“THAN!”
Lamunan Thana langsung buyar ketika salah satu wanita anggun menghampirinya sambil berlari. “Amara!” ujar Thana langsung berdiri dan memeluk wanita itu. “Than…Sini, ikut aku ke kantin,” ajak Amara langsung menyeret Thana untuk berjalan mengikutinya. “Ehhh…ngapain Mar?” tanyanya, kebingungan. Amara sontak menghadiahinya dengan tatapan tajam. “Shtt…nanti aku jelasin disana,” ujarnya, membuat Thana semakin curiga. Keduanya berjalan bersama melewati banyak sekali pegawai perusahaan dan hampir semua dari mereka menatap Thana dengan mata memincing. Tatapan kagum, heran, dan marah semuanya bercampur menjadi satu hingga membuat Thana merasa tidak nyaman. “Nih, aku pesenin matcha kesukanaan kamu,” ucap Amara sambil menaruh gelas minuman matcha itu tepat didepan sahabatnya itu. Thana hanya tersenyum karena dia sudah merasa ada yang aneh. Bagaimana tidak? bahkan seisi kantin juga seakan menguliti Thana hidup-hidup dengan tatapan tajamnya itu. “Mar….ini orang pada kenapa ya?” Amara menghela napasnya kasar lalu menyodorkan ponselnya kearah Thana. “Lihat, kamu sama Pak Sergio udah viral di base kantor kita.” Thana terdiam, lalu mengambil ponsel Amara dengan cepat. Lalu dia membelalakkan matanya tak percaya ketika melihat foto-fotonya ketika berjalan berdua dengan Sergio, bahkan ada juga foto dan video saat dia didalam ruangan dan Sergio berada sangat dekat dengannya. “M-mar….K-kenapa ini? Kok bisa mereka ngerekam bos mereka sendiri tanpa izin?” heran Thana, dia barusaja masuk kesini dan tidak tahu apa-apa. Amara, sahabatnya adalah Kepala HRD disini, jadi dia yang memberitahu Thana kalau ada jabatan penting yang sesuai dengan Thana kosong disini oleh karena itulah Thana berpikir dia tidak boleh kehilangan peluang kali ini setelah didepak paksa dari Perusahaan milik Bu Wati. “Than, aku harusnya nanya. Kamu ada masalah apa sama CEO baru itu?” tanya Amara. “J-Jadi dia CEO baru?” heran Thana dan Amara langsung mengangguk mengiyakan. “Kamu wanita pertama yang pernah diajak masuk oleh Pak Sergio.” Thana terdiam saat mendengar itu. “Sejak mulai bekerja 3 hari yang lalu, seluruh perusahaan mengalami perubahan besar-besaran, pegawai banyak yang dipecat bahkan yang sudah berjabatan tinggi dan lama mengabdi. Dia terkenal killer, tidak seperti Pak Abraham, kakeknya,” lanjutnya. “Dan selama ini, tidak ada yang bisa masuk ke ruangannya. Semuanya harus lewat sekretarisnya yang ada didepan.” “Memangnya kenapa Mar kalau masuk?” tanya Thana. “Karena malas meladeni para pegawai wanita yang menunjukkan dengan jelas kalau dia menyukai Pak Sergio,” jawab Amara. “Nih buktinya kamu liat langsung. Sejak dulu nama Pak Sergio sudah menggema di seluruh perushaaan ini dan foto-foto tampannya saat berada diluar negeri bocor sejak saat itulah banyak yang menunggu Pak Sergio.” Thana memegang dahinya yang terasa pusing itu. Hari pertama dan dia sudah menjadi skandal di perusahaan barunya. Ah, hari pertama yang sangat memukau. “Tapi kamu jangan takut, ada aku disini Than. Aku yakin pasti Pak Sergio menginterogasi kamu kan? Gara-gara kamu mantan manager design di Perusahaan Neondra?” Thana mengangguk, sejak awal memang itulah kekhawatiran keduanya dan benar saja itu terjadi. “Lalu? Apa yang Pak Sergio katakan? Dia menerimamu?” Entahlah bagaimana bisa menjelaskannya. “Aku belum diwawancara samasekali Mar. Dia langsung ngajak ke ruangannya dan