Share

Flashback #2

Dedi tidak menyadari bahwa ada seekor ular besar yang sedang menunggu mangsa di tengah jalan yang akan Dedi lewati. Dia terus berjalan tanpa memiliki firasat apapun bahwa sedang ada bahaya yang sedang mengintai dirinya.

Tak lama lagi dia akan sampai di tujuan selanjutnya. Sawah yang berada tidak jauh dari deretan pohon-pohon pisang.

Sreeettttt…

Terdengar suara gesekan daun kering di tanah. Dedi pun menghentikan langkahnya dan menajamkan penglihatannya namun tidak melihat ada sesuatu yang aneh di dekatnya.

Sreett.. Srettt.. 

Sstt.. Ssttt…

Suara gesekkan daun kembali berbunyi ditambah dengan suara desisan yang tentu saja langsung membuat Dedi terpaku diam di tempat. Akhirnya dia menemukan apa yang di carinya, ternyata itu seekor ular piton berukuran lumayan besar yang sedang berada di tengah-tengah jalan seolah-olah menunggu buruannya sendiri yang mendekat kepadanya.

Karena jarak antara dia dan ular itu masih lumayan jauh, maka dengan gerakan yang dibuat sehalus mungkin, dia menyalakan api obornya dengan korek api bertujuan agar ular tersebut takut pada nyala api dan akhirnya pergi meninggalkan nya.

Namun, setelah ditunggu beberapa menit, ular tersebut masih tetap bergeming di tempatnya dan seolah-olah masih menunggu kedatangan Dedi yang ditandainya sebagai buruannya.

Dedi sudah sangat cemas dan sedikit takut, bagaimana tidak, saat ini dirinya berada di area yang sudah tidak terdapat lagi rumah penduduk. Ditambah lagi hari yang sudah semakin malam, menambah kesan mencekam karena tidak ada seorang pun yang lewat di tempat ini.

Ya Allah tolong hambamu ini. Tolong selamatkan hamba dari ular itu. Siapa saja tolong datang kesini… Doa Dedi dari dalam hati, dengan keadaan tubuh yang mulai menggigil karena udara dinginnya malam kian menusuk kulit dia tetap menunggu sampai ular tersebut berlalu. Hingga tanpa dia sadari, ternyata seseorang dari arah belakang telah berjalan ke arah nya dan tiba-tiba menepuk pundaknya.

"Mas! Kok bengong?" Sapa orang itu yang ternyata adalah Wanto, tukang kebun dan tukang bersih-bersih di kediaman Juragan Slamet.

"Astaghfirullah, Wan!" Jawab Dedi terkejut.

"Lah sampeyan ngapain toh berdiri aja di sini sendirian?"

"Ssstttt…" jawab Dedi sambil jari telunjuknya menunjuk arah di depan mereka. Wanto pun mengikuti arah telunjuk Dedi dan seketika dia pun terkejut.

"Astaghfirullah, ular!" Ucap Wanto pelan, tapi tetap tidak menghilangkan aura ketakutannya. 

"Gimana ini mas?" Tanya Wanto kembali.

"Kita tung….." tiba-tiba tanpa mereka sadari, ular tersebut sudah berada di dekat mereka dan buntutnya sudah berhasil membelit kaki Dedi hingga dia terjatuh.

"Astaghfirullah Mas Dedi! Tolong!!! Tolong!!!" Teriakan panik Wanto mencoba meminta pertolongan dari seluruh warga desa.

"Wanto! Tolong aku!" Teriak Dedi panik karena dia merasa ular tersebut sudah mulai akan membelit seluruh badannya. Dia pun berusaha menenangkan diri dan tidak terlalu terlihat panik agar tidak membuat ular tersebut terkejut dan bertambah marah, sehingga akan berakibat fatal untuk diri Dedi.

Wanto sambil tetap berteriak meminta tolong, membantu melepaskan belitan ular tersebut dengan cara memukulinya menggunakan batu-batu besar yang ada di sekitar situ. Namun, hal tersebut justru malah membuat si ular menjadi marah, dengan bagian ekor yang membelit stengah badan Dedi, kepala ular itu menghadap ke arah Wanto dan menunjukkan ekspresi memburu. Mungkin ular tersebut juga menganggap bahwa Wanto adalah mangsa selanjutnya. 

