunyah roti lapis itu dengan rakus.Thana menyadari Enzo lebih diam dari biasanya dan beralih d

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   44. Harus Bagaimana?

    “Twinkle…..twinkle little star….up above the world so high,” gumam Thana sembari mengusap puncuk kepala Elio dan Enzo bergiliran. Wanita itu menyanyikan lagu tidur dan melihat kedua putranya terlelap dengan wajah lelah seharian sekolah dan les membuatnya juga ikut mengantuk.Namun ketukan dari pintu luar yang setengah terbuka itu membuat Thana menoleh. Ibunya berdiri diambang pintu dengan wajah yang sendu.Thana bergerak secara perlahan agar tidak membangunkan kedua putranya dan berjalan mendekatinya ibunya. “Nak, Ibu tidak bisa tidur, kita berbicara sebentar dibawah,” ajak Bu Wati dibalas anggukan oleh Thana.Bu Wati menyodorkan teh hangat yang dia buat dan beralih menatap putrinya itu dengan penuh kekhawatiran diwajahnya. Thana tahu apa yang sedang ibunya pikirkan dan diapun juga memikirkan hal yang sama.“Nak….masalah dengan Sergio, bagaimana kamu akan menghadapinya sekarang?” lirih Bu Wati. Tengah malam, suasana hening dan lampu yang temaram, benar-benar membuat Thana merasakan pe

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   43. CEO Killer

    Thana duduk dengan tidak nyaman disalah satu kursi di ruangan konferensi. Ada seluruh direktur, dan kepala manager dari berbagai macam divisi berkumpul untuk rapat evaluasi di kuarter ketiga tahun 2025 ini.Perutnya masih sakit ditambah Sergio yang duduk meja utama, menatapnya dengan tatapan tajam.Sergio sudah memberikan perintah agar Thana mengambil cuti tetapi wanita itu mau tidak mau harus hadir karena tidak tega meninggalkan Meira sendiri untuk mempresentasikan semua hasil kinerja divisi kreatif yang begitu banyak itu.Thana berusaha mengabaikan tatapan dan pesan Sergio, dia akan menjelaskannya pada pria itu nanti tetapi sekarang sudah segera giliran divisinya untuk presentasi.“Jadi seluruh dananya tidak tereliasasi sesuai plan sebelumnya? Apa yang timmu kerjakan kalau begitu selama 3 bulan ini?” sinis Sergio sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya diatas meja.Terhitung sudah hampir 3 jam Sergio mengeluarkan kata-kata tajam itu karena dia selalu bisa saja menemukan kelalaian dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status