menyodorkan data pribadiku lalu cuirga aku adalah mata-mata karena tiba-tiba melamar kesini. Aku paham dia patut curiga sebagai CEO jadi tidak masalah bagiku,” jelas Thana. Amara menganguk lega. “Bagus deh kalau gitu kamu bisa mulai bekerja dari sekarang nanti aku bantu urus administrasinya. Sudah kubilang dia punya alasan besar untuk menolakmu tetapi dia tidak akan bisa menampik kemampuanmu Than, Manager Design disini sudah kosong selama 3 hari dipecat secara tidak hormat oleh Pak Sergio sendiri.” Ya, Thana sudah mengetahui semua seluk beluk perusahaan Andreson tetapi malah hal terpenting yang dia lewatkan. Siapa yang akan mengira CEO baru itu ternyata adalah ayah dari putra kembarnya? Ah, memikirkannya membuat Thana semakin pening. Makanan mereka datang dan keduanya melanjutkan perbincangan sambil menyantap makanannya. “Kenapa Pak Sergio gak tegas aja Mar sama pegawai-pegawai yang genit itu?” tanya Thana. Amara terkekeh saat mendengarnya. “Pak Sergio kayaknya bakal seneng kalau dia bisa.” “Ck, kamu gak tau gosip ya? Pantes sih kamu anak baru, sini deketin aku kasih tau alasan kenapa orang-orang pada suka tebar-tebar pesona di depan Pak Sergio,” ucap Amara sambil menarik Thana mendekat. “Ada apa memangnya?” “Pak Sergio itu harus segera punya anak maksimal 1 tahun lagi.” Thana membeku. “M-Maksudnya?” Amara melanjutkan lagi dengan nada pelan. “Itu urusan di keluarga besar Andreson tetapi orang yang bisa mewarisi jabatan di perusahaan atau jadi CEO hanya orang yang bisa memberikan cucu atau pewaris sementara Pak Sergio bahkan belum punya pacar atau menikah jadi kemungkinan besar sekarang waktunya dia untuk mencari pasangan.” “J-jadi maksud kamu dia harus menikah di tahun ini juga dan punya anak?” tanya Thana dengan keterkejutan penuh. Amara mengangguk pasti. “Itu syarat dari tetua Keluarga Andreson karena pengalaman buruk kakaknya Pak Sergio memutuskan tidak menikah jadi Pak Sergio yang ditekan sekarang,” balas Amara. “Ah…entah siapa wanita beruntung itu bisa menikah dengan Pak Sergio,” ucap Amara lagi di sampingnya. “Dia pasti sudah punya pasangan, Mar, udah jangan bahas-bahas itu lagi, ayo makan aja.” “Ck, Pak Sergio itu terkenal anti wanita Than, cuma kamu yang pernah masuk kesana jadi pantes semua iri sama kamu. Dulu saat pelantikannya dia kelihatan tertekan banget dimintai foto sama tanda tangan, kalau bukan kakeknya yang ada disana meminta untuk mengiyakan beliau pasti ogah banget.” Anti wanita apanya, bahkan 7 tahun lalu dia menyewa seorang wanita dengan santainya bukan? “Gak mungkin! Perasaanmu aja itu, orang dia penyuka wanita,” sinis Thana tanpa sadar. “Maksud kamu? Emang kamu kenal Pak Sergio?” Thana menelan ludahnya sudah payah. Dia keceplosan, tidak mungkin dia mengatakan sejujurnya kejadian 7 tahun lalu itu. Tapi Thana yakin Sergio bukan anti wanita bukankah dia suka jajan wanita? Ini pasti berita bohong. “Than, kenapa kamu gak coba deketin Pak Sergio?” Deg! “Jangan gila kamu, Amara!” “Ish kenapa sih? Gak ada salahnya loh. Apalagi Pak Sergio udah ngasi lampu hijau tadi.” Amara tampak semakin bersemangat sembari memutar kursinya lebih dekat ke arah Thana. “Elio sama Enzo perlu sosok ayah, Than dihidupnya. Kamu bisa aja hidup mandiri tetapi mereka? Kamu gak pernah bayangin gimana perasaan mereka melihat teman-temannya bersama ayahnya tetapi Elio sama Enzo gak bisa?” Thana seketika termenung. Benar