Di tengah rasa ketakutan mereka berdua, tiba-tiba datang 2 orang laki-laki berperawakan tinggi besar yang membawa kayu di tangan dan langsung berlari menuju ular tersebut. Mereka membantu Dedi melepaskan diri dari ular itu dengan cara menusuk mata ular tersebut dengan pisau kecil yang dibawa oleh salah satu dari mereka.

Wanto dan pria satu nya lagi terus memukuli badan ular itu dengan senjata apapun yang ada di dekat mereka saat ini. Dedi ikut memukuli badan ular tersebut dengan tangan kosong karena kedua kakinya yang sudah berada di dalam belitan ular itu. Dedi merasa saat ini sekujur badannya sudah mulai melemas, entah karena belitan ular tersebut atau karena dia terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk melepaskan diri dari jeratan ular ini.

Akhirnya setelah membutuhkan waktu beberapa jam untuk membunuh ular tersebut, ular itupun mati karena kepalanya yang terus di pukuli dengan batu besar setelah sebelumnya kedua mata ular tersebut sudah di tusuk oleh salah satu dari kedua pria itu.

Dedi pun berhasil keluar dari belitan ular dengan kondisi yang sangat lemas. Dia tidak mampu lagi untuk berjalan. Akhirnya, dengan kesepakatan bersama, Dedi pun dibawa kerumah Juragan Slamet malam itu. 

Rumah sang juragan yang tidak terlalu jauh dari tempat kejadian menjadi salah satu alasan mereka untuk membawa Dedi ke sana.

Dengan badan yang di topang oleh kedua laki-laki berperawakan tinggi besar itu, mereka berjalan menuju rumah Juragan Slamet. Sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang berbicara. Mereka berempat hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah sang juragan. Di dudukannya Dedi di kursi teras rumah, lalu Wanto segera ke dapur untuk memberi minum Dedi.

Sementara kedua pria tinggi besar itu yang ternyata bernama Agus dan Fakhri, menemani Dedi di teras sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya.

"Kok bisa sampeyan ketemu ular besar tadi mas?" Tanya Agus.

"Aku tadi lagi jalan mau ke sawah yang dekat kebun pisang itu, ternyata ga jauh dari situ sudah ada ular yang terdiam di tengah-tengah jalan, awalnya aku juga ga lihat. Kaget aku pas tau itu ular sebesar itu. Hiiii." Jawab Dedi sambil bergidik ngeri.

"Untung sampeyan ga di lilit sampai leher mas, kalau sampai situ bisa lewat sampeyan, udah ga bisa kita tolongin lagi." Kali ini Fakhri yang mengajak ngobrol Dedi.

"Iya mas, untungnya juga tadi aku ketemu Wanto di jalan. Kalau Wanto ga lewat jalan situ, entah bagaimana nasibku mas."

"Iya, pinter emang si Wanto ngecoh si ular biar kepalanya terus menghadang dia, bikin pecah fokus si ular jadi belitannya di kaki mu ga sampai kencang banget."

Tak lama Wanto pun datang dengan di ikuti sang juragan yang membuat ketiga laki-laki di depan teras seketika berdiri memberi hormat kepada Juragan Slamet.

"Assalamualaikum, Juragan." Salam mereka serentak.

"Walaikumsallam. Loh ada kamu Di? Kamu kenapa datang ke sini malam-malam?" Tanya Juragan Slamet yang ikut bergabung bersama mereka dan mempersilahkan mereka duduk kembali.

"Maaf juragan kalau saya lancang menumpang istirahat sebentar di sini, barusan saya habis terkena musibah." Jawab Dedi dengan menundukkan kepala.

"Ya ya, gak apa-apa. Emang kamu kenapa sampai datengnya bisa bertiga sama mereka?" Tanya juragan kembali.

"Maaf juragan, tadi di jalan saya di hadang seekor ular besar dan ular itu berhasil membelit kaki saya, untung saja saya bertemu dengan mereka bertiga sehingga mereka membantu saya melepaskan diri dari belitan ular tersebut."

"Syukurlah kalau begitu, akhirnya kau selamat. Kebetulan juga kau ke sini Di, aku mau menawarkan pekerjaan padamu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status