juga perkataan Amara. Selama ini apakah Thana sudah egois dengan putra kembarnya? Thana selalu berpikir dia bisa memperjuangkan segalanya untuk mereka berdua. “Coba deh kamu pikir pelan-pelan, Than. Aku sebagai sahabat kamu memberikan nasehat yang masuk akal. Menurutku karena Elio dan Enzo sudah pintar dan besar sekarang jadi dia sudah paham kalau mama dan papanya sudah berpisah tetapi dulu kamu lupa bagaimana Elio sampai mengamuk menanyakan siapa papanya?” Thana menelan ludahnya susah payah, sementara itu Amara mengelus pundak Thana pelan. “Aku bakal pikirin itu, Mar makasi ya, tapi gak harus Pak Sergio juga kita berdua gak setara,” ujar Thana dengan wajah miris. Andaikan saja Amara tau kalau sebenarnya ayah dari kedua putra kembarnya adalah Sergio Andreson.“Kau terlambat 45 detik.”Thana menghentikan langkahnya ketika melihat sang CEO sudah duduk di kursi pimpinan rapat dengan wajah dinginnya.Thana melihat jamnya dan tadi bahkan dia belum termasuk terlambat saat sudah masuk karena jam tangannya masih menunjukkan pukul 08.30, dimana itu adalah tepat waktu.Entah jam model apa yang digunakan pria ini hingga dia sampai menghitung detik dan milidetiknya.“Mohon maaf Pak Sergio, tetapi di jam saya, saya termasuk datang tepat waktu,” jawab Thana dengan senyuman lalu menarik kursi untuk duduk.Sementara seluruh pegawai Divisi Kreatif itu menatap Thana dengan ternganga karena sebelumnya tidak ada yang berani membantah CEO ketika dia sudah berbicara.“Permintaan maafmu untuk datang terlambat saya terima, tetapi apakah etis jika bosmu datang terlebih dahulu? Dan ini hari pertamamu bekerja dan sudah seperti ini,” ujar Sergio seakan sengaja menyulut emosi Thana dan menyulitkannya.Wanita dengan pakaian blouse berwarna merah dengan rok putih pensil
“Happy birthday, Mommy.” Ellio dan Enzo berucap secara bersamaan sembari memeluk Thana dengan erat. Wanita cantik itu tentu membalasnya dengan senyuman merekah. Ketiganya sedang berada di sebuah restaurant untuk merayakan ulang tahun Thana yang ke 27. “Makasi ya sayang,” jawab Thana. Lalu disusul oleh Bu Wati yang memeluk Thana dengan erat sembari memejamkan matanya. Thana bagai harapan hidup baru bagi Bu Wati setelah kematian tragis anak menantu dan cucunya sendiri. “Thana sayang….Ibu sangat beryukur ada kamu selama ini, terimakasih ya Nak, selamat ulang tahun semoga semakin sukses dan sehat selalu,” ujar Bu Wati lembut. Air mata Thana sudah menggenang di pelupuk matanya karena dia orang yang sangat cepat menangis dan terharu. “Bu…seharusnya aku yang paling berterimakasih selama ini sudah tidak terhitung berapa kali Ibu sudah membantu,” lirih Thana dengan tatapan yang sangat tulus. Tidak bisa dipungkiri lagi Thana sudah menganggap wanita paruh baya ini ibunya sendiri. Bayangkan
Pagi itu, usai debat semalam dengan Amara, Thana masuk ke ruangannya dan langsung bersiap untuk berbaris bersama seluruh manager yang ada di perusahaan. Hari ini akan ada inspeksi bulanan dari CEO.Thana yang baru menjabat sebagai Manager Divisi Kreatif tentunya cukup tegang tetapi dia sudah berusaha maksimal mempelajari seluruh materi dan keadaan. “Semuanya berbaris rapi Pak Sergio akan segera datang,” ucap Marlina, Manager Divisi Pemasaran, sembari merapikan make up yang dia pakai.Sergio Andreson berjalan santai dengan wajah dinginnya dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan perusahaannya pagi itu. Dia sedang melakukan rapat dan inspeksi bulanan bersama beberapa petinggi untuk melihat langsung bagaimana perkembangan bisnisnya, terutama beberapa koleksi baru yang diluncurkan oleh perusahaan. Terlihat beberapa pegawai mencuri-curi pandang untuk bisa melihat langsung bagaimana ketampanan Sergio yang sering mereka bicarakan itu. Hingga akhirnya Sergio berhenti
“THAN!” Lamunan Thana langsung buyar ketika salah satu wanita anggun menghampirinya sambil berlari. “Amara!” ujar Thana langsung berdiri dan memeluk wanita itu. “Than…Sini, ikut aku ke kantin,” ajak Amara langsung menyeret Thana untuk berjalan mengikutinya. “Ehhh…ngapain Mar?” tanyanya, kebingungan. Amara sontak menghadiahinya dengan tatapan tajam. “Shtt…nanti aku jelasin disana,” ujarnya, membuat Thana semakin curiga. Keduanya berjalan bersama melewati banyak sekali pegawai perusahaan dan hampir semua dari mereka menatap Thana dengan mata memincing. Tatapan kagum, heran, dan marah semuanya bercampur menjadi satu hingga membuat Thana merasa tidak nyaman. “Nih, aku pesenin matcha kesukanaan kamu,” ucap Amara sambil menaruh gelas minuman matcha itu tepat didepan sahabatnya itu. Thana hanya tersenyum karena dia sudah merasa ada yang aneh. Bagaimana tidak? bahkan seisi kantin juga seakan menguliti Thana hidup-hidup dengan tatapan tajamnya itu. “Mar….ini orang pada kenapa ya?” Ama
“Kenapa diam saja? Apa kau berniat ingin melamar pekerjaan?” tanya salah satu petinggi perusahaan yang duduk tepat di samping CEO. Direktur Utama, Indra. Thana masih terdiam, dia awalnya menatap Sergio dengan tatapan tak percaya sebelum akhirnya memutus tatapan mereka dan menarik napasnya dalam-dalam. Ya tuhan, keadaan macam apa ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Semakin Thana memperhatikan, pria ini, yang ternyata namanya adalah Sergio, semakin ia terlihat seperti duplicat dari Elio dan Enzo. Bentuk wajahnya, alisnya, tatapan matanya, membuat Thana kesulitan untuk bisa fokus. “M-maaf Pak s-saya akan memulai perkenalannya,” ujar Thana sekuat mungkin. Dia berusaha menghindari tatapan Sergio yang sangat menjurus ke arahnya. Entahlah apa pria itu mengingatnya atau tidak tetapi Thana ingat jelas dengan wajahnya itu karena di pagi harinya, Thana sendirilah yang bangun duluan dan kabur. Thana tidak bisa berhenti disini. Perusahaan Andreson adalah harapannya satu-satunya agar bis
“Mommy, nanti pas ulang tahun Mommy, papa bakal dateng gak?” Thana tersenyum getir ketika salah satu putra kembarnya menyinggung masalah itu lagi. Wanita cantik dengan setelah kerja rapi itu mengusap pipi Elio dan Enzo secara bersamaan. “Sayang….kita rayain ulang tahunnya kayak biasa, ya? Papa…..dia lagi sibuk kerja buat biayain sekolahnya Elio sama Enzo, jangan sedih ya?” ujar Thana dengan suara bergetar. Elio dan Enzo terlihat cemberut tetapi setelah itu dia berusaha paham. Keduanya mencium tangan Thana lalu beralari masuk kedalam sekolahnya. Sementara itu Thana berdiri menatap punggung kedua anaknya itu, harapan hidupnya, sekaligus alasan dia bertahan selama ini. 7 tahun lalu adalah titik terendah Thana selama dia hidup. Dijebak oleh tunangannya sendiri yang berselingkuh dengan adik tirinya untuk menjebaknya tidur dengan orang asing. Kemudian foto-foto keduanya dikirim secara anonim ke keluarga besar. Thana diusir tanpa pengampunan karena mencoreng nama baik keluarga setelah